Liputan6.com, Jakarta Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengajak anak muda yang bergerak di bidang teknologi dan pemasaran untuk melindungi serta memajukan produk karya rakyat kecil, terlebih UMKM apalagi mengingat situasi sekarang tengah pandemi Covid-19.
Hal ini disampaikannya saat berbicara dengan sejumlah milenial dalam acara bertema Indonesia Muda Membaca Bung Karno yang diselenggarakan Megawati Institute secara daring, Selasa (29/6/2021).
Baca Juga
3 Pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri soal Pilkada 2024, Sebut Demokrasi Terancam Mati
Megawati Komentari Kekalahan Andika-Hendi di Pilkada Jateng: Kalau Jujur Harusnya Gak Kalah
Megawati Sampaikan Sikap PDIP soal Hasil Pilkada 2024: Jaga Suara dan Kumpulkan Bukti Intimidasi Aparatur Negara
Padahal, lanjut dia, Presiden Joko Widodo sudah mendengungkan agar anak bangsa membantu produk UMKM.
Advertisement
"Mereka itu sangat rapuh, karena apa? Mereka sangat tradisional, mereka sangat cinta pada budaya bangsa sehingga mereka menunjukkannya dari sisi seni, ada bikin keranjang, batik, kain, sangat rapuh. Karena mereka tidak tahu bagaimana cara berusaha. Itu makanya saya bilang rapuh mereka sangat mudah, maaf, untuk ditipu," kata Megawati.
Megawati lalu menceritakan produk daerah Endek Bali yang populer akhir-akhir ini. Di mana produk kesenian kain itu mendapat kerja sama dengan brand internasional, Dior. Namun, sangat disayangkan satu helai kain dihargai antara Rp 120 ribu-Rp 160 ribu.
Putri Proklamator RI itu meyakini pasti harga jual kembali kain Endek Bali di Dior sangat tinggi. Dia pun mengajak anak-anak muda yang mengerti mengenai kesenian untuk belajar dari hal tersebut.
"Kalau sudah ada Dior-nya itu, lalu akan dijualnya berapa? Bukan tidak boleh, saya bukan orangnya antiasing, tetapi itu barang kita, barang milik rakyat kita yang harusnya dibantu bahwa mereka itu harus dituntun dari hulu sampai hilir," kata Megawati.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bedakan Kondisi Lapangan
Di lain sisi, Megawati mengajak anak-anak muda milenial sering turun ke bawah melihat kondisi riil rakyat kecil.
"Pengalaman saya, teori itu belum tentu sama dengan fragmentasi lapangan. Teori sangat menantang kalau untuk ke lapangan," kata dia.
Advertisement