Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini (Direktur GTK PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Abdoellah mengungkapkan, bahwa selama masa pandemi Covid-19 banyak anak-anak yang merindukan pergi ke sekolah.
Mereka mengharapkan pertemuan kembali bersama para guru dan teman-temannya di sekolah. "Jadi anak-anak ini ternyata walaupun kadang kala di sekolah itu mungkin ada yang suka, tidak suka. Tapi begitu lama tak bertemu dengan gurunya ternyata dirindukan. Itu hasil survei kami," ungkap Abdoellah dalam sebuah diskusi daring pada Kamis (23/7/2020).
Abdoellah menyebut, pandemi Covid-19 di Indonesia membuat banyak anak-anak tak bisa melakukan pembelajaran secara langsung di sekolahnya. Mereka terpaksa menerapkan pembelajaran secara daring atau jarak jauh menggunakan sarana media televisi maupun radio.
Advertisement
Hal ini kata Abdoellah bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan hampir menimpa anak-anak di seluruh dunia. "Bahkan ada sekitar 1,3 miliar anak sekarang itu tidak bisa sekolah seperti biasanya. Sehingga mau tidak mau, entah dipaksa atau terpaksa, salah cara yang dilakukan adalah melalui pembelajaran jarak jauh," ucap dia.
Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau sering disebut PJJ, dikatakan Abdoellah, memang ada anak-anak yang merasa kesulitan. Hal yang sama juga menimpa para orangtua siswa.
Menurut Abdoellah, sebanyak 47 persen rumah tangga yang memiliki akses internet, namun mereka tetap merasa kesulitan menggunakan pelbagai perangkat pembelajaran daring.
"Tapi tidak semuanya itu lihai dalam menggunakan smartphone-nya atau internetnya itu untuk pembelajaran jarak jauh," papar dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Orangtua Tak Sabar Didik Anak
Diungkapkan Abdoellah, selama pandemi Covid-19, banyak orangtua yang tidak sabar dalam mendidik anaknya. Padahal orangtua, menurut Abdoellah pendidik utama dan pertama bagi anaknya.
"Nah mungkin bisa disadari kalau guru-guru kan sudah dibekali tentang pedagogi sehingga bisa menyelami dan bagaimana mengatasi anak. Nah inilah yang tampaknya perlu ada komunikasi yang berkualitas antara orangtua dan guru," harap dia.
Advertisement