Ditjen SDA Gelar Puncak Hari Air Dunia XXVII di Situ Lido

Tahun ini, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan acara Puncak Hari Air Dunia (HAD) XXVII, di Situ Lido Bogor Jawa Barat.

oleh Reza diperbarui 07 Mei 2019, 09:02 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 09:02 WIB
Kemenpupr Ditjen SDA
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan acara Puncak Hari Air Dunia (HAD) XXVII, di Situ Lido Bogor Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta Tahun ini, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan acara Puncak Hari Air Dunia (HAD) XXVII, di Situ Lido Bogor Jawa Barat.

Dalam kesempatan tersebut Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Hari Suprayogi, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian dan upaya pihaknya untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya ketersediaan serta akses terhadap air bersih.

"HAD telah diperingati selama 27 tahun sejak ditetapkan pada Sidang Umum PBB tanggal 22 Maret Tahun 1992. Pada tahun ini tema yang diangkat adalah 'Semua Harus Mendapatkan Akses Air' yang diadopsi dari tema international 'Water for All: Leaving No One Behind' yang mengandung pengertian air untuk semua tanpa terkecuali," kata dia.

Hadir dalam acara ini segenap insan Ditjen SDA, Pemerintah Daerah Jawa Barat maupun Bogor, Organisasi masyarakat peduli air, serta perwakilan dunia pendidikan dari TK hingga Perguruan Tinggi. Turut hadir Penasehat DWP Kementerian PUPR, Kartika Basuki Hadimuljono, Selasa (30/4).

Dia pun menjelaskan, berdasarkan data UN-WATER, secara global, masih terdapat 2,1 miliar orang yang belum mendapatkan akses terhadap air bersih. Secara global pula, masih terdapat 80 persen penduduk yang tinggal di area pedesaan masih menggunakan air dari sumber yang tidak laik.

"Selain itu, tidak kurang dari 68,5 juta orang berada di pengungsian karena bencana alam, peperangan maupun konflik sosial politik dan mengalami kendala akses air," lanjut dia.

"Demikian pula, kelompok masyarakat seperti perempuan, penyandang disabilitas, pekerja, anak-anak, pelajar, masyarakat adat dan Iainnya masih mengalami krisis kebutuhan air," imbuhnya.

Di Indonesia, penyediaan air juga menjadi salah satu tantangan dalam pengelolaan sumber daya air. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tidak ada provinsi di Indonesia yang memiliki akses terhadap sumber air yang layak hingga 100 persen.

"Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) melakukan konservasi, revitalisasi dan digitalisasi terhadap pembangunan infrastruktur sumber daya air di Indonesia untuk mencapai pembangunan yang lebih tepat sasaran berdasarkan skala prioritas dan manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat," tegas dia.

Melibatkan Seluruh Pihak

Sementara Ketua Pelaksana Harian Perayaan Hari Air Dunia XXVII, Muhammad Arsyadi dalam laporannya mengatakan, dalam rangka peringatan HAD XXVII tahun 2019, telah dilaksanakan rangkaian kegiatan di Pusat dan Balai-Balai Wilayah Sungai di seluruh Indonesia

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada Balai Besar Wilayah Sungai dan Balai Wilayah Sungai antara lain, kegiatan bersih-bersih sungai sepanjang 88.258 Km, bersih-bersih lingkungan, serta penanaman pohon.

"Ada kegiatan donor darah, tournament Gatebal, pembuatan Biopori, penebaran benih ikan, lomba mewarnai, menggambar, tari dan paduan suara, sosialisasi cuci tangan yang benar menggunakan sabun, serta pemanenan air hujan," jelas dia.

Selanjutnya, juga dilaksanakan kuliah umum, seminar dan sarasehan yang terkait dengan SDA dan akses air. "Seluruh kegiatan di BWS/BWS tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait serta dengan melibatkan organisasi masyarakat peduli air dan sekolah-sekolah dari tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi," imbuhnya.

Sementara rangkaian kegiatan di pusat Kementerian PUPR, meliputi kegiatan publikasi dilaksanakan sejak minggu pertama bulan Maret melalui spanduk dan Umbul-Umbul, Poster, Balon Udara, Website, koran dan majalah. Di samping itu juga dilakukan melalui media online, media sosial serta pemasangan sticker pada bus-bus.

Sedangkan pencanangan HAD XVI Tahun 2019, kata dia, dilaksanakan di Kampus PUPR pada tanggal 2 Maret 2019 dengan pelepasan 27 burung Merpati, bersih-bersih lingkungan Kampus, demo teknologi pompa air tenaga hidro, penyerahan bantuan alat pembuatan biopori dan pemberian pupuk organik padat pada sekolah-sekolah atau kampus dan kelurahan di sekitar Lingkungan Kampus PUPR. 

"Juga dilakukan friendly match gateball tournament, Water Day Fest yang meliputi lomba duta air, paduan suara dan tari tradisional untuk tingkat SMA/SMK, kegiatan donor darah yang dilakukan pada tanggal 26 Maret 2019 dan tanggal 2 April 2019," jelas dia.

"Lomba menggambar dan mewarnai untuk Siswa SD se-Jabodetabek yang berkerjasama dengan UNESCO, lomba karya ilmiah tingkat SMA/SMK se-Indonesia yang dilaksanakan oleh Puslitbang SDA, dan dialog nasional dengan topik 'Penyediaan Air Bersih Bagi Seluruh Masyarakat'," lanjut dia.

Pada puncak acara hari ini telah dilaksanakan penebaran 150.000 benih ikan nila dan ikan baung yang merupakan dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta penanaman 200 Pohon jenis cemara Norfolk, Glodakan Tiang, Eucalyptus Jabon dan Mahoni dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Serta sosialisasi Program Cuci Tangan pakai sabun oleh anak-anak TK Pertiwi Cigombong," tandasnya.

Program Cuci Tangan

Acara ini mengundang anak-anak dari SDN Cigombong 02 untuk mengikuti pelatihan terkait pola hidup sehat serta keterampilan sederhana, namun berdampak pada kelestarian lingkungan hidup dan kelangsungan ketersediaan air.

Pantauan Merdeka.com, anak-anak begitu antusias mengikuti pelatihan membuat biopori. Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.

Anak-anak yang mengenakan pakaian senada berwarna jingga dan putih terlihat begitu antusias mendengarkan pengarahan dari instruktur yang berasal dari tim Ditjen SDA dan Organisasi Masyarakat Peduli Air.

"Jadi ini (biopori) bisa adik-adik bisa buat di rumah. Alatnya juga banyak dijual. Setelah lubang digali, dalamnya 50 cm atau 100 cm, lalu ditutup," kata salah seorang instruktur.

"Tapi jangan tutup pakai tanah. Pakai penutup yang ada lubang supaya udara bisa masuk. Lubangnya juga jangan terlalu besar. Nanti kaki adik-adik atau keluarga bisa masuk ke dalam," lanjutnya.

Beberapa anak dari kelompok tersebut, terlihat aktif bertanya. Dan sesekali mengulang penjelasan dari instruktur mereka. Turut terlibat aktif baik dalam memantau kegiatan maupun ikut membagikan ilmu, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Hari Suprayogi dan Penasehat DWP Kementerian PUPR, Kartika Basuki Hadimuljono.

"HAD XXVII merupakan momentum untuk mengajak generasi milenial turut berperan aktif menjaga lingkungan dan air. Pelibatan pelajar dan mahasiswa merupakan langkah nyata kaderisasi pelopor pengelola sumber daya air di masa depan," ungkap Dirjen SDA, di Lokasi kegiatan, Selasa (30/4).

"Diharapkan dapat membentuk pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa mereka tidak hanya memiliki hak sebagai pengguna air, tetapi juga turut andil dan bertanggung jawab serta wajib memberikan kontribusi dalam memelihara alam dan lingkungan yang menjadi sumber daya air," lanjut dia.

Sementara Kartika Basuki Hadimuljono mengatakan tujuan utama dari pelatihan tersebut tak lain untuk membangun cinta kepada kelestarian lingkungan hidup sejak dini.

"Kemudian untuk lubang biopori itu bagaimana kita bisa save air atau menyimpan air. Kita bisa memanfaatkan air. Kita melestarikan keberadaan air bersih. Sebenarnyakan lubang biopori itu, jadi penampungan-penampungan air tetapi skalanya kecil," kata dia, saat ditemui Merdeka.com.

Tak hanya itu sebetulnya, biopori juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sampah berupa dedaunan. Nantinya dedaunan itu akan menjadi pupuk kompos.

"Pada lubang biopori kita bisa masukkan sampah-sampah barupa daun. Daun-daun kita simpan di situ. Nanti kira-kira 2 bulan, 3 bulan pertama, kita bisa dapat berupa pupuk kompos untuk tanaman-tanaman. Sebenarnya itu. Sedangkan air yang tersimpan di tanah, akan menjadi air tanah," jelas dia.

Tak hanya itu masih ada kegiatan lain, berupaya latihan 6 langkah cuci tangan. Kegiatan ini pun dikuti dengan begitu antusias. Hal ini kata Kartika sesungguh adalah bagian dari upaya menanamkan pola hidup sehat.

"Sebenarnya cuci tangan pakai sabun yang sudah Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja, organisasi pendamping atau istri menteri kabinet kerja sudah kami gulirkan dari tahun kemarin, sudah banyak mengunjungi daerah," urainya.

"Diinisiasi oleh Ibu Negara, Ibu Iriana Joko Widodo, yang diamanatkan kepada kami untuk selalu mensosialisasikan, menggerakkan terutama kepada anak-anak tadi," imbuhnya.

Dia mengatakan program tersebut memang difokuskan pada anak-anak usia dini hingga SMP. "Kami fokus ke anak-anak sekolah TK SD SMP. Karena harapan kami agar anak-anak berapa tahun ke depan nantinya akan menjadi manusia bangsa Indonesia yang jauh lebih bersih dan jauh lebih sehat," ujar dia.

Kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan mampu mengarahkan anak-anak Indonesia akan pentingnya pola hidup sehat mulai dari hal sederhana seperti mencuci tangan. Harapannya anak-anak ini jadi lebih paham, lebih tahu kapan dia harus cuci tangan dan cuci tangan yang sehat, yang benar itu seperti apa. 

 

Ditjen SDA
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan acara Puncak Hari Air Dunia (HAD) XXVII, di Situ Lido Bogor Jawa Barat.

Anak-anak yang mengenakan pakaian senada berwarna jingga dan putih terlihat begitu antusias mendengarkan pengarahan dari instruktur yang berasal dari tim Ditjen SDA dan Organisasi Masyarakat Peduli Air.

"Jadi ini (biopori) bisa adik-adik bisa buat di rumah. Alatnya juga banyak dijual. Setelah lubang digali, dalamnya 50 cm atau 100 cm, lalu ditutup," kata salah seorang instruktur.

"Tapi jangan tutup pakai tanah. Pakai penutup yang ada lubang supaya udara bisa masuk. Lubangnya juga jangan terlalu besar. Nanti kaki adik-adik atau keluarga bisa masuk ke dalam," lanjutnya.

Beberapa anak dari kelompok tersebut, terlihat aktif bertanya. Dan sesekali mengulang penjelasan dari instruktur mereka. Turut terlibat aktif baik dalam memantau kegiatan maupun ikut membagikan ilmu, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Hari Suprayogi dan Penasehat DWP Kementerian PUPR, Kartika Basuki Hadimuljono.

"HAD XXVII merupakan momentum untuk mengajak generasi milenial turut berperan aktif menjaga lingkungan dan air. Pelibatan pelajar dan mahasiswa merupakan langkah nyata kaderisasi pelopor pengelola sumber daya air di masa depan," ungkap Dirjen SDA, di Lokasi kegiatan, Selasa (30/4).

"Diharapkan dapat membentuk pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa mereka tidak hanya memiliki hak sebagai pengguna air, tetapi juga turut andil dan bertanggung jawab serta wajib memberikan kontribusi dalam memelihara alam dan lingkungan yang menjadi sumber daya air," lanjut dia.

Sementara Kartika Basuki Hadimuljono mengatakan tujuan utama dari pelatihan tersebut tak lain untuk membangun cinta kepada kelestarian lingkungan hidup sejak dini.

"Kemudian untuk lubang biopori itu bagaimana kita bisa save air atau menyimpan air. Kita bisa memanfaatkan air. Kita melestarikan keberadaan air bersih. Sebenarnyakan lubang biopori itu, jadi penampungan-penampungan air tetapi skalanya kecil," kata dia, saat ditemui Merdeka.com.

Tak hanya itu sebetulnya, biopori juga dapat digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sampah berupa dedaunan. Nantinya dedaunan itu akan menjadi pupuk kompos.

"Pada lubang biopori kita bisa masukkan sampah-sampah barupa daun. Daun-daun kita simpan di situ. Nanti kira-kira 2 bulan, 3 bulan pertama, kita bisa dapat berupa pupuk kompos untuk tanaman-tanaman. Sebenarnya itu. Sedangkan air yang tersimpan di tanah, akan menjadi air tanah," jelas dia.

Tak hanya itu masih ada kegiatan lain, berupaya latihan 6 langkah cuci tangan. Kegiatan ini pun dikuti dengan begitu antusias. Hal ini kata Kartika sesungguh adalah bagian dari upaya menanamkan pola hidup sehat.

"Sebenarnya cuci tangan pakai sabun yang sudah Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja, organisasi pendamping atau istri menteri kabinet kerja sudah kami gulirkan dari tahun kemarin, sudah banyak mengunjungi daerah," urainya.

"Diinisiasi oleh Ibu Negara, Ibu Iriana Joko Widodo, yang diamanatkan kepada kami untuk selalu mensosialisasikan, menggerakkan terutama kepada anak-anak tadi," imbuhnya.

Dia mengatakan program tersebut memang difokuskan pada anak-anak usia dini hingga SMP. "Kami fokus ke anak-anak sekolah TK SD SMP. Karena harapan kami agar anak-anak berapa tahun ke depan nantinya akan menjadi manusia bangsa Indonesia yang jauh lebih bersih dan jauh lebih sehat," ujar dia.

Kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan mampu mengarahkan anak-anak Indonesia akan pentingnya pola hidup sehat mulai dari hal sederhana seperti mencuci tangan. Harapannya anak-anak ini jadi lebih paham, lebih tahu kapan dia harus cuci tangan dan cuci tangan yang sehat, yang benar itu seperti apa. 

 

 

(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya