Hasto: Ibu Mega dan PDIP Bangga Haedar Nasir Dikukuhkan Jadi Guru Besar

Dalam pidatonya, Haedar Nashir menyebut moderasi Indonesia dan keindonesiaan sebagai pandangan dan orientasi tindakan untuk menempuh jalan tengah.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 12 Des 2019, 18:33 WIB
Diterbitkan 12 Des 2019, 18:33 WIB
Kongres V PDIP Siap Digelar
Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto memberi keterangan terkait Kongres V PDI Perjuangan tahun 2019 di Jakarta, Kamis (1/8/2019). Kongres dilaksanakan di Bali pada 8 Agustus 2019 dan mengambil tema Solid Bergerak Untuk Indonesia Raya. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir telah dikukuhkan menjadi guru besar dalam bidang Ilmu Sosiologi di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis, (12/12/2019). 
 
"Ibu Megawati Soekarnoputri dan keluarga besar PDI Perjuangan ikut berbangga atas pemberian gelar guru besar kepada Prof. Dr Haedar Nashir, M.Si. Beliau sosok yang rendah hati, sempurna pandangan pemikirannya untuk kebesaran Muhammadiyah, kemaslahatan umat, dan tentu saja untuk kemajuan Indonesia Raya," kata Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto usai menyaksikan acara pengukuhan.
 
Menurut dia, apa yang disampaikan oleh Haedar Nashir dalam pidatonya, yang mengedepankan moderasi sebagai suatu metode mengatasi masalah dengan cara mengatur, memandu, dan mengedepankan dialog, serta lebih memilih cara persuasif dan komunikasi interaktif, merupakan pendekatan terobosan yang sesuai dengan tata budaya Indonesia. Meskipun demikian moderasi tetap berdiri kokoh di atas hukum.
 
"Pendapat beliau bahwa radikalisme yang dilawan dengan cara radikal akan menciptakan radikalisme baru adalah suatu kritik. Dengan moderasi, maka penangganan berbagai bentuk ekstrimisme di ranah agama, politik, dan ekonomi akan dilakukan dalam perspektif yang lebih luas. Moderasi bertopang pada kemanusiaan dan keadilan," ungkap Hasto.
 
Menurut dia, gagasan Haedar bahwa Pancasila berdiri di tengah, dimaknakan sebagai komitmen kebangsaan agar Indonesia tidak terombang-ambing pada tarik-menarik kepentingan ekstrem kiri dan kanan.
 
"Selamat untuk Prof Dr Haedar Nashir. Gelar guru besar tersebut membuktikan kuatnya tradisi keagamaan dan sekaligus tradisi intelektual yang hidup di Muhammadiyah," ungkap Hasto.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Indonesia Bebas dari Bentuk Radikalisme

Saat dikukuhkan menjadi guru besar, Haedar menyampaikan pidatonya dengan judul Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologi. 

Dalam satu bagian pidatonya dia menyebut, moderasi Indonesia dan keindonesiaan sebagai pandangan dan orientasi tindakan untuk menempuh jalan tengah atau moderat merupakan keniscayaan bagi kepentingan masa depan Indonesia yang sejalan dengan landasan, jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan spirit para pendiri bangsa.

"Indonesia harus dibebaskan dari segala bentuk radikalisme baik dari tarikan ekstrem ke arah liberalisasi dan sekularisasi maupun ortodoksi dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang menyebabkan Pancasila dan agama-agama kehilangan titik moderatnya yang autentik di negeri ini," ujar Haedar.

Pengukuhan Haedar dihadiri sejumlah menteri, mantan menteri dan tokoh termasuk Wakil Presiden periode 2014-2019, Jusuf Kalla serta sejumlah menteri dari Kabinet Indonesia Maju. Di antaranya Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Agama Fachrul Razi, Menteri Koperasi Teten Masduki, dan Mensesneg Pratikno.

Kemudian ada juga mantan menteri KKP Susi Pudjiastuti, tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Malik Fadjar dan Buya Syafii Maarif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya