Berkat Bantuan KKP, Nelayan di Sukabumi Tak Lagi Bergantung Musim

Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) memberikan bantuan berupa cold storage atau gudang beku dan Air Blast Freezer (ABF).

oleh stella maris diperbarui 24 Feb 2021, 19:25 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2021, 18:38 WIB
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Liputan6.com, Jakarta Di musim paceklik, para nelayan di pesisir selatan Sukabumi mendatangkan ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhan Ratu atau bahkan dari Jakarta untuk kebutuhan lokal. Namun kini tidak lagi karena nelayan yang tergabung dalam Koperasi Nelayan Berdaulat mendapat bantuan.

Koperasi Nelayan Berdaulat merupakan UMKM di wilayah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ciwaru yang beranggotakan 20 orang. Koperasi ini bergerak di bidang usaha penangkapan, pengolahan dan distribusi ikan segar.

Koperasi ini pun mendapat bantuan dari Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) berupa, cold storage atau gudang beku dan Air Blast Freezer (ABF). Jadi ikan hasil tangkapan nelayan pada saat cuaca baik dapat dibekukan dan disimpan.

"Jadi kesegaran mutu ikan tetap terjaga dan kapasitas jual beli ikan bisa diatur menyesuaikan kondisi permintaan dan harga pasar tanpa terpengaruh adanya musim," kata Atin Irawan Ketua Koperasi Nelayan Berdaulat, Rabu (24/2).

Dengan adanya bantuan tersebut, koperasi juga lebih efisien dalam segi biaya operasional bisnis koperasi dan adanya multiplier effect. Bahkan, Atin memastikan, mulai dari para nelayan, kelompok pemasar, pengolah ikan, pemilik moda transportasi dan konsumen lainnya yang terlibat dalam rantai bisnis perikanan merasakan dampak langsung dari bantuan tersebut.

"Oleh karena itu mereka lebih terjamin mendapatkan manfaat karena meningkatnya kelancaran bisnis Poklahsar setelah mendapatkan bantuan gudang beku," sambungnya.

Adapun lokasi gudang beku, lanjutnya, berada di jalan Ciwaru-Palangpang, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

"Sudah pasti koperasi membutuhkan gudang beku dan ABF untuk bahan baku pengolahan dimasa paceklik. Jadi bantuan ini sangat tepat," urainya.

Hal ini sejalan dengan harapan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono bahwa adanya bantuan gudang beku terjadi stabilitas pasokan dan harga ikan baik hasil tangkapan laut maupun hasil budidaya.

Menteri Trenggono juga berharap, bantuan dari pemerintah tersebut tepat sasaran sehingga dapat menjadi penyemangat bagi para pelaku usaha perikanan untuk lebih giat berbisnis, serta lebih memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan ikan agar tercipta nilai tambah terhadap produk perikanan.

Sementara Dirjen PDSPKP, Artati Widiarti mengungkapkan, penyaluran bantuan gudang beku portable berkapasitas 20 ton dan ABF berkapasitas 1 ton/hari tak lepas dari potensi perikanan tangkap di TPI Ciwaru.

Selama 2019, total produksinya sebesar 296.046 ton yang terdiri dari ikan tongkol, layur, layang, udang dan teri sebaga komoditas dominan. Jumlah armada TPI Ciwaru sekira 200 kapal dengan kapasitas tampung 500 kg/ kapal.

Adapun produksi koperasi sebesar 94,634 ton atau 31,7% dari total produksi TPI Ciwaru.

"Pengolahan yang berkembang di Ciwaru adalah ikan asin dengan bahan baku ikan teri, rebon, dan layur kecil serta pemindangan dengan bahan baku ikan tongkol, salem, banjar, etem, cakalang," jelas Artati.

Melalui bantuan ini, Artati berharap ikan produksi nelayan tak hanya dipasarkan untuk kebutuhan lokal, melainkan bisa didistribusikan ke Sukabumi atau luar daerah. Terlebih dengan gudang beku dan ABF bisa digunakan untuk menjaga kesegaran dan mutu ikan.

"Jika sebelumnya ikan tidak dapat disimpan karena tidak ada gudang beku sehingga yang terjadi adalah penurunan mutu ikan dan harga jual," jelasnya. 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya