3 Pernyataan Kepala BNPB Terkait Banjir Bandang Flores Timur NTT

Kepala BNPB Doni Monardo menyebut bahwa Pulau Adonara dan Kabupaten Lembata, NTT merupakan dua wilayah yang paling parah terdampak banjir bandang dan tanah longsor.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Apr 2021, 15:42 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2021, 15:36 WIB
Doni Monardo
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo mendorong Pemprov Bali agar membentuk Satgas Karantina saat Rapat Koordinasi di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (1/4/2021). (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan garda terdepan dalam penanganan bencana banjir bandang yang terjadi di Flores Timur. Bantuan berupa logistik dan tim relawan dikirim dari Jakarta menuju Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bantuan untuk korban banjir bandang itu dibawa bersama rombongan Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo yang bertolak ke Flores Timur pada Senin, 5 April pagi kemarin. Sisanya dikirimkan secara bertahap pada hari yang sama menggunakan ekspedisi udara.

"Bersama dengan pesawat juga ada barang-barang logistik yang dibutuhkan seperti selimut, makanan siap saji hingga obat-obatan," jelas Doni.

Diketahui, dahsyatnya bencana banjir bandang di Flores Timur menyebabkan kerugian materil dan tak sedikit jumlah korban jiwa berjatuhan. Di Kabupaten Flores Timur dilaporkan 44 orang meninggal dunia, Kabupaten Lembata 11 orang meninggal dunia, Kabupaten Ende 2 orang meninggal dunia, dan Kabupaten Alor 11 orang meninggal dunia.

 

Berikut deretan pernyataan Kepala BNPB terkait banjir bandang di Flores Timur dihimpun Liputan6.com:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Penanganan Bencana NTT Perhatikan Prokes Covid-19

Doni Monardo memastikan penanganan bencana banjir bandang di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap memperhatikan pentingnya protokol kesehatan (Prokes) Covid-19.

"Beberapa bulan terakhir ini di NTT mengalami peningkatan. Setelah delapan bulan pertama Covid di NTT sangat rendah sekali, namun setelah Desember pasca Natal-Tahun Baru itu tinggi sekali," tutur Doni Monardo saat konferensi pers virtual, Senin, 5 April 2021. 

Doni menyebut, khususnya di pengungsian, petugas akan berupaya memisahkan antara kelompok rentan dengan anak-anak muda.

"Temasuk anak balita dan wanita hamil. Konsep itu akan tetap kami jalankan untuk penanganan pengungsi di NTT," jelas dia.

Lebih lanjut, Doni menyatakan pihaknya menyediakan bantuan tunai agar masyarakat dapat menyewa tempat tinggal sementara. Hal tersebut demi mengurai jumlah pengungsi yang menetap di pengungsian.

"Kita juga, kami bersama Kemenkes menyiapkan antigen sehingga siapa pun yang tiba ke lokasi dilakukan pemeriksan. Kemudian mengingatkan masyarakat melalui koordinator posko tentang bagaimana mengenali gejala Covid. Sehingga jika ada maka dapat dipisahkan," Doni menandaskan.

 

2. Tidak Berstatus Bencana Darurat Nasional

Doni juga menyatakan bahwa pihaknya tidak menetapkan status bencana darurat nasional terhadap peristiwa banjir bandang di Kabupaten Flores Timur, NTT.

"Status bencana darurat nasional itu manakala kegiatan pemerintahan runtuh," tutur Doni Monardo saat konferensi pers virtual, Senin, 5 April. 

Menurut Doni, kondisi pemerintahan di Provinsi dan Kabupaten Kota wilayah terdampak banjir bandang di NTT masih dapat berjalan. Dengan begitu, tidak perlu adanya penetapan status bencana darurat nasional.

"Kami berpikir tidak perlu ada usulan untuk menentukan status bencana darurat nasional. Cukup daerah saja yang menetukan status bencana," kata Doni.

3. Adonara dan Lembata Paling Parah

Lebih lanjut Doni mengatakan, ada dua wilayah di NTT yang paling parah terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor, yaitu Pulau Adonara dan Kabupaten Lembata.

"Paling parah pertama, Adonara dan Lembata di mana masih ada sejumlah korban hilang, belum ditemukan termasuk dari Kabupaten Alor," kata Doni dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (6/4/2021).

Menurut dia, setidaknya ada 500 unit rumah di Pulau Adonara dan Kabupaten Alor yang mengalami rusak berat akibat bencana alam NTT. Sementara, di Kabupaten Lembata hingga kini total ada 224 rumah yang mengalami rusak berat.

"Barusan Pak Bupati mengatakan di Lembata rumah yang rusak berat di Lembata berjumlah 224 unit, rusak sedang 15 unit, rusak ringan 75 unit," ujar Doni.

Adapun dua desa di Kabupaten Lembata yang terkena dampak paling besar yakni, di kaki Gunung-Ile-Lewotolok. Doni mengaku pihaknya proses evakuasi warga belum terealiasasi karena bencana siklon di wilayah tersebut.

 

Syauyiid Alamsyah 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya