5 Pernyataan Moeldoko atas Tudingan AHY Terkait Isu Kudeta Partai Demokrat

Moeldoko disebut ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional untuk kepentingan pencapresan 2024.

oleh Maria Flora diperbarui 02 Feb 2021, 17:11 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2021, 17:11 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko usai mengisi acara di Malang, Jawa Timur (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menjadi salah satu nama yang disebut-sebut akan mengambilalih kepemimpinan Agus Harimukti Yudhoyono alias AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Hal ini diungkap Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra dalam keterangan resminya, Senin 1 Februari kemarin. 

"Berdasarkan pengakuan, kesaksian, dari BAP sejumlah pimpinan tingkat pusat maupun daerah Partai Demokrat yang kami dapatkan, mereka dipertemukan langsung dengan KSP Moeldoko," tulis Herzaky dalam siaran pers resmi diterima, Senin, 1 Februari 2021. 

Menurutnya hal tersebut dilakukan Moeldoko untuk maju dalam pencalonan presiden 2024 mendatang. 

Gerakan adanya kudeta untuk menggantikan posisi AHY sebagai Ketua Umum dilaporkan telah tercium sebulan lalu. Tak hanya dari internal partai, tapi juga di luar lingkungan Demokrat atau non kader. Di sana muncul nama M Nazaruddin, Max Sopacua, Marzuki Alie, dan Johny Alen Marbun.

Bahkan AHY sebelumnya menyatakan, sosok di luar partai yang dimaksudkannya adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan. Terkait hal itu dia akan meminta klarifikasi dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Sedangkan non kader, adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan yang sekali lagi sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasinya ke Presiden Joko Widodo," tegas AHY saat jumpa pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Senin, 1 Februari kemarin.

Lantas, apa tanggapan Moeldoko atas tudingan tersebut?

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Moeldoko: Pak Jokowi Tak Tahu Sama Sekali

Diskusi Nasional Pemindahan Ibu Kota Negara
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko memberi paparan dalam Dialog Nasional II Pembangunan Ibu Kota Negara, di Jakarta, Rabu (26/6/2019). Moeldoko memaparkan terkait kondisi keamanan dan pertahanan Indonesia menghadapi rencana ibu kota dipindahkan ke Kalimantan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat bicara soal dirinya terlibat isu kudeta Partai Demokrat. Moeldoko meminta isu tersebut tak dikaitkan dengan Istana dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Jangan sedikit-dikit Istana. Dalam hal ini, saya ingatkan, jangan ganggu Pak Jokowi karena beliau tidak tau sama sekali dalam isu ini. Jadi itu urusan saya," kata Moeldoko dalam konferensi pers, Senin, 1 Januari kemarin.

Tidak Benar Ada Pengambilalihan Kekuasaan

Moeldoko
Kepala Staf Presiden RI, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Moeldoko melanjutkan, dirinya kerap menerima banyak tamu yang datang baik ke kantor maupun rumahnya.

Kendati begitu, Moeldoko mengklaim pertemuan itu tidak membahas pengambilalihan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Partai Demokrat.

"Saya orang yang terbuka, saya mantan Panglima TNI, tapi saya tak beri batas dengan siapapun apalagi di rumah ini mau datang terbuka 24 jam. Siapa pun," ucap dia.

"Secara bergelombang mereka datang berbondong ya kita terima, konteksnya apa saya nggak mengerti," sambung Moeldoko.

Pemimpin Jangan Mudah Goyah dan Baper

Refleksi Moeldoko di Hari Kesaktian Pancasila
Refleksi Moeldoko di Hari Kesaktian Pancasila (Foto:KSP)

Terkait adanya isu yang berkembang,  Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta agar para pemimpin tak mudah goyah dan baper.

"Saran saya ya, menjadi seorang pemimpin harus seorang pemimpin yang kuat. Jangan mudah baperan, jangan mudah terombang ambing dan seterusnya. Kalau anak buahnya enggak boleh pergi ke mana-mana ya diborgol saja kali," jelas Moeldoko dalam konferensi pers, Senin (1/2/2021).

Dia pun mengaku kerap menerima siapapun tamu yang datang untuk bercerita, termasuk di rumahnya. Kendati begitu, Moeldoko menekankan tidak pernah membahas soal upaya pengambilalihan kekuasaan di Partai Demokrat.

"Secara bergelombang mereka datang berbondong-bondong ya kita terima. konteksnya apa saya juga tidak mengerti. Dari ngobrol-ngobrol itu biasanya saya awali dari (topik) pertanian karena saya memang suka pertanian," jelas Moeldoko.

"Berikutnya, curhat tentang situasi yang dihadapi ,ya gue dengerin saja, gitu. Berikutnya ya sudah dengerin saja," sambung Moeldoko.

Moeldoko Duga Isu Kudeta Muncul dari Foto-foto

Wawancara Kepala Staf Presiden Moeldoko Dengan KLY
Kepala Staf Presiden Moeldoko saat wawancara dengan KLY di Jakarta, Rabu (16/1). Dalam wawancara tersebut Moeldoko memaparkan kinerja kerja pemerintahan Jokowi-JK hingga saat ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Moeldoko menduga tudingan tersebut muncul setelah beredarnya foto-foto dirinya bersama sejumlah orang.

"Muncullah isu dan seterusnya mungkin dasarnya foto-foto ya, ada dari Indonesia Timur dari mana-mana datang ke sini kan ingin foto sama gue, sama saya. Ya terima saja, apa susahnnya," ujar Moeldoko dalam konferensi pers virtual, Senin, 1 Januari kemain.

Dari sanalah, dia menilai isu dirinya ingin mengambil alih Parti Demokrat muncul. Moeldoko mengaku tak mau ambil pusing dengan isu kudeta tersebut.

"Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan itu ya silakan saja. Saya tidak keberatan," kata dia.

Moeldoko: Kudeta dari Dalam, Bukan Luar

Terkait adanya kader non partai yang disebut akan mengambil alih kepemimpinan AHY sebagai Ketua Umum Demkrat, begini tanggapan Moeldoko.

"Kalau ada istilah kudeta ya kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar," kata Moeldoko dalam konferensi pers virtual, Senin (1/2/2021).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya