Ucapkan Selamat Natal, Warga Beragam Komunitas Kunjungi Gereja St Theresia

Mereka merupakan simpatisan dengan berbagai latar belakang agama, pekerjaan, usia, dan komunitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Des 2019, 07:07 WIB
Diterbitkan 25 Des 2019, 07:07 WIB
icrp
Rombongan Indonesian Conference on Religions and Peace (ICRP) menggelar kunjungan rumah ibadah dan pengucapan selamat Hari Natal 2019 ke Gereja Katolik St. Theresia, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/19). (Winda Nelfira)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Conference on Religions and Peace (ICRP) menggelar kunjungan rumah ibadah dan pengucapan selamat Hari Natal 2019 ke Gereja Katolik St. Theresia, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/19).

ICRP mengadakan kegiatan ini dengan tujuan untuk mengucapkan selamat merayakan Natal bagi mereka yang beragama Katolik dan Kristen serta meningkatkan toleransi dan mempererat jalinan persaudaraan antaragama.

"Kita ingin mengingatkan kembali teman-teman yang di luar, yang selama ini mengira bahwa menghadiri perayaan seperti ini atau menyampaikan selamat hari Natal atau acara-acara suci agama lain bukan hanya hari Natal saja ya, tapi masih banyak agama di Indonesia baik yang diakui maupun yang tidak diakui, itu kita juga seharusnya mengingat hari besar mereka," ujar koordinator kegiatan kunjungan Sapri Sale.

Dalam kunjungan rumah ibadah ini, ICRP mengikutsertakan peserta atau simpatisan yang berasal dari komunitas-komunitas yang berbeda.

Sesampainya di Gereja Katolik St. Theresia, Selasa petang, semua peserta diterima dengan hangat oleh pengurus gereja dan panitia perayaan Natal.

Para peserta kemudian diarahkan menuju lantai dua gereja. Tak hanya itu, para peserta kunjungan pun disediakan bangku khusus untuk tamu sehingga lebih leluasa menyaksikan perayaan Natal yang berlangsung dengan khidmat.

Rombongan kunjungan rumah ibadah ini tak hanya dari anggota ICRP, berbagai simpatisan dengan berbagai latar belakang agama, pekerjaan, usia, komunitas, yayasan, serta mahasiswa pun turut serta dalam kunjungan ini.

Sebut saja dari Ahmadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Generasi Literat, dan Yayasan Indonesia Bahagia adalah beberapa komunitas dan yayasan yang ambil bagian dalam kunjungan rumah ibadah ke Gereja Katolik St. Theresia.

Ada pula Yudhi Widdiantoro dari Komunitas Yoga Gembira. Bagi dia, kegiatan semacam ini adalah salah satu cara untuk mengamalkan yoga.

"Sebenarnya kegiatan seperti ini dapat mengamalkan yoga, karena yoga itu mengajarkan kita untuk menerima perbedaan," ujar Yudhy kepada Liputan6.com, Selasa (24/1/22019).

Selain itu, hadir pula Prem Singh. Pria yang menganut kepercayaan Sikh ini menyatakan bahwa acara lintas agama semacam ini sangat diperlukan mengingat Indonesia adalah negara yang majemuk.

"Acara seperti ini sangat baik ya, karena di Indonesia itu negara yang sangat majemuk jadi kita perlu selalu merawat kemajemukan itu, salah satunya ya dengan acara seperti ini kita saling mengunjungi dan memberikan selamat," kata Prem di lokasi yang sama.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Disambut Baik Jemaat

Setelah rangkaian perayaan selesai, para peserta kunjungan dipersilakan untuk menuju panggung menyampaikan ucapan Selamat Hari Natal kepada seluruh jemaat Gereja St. Theresia.

Tentunya para peserta kunjungan tak datang dengan tangan kosong. Anak dari salah satu peserta diminta menyerahkan karangan bunga mawar kepada Romo Haryanto.

Kehadiran peserta dari berbagai latarbelakang agama ini disambut baik jemaat Gereja St. Theresia. Tepuk tangan dari para jemaat gereja pun mengiringi langkah para peserta kunjungan menuju pangung.

Setelah usai menyampaikan ucapan selamat hari Natal, para peserta pun saling bersalaman dengan jemaat gereja yang berada di barisan terdepan.

Romo Haryanto mengatakan bahwa Natal mendorong kita untuk menjadi solider dengan menerima kehadiran orang lain apa adanya. Bagi dia, masuk ke rumah ibadah agama lain sama halnya seperti hidup bertetangga dan harus mengerti dengan aturan yang ada di tempat tersebut.

"Ini kan berarti sudah melewati batas-batas itu, ada orang yang takut masuk ke rumah ibadah agama lain takut imannya copot. Itu kan terlalu naif. Itu sama ajalah, seperti hidup bertetangga. Kita saling mengahargai, menghormati, saling mengenal," jelas dia.

Tak lupa, Romo Haryanto pun berpesan kepada jemaat agar dapat belajar menerima kehadiran orang lain dengan rendah hati.

"Saya belajar rendah hati menerima orang lain. Ini kita perlukan sebagai bangsa. Kalau kita merasa paling benar dan mau mengatur orang lain, biasanya kan ada masalah," ujar dia memungkasi.

(Winda Nelfira)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya