Liputan6.com, Jakarta - Tes keperawanan tak lagi ada dalam rekrutmen prajurit Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) TNI. Hal tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa.
Andika menginstruksikan agar jajarannya tak lagi melakukan tes kesehatan yang tidak terkait dengan kemampuan prajurit.
Baca Juga
"Kita fokus tidak ada lagi pemeriksaan di luar tujuan, dan tujuan rekrutmen tadi adalah seleksinya antara lain agar yang diterima itu bisa mengikuti pendidikan pertama, yang berarti hubungannya dengan mayoritas fisik," tutur Andika seperti dikutip Liputan6.com dalam video yang diunggah akun Youtube TNI AD Jumat 6 Agustus lalu.
Advertisement
Selain itu, Andika menyebut, dalam tes seleksi penerimaan sebelumnya ada pemeriksaan ginekologi untuk pengecekan abdomen atau perut, genitalia luar, dan genitalia dalam. Saat ini, pemeriksaan itu juga turut mengalami perubahan.
Berikut 4 fakta terkait perubahan aturan dalam rekrutmen prajurit Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) TNI, dihimpun Liputan6.com:
1. Hapus Tes yang Tidak Relevan
Beberapa waktu lalu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menginstruksikan agar jajarannya tak lagi melakukan tes kesehatan yang tidak terkait dengan kemampuan prajurit.
"Kita fokus tidak ada lagi pemeriksaan di luar tujuan, dan tujuan rekrutmen tadi adalah seleksinya antara lain agar yang diterima itu bisa mengikuti pendidikan pertama, yang berarti hubungannya dengan mayoritas fisik," tutur Andika dalam video yang diunggah akun Youtube TNI AD Jumat 6 Agustus lalu, seperti dikutip Liputan6.com.
"Oleh karena itu, ada hal-hal yang memang peserta ini harus memenuhi, tetapi ada juga hal-hal yang tidak relevan, tidak ada hubungannya, dan itu tidak lagi dilakukan pemeriksaan," lanjut dia.
Andika meminta jajarannya dapat mengetahui perubahan aturan tersebut, khususnya Pusat Kesehatan TNI AD hingga ke rumah sakit. Sehingga ke depan, dalam proses pendidikan Kowad tidak ada lagi tes yang tidak relevan untuk dilakukan.
"Ini yang kemudian menonjol dalam perubahan kali ini, karena memang kita harus konsekuen juga. Kita lakukan seleksi terhadap pria harus sama dengan apa yang kita lakukan terhadap wanita, dalam hal tadi, kemampuan mereka untuk mengikuti pendidikan pertama atau dasar militer," jelas Andika.
"Nanti rekan-rekan semua akan mendengar dari Kakesdam maupun kepala rumah sakit yang mungkin sudah diberitahu Kapuskes, ada hal-hal yang tidak perlu lagi dilakukan, dan bukan tidak perlu, tidak boleh, sekarang enggak ada hubungan," ucap Andika.
Â
Advertisement
2. Tak Ada Lagi Tes Keperawanan
Andika menegaskan bahwa pihaknya memperbaiki berbagai tes dalam seleksi penerimaan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Termasuk salah satunya tes keperawanan.
"Kemudian hymen atau selaput dara. Tadinya juga merupakan suatu penilaian. Hymennya utuh atau hymen rupturnya sebagian, atau hymen ruptur yang sampai habis. Sekarang nggak ada lagi penilaian itu," tutur Andika.
Andika menyebut, dalam tes seleksi penerimaan sebelumnya ada pemeriksaan ginekologi untuk pengecekan abdomen atau perut, genitalia luar, dan genitalia dalam. Namun untuk sekarang juga turut mengalami perubahan.
"Nah ginekologi yang lama itu pada untuk proses pemeriksaan panggul ya dengan misalnya genitalia itu ada pemeriksaan genitalia luar. Nah, dan ada yang lain lagi termasuk pemeriksaan inspeksi vagina dan servic," ucaap dia.
"Sekarang nggak ada lagi pemeriksaan inspeksi vagina dan serviks tidak ada lagi. Tapi pemeriksaan genitalia luar, abdomen, genitalia dalam tetap. Tetapi tanpa melibatkan tadi, inspeksi secara khusus ke serviks dan vagina," sambung Andika.
Â
3. Evaluasi Tes Buta Warna dan Tulang Belakang
Andika menyampaikan, pihaknya bakal menghapus sejumlah materi seleksi penerimaan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Salah satunya tes keperawanan.
"Kita itu tiap tahun selalu memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Karena memang itulah sebuah organisasi. Organisasi yang mau maju dia harus memperbaiki diri," tutur Andika.
Dalam hal rekrutmen, Andika melanjutkan, pihaknya telah membahas berbagai perbaikan materi tes sejak awal Mei 2021. Itu pun menyeluruh baik prajurit pria atau wanita.
"Baik itu mulai dari tingkat yang terbawah, Tamtama, Bintara, maupun Perwira. Itu kita bahas, kita evaluasi, dan kita perbaiki," jelas dia.
Andika mencontohkan tes buta warna yang ditambah materinya, dari sebelumnya hanya menggunakan metode Ishihara kini dilengkapi dengan metode Hardy Rand Rittler. Hal itu dilakukan agar seleksi menjadi lebih ketat dan teliti.
"Buta warna itu kan spektrum dari nol sampai 100. Mungkin waktu Ishihara hanya beberapa saja yang buta warna tapi tak ter-detect ada. Tapi sekarang enggak bisa lagi," kata Andika.
Kemudian, ada pemeriksaan struktur tulang belakang yakni pemyimpangan dari lateral kanan dan lateral kiri.
Dalam tes sebelumnya, kemiringan penyimpangan yang diterima hanya sampai 5 derajat, namun sekarang ada toleransi sampai dengan 20 derajat.
"Jantung. Sama, jantung juga begitu, tadinya kurang teliti kita tambahkan proses pemeriksaan yang lebih teliti," sambung dia.
Â
Advertisement
4. Penyempurnaan Materi Seleksi
Andika mengatakan evaluasi dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan materi seleksi dari yang sudah ada sebelumnya.
"Karena memang tujuan tadi, penyempurnaan materi seleksi itu lebih ke bagaimana tujuannya ya kesehatan, satu, menghindari suatu insiden yang menghilangkan nyawa. Jadi orang harus siap," terang dia
Keseluruhan contoh yang disebutkan tadi, kata Andika, adalah fokus demi mengantisipasi terjadinya insiden saat latihan para prajurit.
Dia menegaskan, jangan sampai ada yang kehilangan nyawa karena organ tubuhnya gagal atau pun membahayakan rekan sesama anggota selama pelatihan.
"Karena memang pada saat latihan itu, kita akan berada pada posisi kondisi fisik yang mepet. Jadi itu semua masuk ke penyempurnaannya. Sehingga yang tidak ada lagi hubungannya udah nggak perlu lagi," Andika menandaskan.
Siapa Calon Panglima TNI Pilihan Jokowi?
Advertisement