Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menepis tudingan berbagai pihak, termasuk media yang menduga kebakar hutan dan lahan karhutla yang terjadi di sebagian Indonesia demi membuka lahan perkebunan kelapa sawit.
Menurut Penasihat Kemenko Perekonomian Li Chen We, narasi seperti itu tidak terkonfirmasi dengan fakta yang sesungguhnya. Ia menunjuk bukti terkait moratorium Indonesia terhadap pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga
"(Dalam) Perpres Nomor 8 Tahun 2018," kata Li Chen We di Kantor BNPB, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Advertisement
Selain itu, lanjut Li, saat ini harga sawit pun dalam keadaan memprihatinkan. Kata Li, harga kepala sawit saat ini hanya di bawah Rp 500 perkilogramnya.
Hal itu ditujukan dari keengganan petani kelapa sawit untuk memupuk tanamannya.
"Jangan membakar, yang sudah ada saja tidak mau memelihara," papar Li.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penyebaran Benih
Demikian juga ditinjau dari data penyebaran benih sawit. Kata Li, andaikata karhutla itu demi pembukaan perkebunan kelapa sawit, maka penjualan benih sawit pun akan terdongkrak. Namun nyatanya, penjualan benih sawit di pasaran masih terhitung rendah.
"Ketika orang tidak mau beli benih itu suatu indikasi. Kalau beli benihnya saja tidak ada apalagi mau menanam," ujar Li.
Begitupun jika ditinjau dari harga CPO atau minyak sawit. Menurut Li, indikator masyarakat atau perusahaan akan menanam sawit ialah dapat dilihat dari harga CPO.
Jika harganya naik, maka keinginan masyarakat untuk menanam sawit pun turut naik. "Kalau harga CPO rendah orang tidak ingin menanam," pungkasnya.
Advertisement