Satgas Minta Pemda Sanksi Tegas Warga yang Tolak Tes Covid-19

Menurut Wiku, fluktuasi jumlah testing Covid-19 dikarenakan berbagai faktor. Mulai dari, adanya hari libur, jumlah dan kapasitas laboratorium, SDM tenaga kesehatan, hingga ketersediaan reagen.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 24 Nov 2020, 20:47 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 20:47 WIB
Penumpang KRL di Stasiun Bojonggede Tes Swab Massal
Paramedis mengambil sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab di Stasiun Bojonggeder, Jawa Barat, Senin (11/05/2020). Tes swab dan rapid dilakaukan sebagai salah satu metode untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran Covid-19 di moda transportasi KRL Commuter Line. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta pemerintah daerah mengenakan sanksi kepada masyarakat yang menolak tes terkait virus Corona. Wiku menekankan sanksi harus diterapkan tanpa pandang bulu.

"Kami meminta pemerintah daerah untuk menerapkan sanksi bagi masyarakat yang tidak mau atau menolak dites (Covid-19), untuk benar-benar menjalankannya secara ketat tanpa pandang bulu," kata Wiku dalam konferensi pers di YouTube Sekretatiat Presiden, Selasa (24/11/2020).

Dia mengatakan, pemerintah tengah mengejar ketertinggalan pencapaian angka testing yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Adapun jumlah testing Covid-19 di setiap wilayah ditentukan sesuai jumlah kepadatan populasi.

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 267 juta jiwa, harus melakukan testing 267.000 per minggu. Kendati begitu, kata Wiku, terjadi fluktuasi jumlah testing Covid-19 di Tanah Air.

Pada awal Juni hingga pekan ketiga Oktober 2020, terjadi tren peningkatan jumlah tes. Namun, mengalami penurunan pada dua pekan setelahnya dan kembali meningkat hingga pekan ini.

Wiku menyebut kapasitas testing di Indonesia hampir mencapai target WHO pada pekan kedua November 2020, dimana menyentuh angka 86,25 persen. Menurut dia, pemerintah terus mengejar kapasitas testing agar sesuai dengan standar dari WHO.

"Testing yang dilakukan sudah mencapai sekitar 239.000 atau 88,6 persen. Ini adalah angka tertinggi yang pernah kita capai," ucapnya.

Dia menjelaskan fluktuasi jumlah testing Covid-19 ini dikarenakan berbagai faktor. Mulai dari, adanya hari libur, jumlah dan kapasitas laboratorium, SDM tenaga kesehatan, ketersediaan reagen hingga kondisi geografis Indonesia.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Warga Diminta Jangan Takut Tes Covid-19

Dia pun mengingatkan pemerintah daerah untuk memperbaiki mekanisme operasional laboratoriun dengan menambahkan shift pekerja atau memberikan insentif.

"Selain itu perlu adanya pemeriksaan terkait kesesuaian jenis reagen dengan alat testing yang digunakan," jelas Wiku.

Dia juga meminta masyarakat untuk tidak takut melakukan test Covid-19 jika mengalami gejala virus Corona. Selain untuk memastikan status kesehatan, tes yang dilakukan sedini mungkin dapat meningkatkan angka kesembuhan Covid-19.

"Semakin awal testing dilakukan maka treatment juga dapat dilakukan secara cepat sehingga meningkatkan peluang kesembuhan," pungkas Wiku.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya