Liputan6.com, Jakarta - Sabtu siang 16 Mei 2009, suasana Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, terlihat meriah. Puluhan aparat kepolisian terlihat berjaga di luar gedung. Sementara, sejumlah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra terlihat ikut meramaikan suasana.
Catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, sekitar pukul 13.00 WIB, pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto tiba di KPU untuk mendaftarkan diri dalam pemilihan presiden yang akan digelar Juli 2009. Diketahui, Megawati yang berbaju merah dan Prabowo berkemeja berwarna putih bertolak dari kediaman Megawati menuju KPU sesudah menggelar doa bersama.
Keduanya menuju KPU dengan kendaraan yang berbeda. Mega menaiki Lexus B 8471 BS bersama para pimpinan PDI Perjuangan. Sementara Prabowo dan para petinggi Gerindra menumpangi Lexus B 1007 PR. Setibanya di KPU, senyum mengembang dari keduanya.
Advertisement
Setiba di KPU, mereka langsung menuju lantai dua gedung itu. Sebelum diterima dan menyerahkan berkas-berkas, para kader PDI Perjuangan dan Partai Gerindra menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pasangan Megawati-Prabowo bukan satu-satunya kontestan yang akan berlaga di Pilpres 2009. Ada dua pasangan lainnya yang bakal menjadi pesaing, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto.
Dari hasil pengundian, KPU kemudian menetapkan nomor pasangan calon yang nantinya secara resmi akan dicantumkan di kertas surat suara. Pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto mendapat nomor urut 1, SBY-Boediono nomor urut 2, dan Jusuf Kalla-Wiranto nomor urut 3.
Namun, yang paling menarik dan mencuri perhatian tentu saja pasangan Megawati-Prabowo. Alasannya, proses koalisi PDI Perjuangan dan Gerindra untuk menentukan siapa yang akan menjadi capres dan cawapres berlangsung panjang dan alot. Bahkan, baru diputuskan menjelang tengah malam sehari sebelum keduanya mendaftar ke KPU, Jumat 15 Mei 2009.
"Saya telah mendapat kehormatan yang besar diajak Ibu Megawati untuk mendampingi Beliau dalam rangka meraih mandat dari rakyat Indonesia sebagai wakil presiden Beliau untuk memimpin perubahan, memimpin perbaikan kehidupan bangsa, dan perbaikan ekonomi bangsa," kata Prabowo, saat deklarasi di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Jumat malam itu.
Setelah nama Megawati-Prabowo terdaftar di KPU, keharmonisan keduanya terlihat dalam setiap acara kampanye dan momen-momen menjelang pemungutan suara pada Pilpres 2009. Salah satunya, ketika keduanya mengisi masa tenang jelang pemungutan suara dengan masak bersama di kediaman Megawati, Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan, pada 7 Juli 2009.
Akhirnya, pemungutan suara Pilpres 2009 diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Dari penghitungan sementara, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono meraih suara terbanyak dalam satu putaran langsung. Kemudian disusul pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
Pada Sabtu, 25 Juli 2009, KPU menetapkan hasil rekapitulasi perolehan suara nasional Pilpres 2009 yang telah diselenggarakan pada 22-23 Juli 2009. Hasil Pilpres 2009 berdasarkan penetapan tersebut adalah sebagai berikut.
01. Megawati-Prabowo dengan 32.548.105 suara (26,79%)02. SBY-Boediono dengan 73.874.562 suara (60,80%)03. JK-Wiranto dengan 15.081.814 suara (12,41%)
Seiring dengan selesainya Pilpres 2019, maka kemesraan antara Megawati dan Prabowo juga berakhir. Apalagi pada gelaran pilpres selanjutnya, partai mereka masing-masing mencalonkan sosok capres atau cawapres yang berbeda.
Pada Pilpres 2014, PDIP dan Gerindra mengusung pasangannya masing-masing dan tak lagi mengulang kebersamaan pada 2009. PDIP mengusung kadernya Joko Widodo, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla. Sementara, Prabowo maju sebagai capres bersama Hatta Rajasa.
Jokowi-JK memenangkan pertarungan ini. Setelah Pemilu 2014, PDIP dan Gerindra berada di kubu yang berseberangan. Kader-kader Gerindra termasuk paling vokal mengkritisi pemerintah yang dimotori PDIP bersama parpol rekan koalisinya.
Bisa ditebak, pada Pilpres 2019 kecil kemungkinan PDIP dan Gerindra akan bersatu mengusung capres-cawapres. PDIP menyatakan akan kembali mengusung Jokowi, sementara Gerindra bulat mengusung Prabowo Subianto sebagai capres.
Memang sempat muncul wacana koalisi PDIP dan Gerindra dengan memasangkan Jokowi-Prabowo, namun sejak awal wacana itu memang akan sulit terealisasi. Pada akhirnya Jokowi maju dengan menggandeng KH Ma'ruf Amin, sedangkan Prabowo menggamit Sandiaga Salahuddin Uno.
Hingga kini, KPU masih terus menghitung suara Pilpres 2019 yang masuk dan baru akan diumumkan pada 22 Mei mendatang, kendati hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menyatakan Jokowi-Ma'ruf memenangkan kontestasi lima tahunan ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kekalahan yang Berulang
Energi yang dimiliki Prabowo Subianto untuk merengkuh kuasa di Istana layak diacungi jempol. Meski sudah beberapa kali tersungkur dalam pesta demokrasi 5 tahunan yaitu pemilihan presiden, hal itu tak kunjung membuatnya kapok.
Dimulai pada 2004, Prabowo ketika itu dikalahkan oleh Wiranto. Saat itu, pria yang hobi berkuda ini maju dalam konvensi calon presiden Partai Golkar. Akhirnya keputusan konvensi adalah Wiranto maju sebagai capres berpasangan dengan cawapres Salahuddin Wahid.
Berselang 5 tahun kemudian, Prabowo muncul kembali sebagai cawapres mendampingi capres Megawati Soekarnoputri. Awalnya, mantan suami Titiek Soeharto itu berniat melenggang bersama Soetrisno Bachir, namun pasangan tersebut layu sebelum berkembang kaena tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.
Demi memenuhi ambisinya, Prabowo mengubah haluan dan masuk dalam koalisi bersama PDIP yang mengusung Megawati sebagai calon presiden. Dengan negosiasi yang alot, pada akhirnya Prabowo harus merelakan posisi capres untuk Megawati. Namun, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono yang akhirnya memenangkan pertarungan.
Lima tahun berselang atau 2014, pendiri Partai Gerindra itu akhirnya resmi mendaftarkan diri ke KPU sebagai capres yang berpasangan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa.
Tercatat, pasangan ini juga didukung oleh koalisi Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan. Namun, lagi-lagi Prabowo harus menelan pil pahit setelah menelan kekalahan dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Saat itu Jokowi-JK dipilih menjadi Presiden-Wakil Presiden Indonesia dengan perolehan suara sebanyak 53,13 persen. Sementara pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 46,84 persen.
Larut dalam penantian 5 tahunan, api perjuangan Prabowo untuk menjadi presiden hidup kembali di tahun 2019. Tarung ulang antara Prabowo melawan Jokowi pun kembali terjadi dalam Pilpres tahun ini.
Ayahanda Didit Prabowo kali ini menggandeng pebisnis Sandiaga Uno. Pasangan ini diusung oleh empat partai yang ada di parlemen, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS dan PAN. Hingga kini, KPU masih menghitung suara untuk kedua pasangan capres-cawapres ini.
Jika Prabowo selalu kandas, lain halnya dengan Megawati Soekarnoputri. Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa pada 2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar.
Ia dilantik pada 23 Juli 2001 sebagai Presiden RI setelah sebelumnya dari 1999-2001 ia menjabat Wakil Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia. Dalam masa pemerintahan Megawati, pemilihan presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia.
Pada Pilpres 2004 itu Megawati mengalami kekalahan dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono, mantan menteri pada masa pemerintahannya. Demikian pula lima tahun berikutnya, SBY kembali mengalahkan dirinya.
Saat ini pun, Megawati masih ingat apa yang terjadi pada 2004 dan 2009. Kala Pilpres 2004, Megawati berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Sementara pada 2009 berpasangan dengan Prabowo Subianto. Dua kali ikut pilpres, dua kali pula Megawati Soekarnoputri merasakan kekalahan.
Meski kalah dua kali berturut-turut, Megawati mengklaim tidak pernah ribut. Malah riang gembira dan tidak larut dengan kekalahan tersebut. Sebab, pilpres itu ditentukan oleh rakyat.
"Ya sudah ketawa saja, makan-makan. Itu kan pilihan rakyat," ujar Megawati usai mencoblos di TPS 62, tak jauh dari kediamannya di Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu 17 April 2019.
Â
Â
Advertisement