Liputan6.com, Jakarta - Franky, driver ojek online, bingung bukan kepalang ketika sekolah anaknya menuntut ilmu meminta wali murid menyediakan laptop. Pasalnya, anaknya yang duduk di kelas 6 tak bakal bisa ikut ujian akhir semester (UAS) jika tak memiliki laptop.
Pria 43 tahun itu menuturkan, sekolah anaknya mengikuti UAS dengan sistem online mulai 2019 ini.
Baca Juga
"Diberitahukannya sekitar enam bulan lalu secara lisan. Mepet sekali. Padahal, bagi saya, laptop ini bukan barang murah dan bukan kebutuhan yang sudah dianggarkan," ujar Franky pengojek online itu, ketika berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Advertisement
Menurut dia, pihak sekolah anaknya yang berada di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu sempat mengajak rapat wali murid. Saat itu, lanjut dia, banyak wali murid yang menolak.
"Tapi ya, mau enggak mau kan. Kalau enggak, anak tidak bisa ikut ujian UAS dan UN," kata pengojek online itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beli Laptop Second
Memutar otak, dia kemudian meminjam uang ke teman, saudara, dan tetangga. Akhirnya, terkumpul uang Rp 3 juta.
Dia pun membeli laptop second untuk putrinya yang sekarang duduk di kelas 6.
Sekarang, dia harus memikirkan tambahan uang untuk mengangsur uang pinjaman.
"Saya sehari-hari driver ojek online. Kalau untuk kebutuhan sehari-hari dan bulanan cukup lah. Tapi kalau untuk kebutuhan tak terduga seperti laptop ini kan sulit," ujar Franky.
Dia berharap pemerintah siap dengan sarana dan prasarana ketika membuat kebijakan baru. Salah satunya terkait pengadaan laptop untuk ujian.
"Kalau buat kita sih enggak jadi masalah. Bagus kan sebenarnya buat ke depan. Anak jadi lebih tanggap teknologi. Namun, ketika ujian berbasis komputer, ya pemerintah juga harus siap dengan menyediakan laptop. Jangan dibebankan pada wali murid. Beban wali murid itu sudah berat," tutur Franky.
Advertisement