Menristek: Satu-satunya Cara Lawan Covid-19 Harus Ada Vaksin

mulai tiga bulan pertama 2021, vaksin Merah Putih buah karya anak bangsa dapat memulai uji klinis tahap pertama terhadap manusia.

oleh Yopi Makdori diperbarui 22 Okt 2020, 04:55 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 04:55 WIB
Bambang P. S. Brodjonegoro
Menristek Bambang P. S. Brodjonegoro menyampaikan, kementeriannya tengah melakukan uji klinis terhadap jahe merah, jambu biji, dan minyak kelapa murni untuk COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (3/5/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya vaksin Covid-19 guna membentuk kekebalan massal atau herd immunity. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan vaksin Covid-19.

“Mengingat virus Covid-19 berbeda dengan virus lainnya yang dapat selesai dengan herd immunity tanpa vaksin, misalkan malaria. Tetapi karena Covid-19 ini penyebarannya sangat cepat dan berbahaya bagi orang yang mempunyai penyakit penyerta, maka satu-satunya cara harus ada vaksin supaya kekebalan massal itu terbentuk,” ungkap Bambang dalam keterangan tulis, Rabu (21/10/2020).

Bambang menambahkan, vaksin yang nantinya mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah vaksin yang sudah memenuhi syarat aman dan manjur ( safety & efficacy). Aman dalam artian tidak ada efek samping yang serius dan manjur dalam pengertian bahwa sesuai dan cocok untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap Covid-19.

“Masyarakat atau nanti para pengguna vaksin tidak perlu khawatir, selama vaksinnya sah dan resmi sebagai vaksin Covid-19, siapa pun yang membuat dan apa pun platformnya maka itu sudah mempunyai safety dan efficacy yang sudah dijamin,” ucap Bambang.

Dia juga menyebut, mulai tiga bulan pertama 2021 vaksin Merah Putih buah karya anak bangsa dapat memulai uji klinis tahap pertama terhadap manusia. Dalam pembuatan obat, uji klinis tahap pertama ialah di mana penemu akan mulai mengujikan obat pada 20 sampai 100 relawan yang mana mereka memiliki penyakit / kondisi tertentu. Jika persentase obat yang berhasil sebanyak 70 persen, maka obat tersebut layak menuju ke tahap berikutnya.

"Pada akhir tahun 2020 diharapkan kemajuan pengembangan vaksin Merah Putih memasuki tahapan uji praklinis sehingga di triwulan I tahun 2021 dapat dilakukan uji klinis tahap pertama," tutur Bambang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Vaksin Merah Putih

Bambang mengingatkan kembali bahwa vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan menggunakan isolat virus Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia. Vaksin karya anak bangsa yang dikembangkan dengan menggunakan platform yang berbeda ini digawangi oleh sejumlah institusi, seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gajah Mada.

"Vaksin Merah Putih memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan vaksin lainnya seperti Sinovac dan Sinopharm. Sinovac dan Sinopharm menggunakan platform inactivated virus (virus yang dimatikan) sedangkan vaksin Merah Putih dikembangkan menggunakan platform protein rekombinan, DNA, dan RNA," jelas Bambang.

"Selain itu vaksin Merah Putih dikembangkan menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia, berbeda dengan Sinovac dan Sinopharm yang menggunakan isolat virus dari negara asalnya, China," sambungnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya