Pemerintah Diminta Bentuk Tim Pencari Fakta Kekerasan di Papua

Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) meminta pemerintah untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dalam aksi kekerasan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

oleh Yopi Makdori diperbarui 21 Sep 2021, 15:15 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2021, 15:15 WIB
Tenaga Kesehatan, Nakes, Papua, Nakes di Papua, Gabriella Meilani
Ratusan nakes menunjukkan rasa duka atas meninggalnya suster Gabriella Meilani, salah seorang korban pembakaran Puskesmas Kiwirok oleh KKB belum lama ini. (Foto: IDI Papua)

Liputan6.com, Jakarta Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) meminta pemerintah untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dalam aksi kekerasan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Papua, Senin 13 September 2021.

"Kami mendorong dibentuk tim pencari fakta (TPF) untuk mengusut kekerasan di Kiwirok tersebut. Sebabnya, awal mula peristiwanya masih samar sehingga harus terjawab tuntas. Ada dugaan aksi pembakaran itu pecah setelah adanya baku tembak antara KKB dengan aparat," kata anggota pengarah FSK Nursyahbani Katjasungkana melalui keterangan tertulisnya, Selasa (21/9/2021).

Ia memandang peristiwa yang mengakibatkan seorang tenaga kesehatan (nakes) meninggal dan dua nakes perempuan lainnya juga mengalami kekerasan seksual, serta rentetan kekerasan sebelumnya tidak dapat dilihat sebagai kejahatan kriminal biasa.

FSK berharap pemerintah pusat dan pemda Papua mengambil tindakan yang perlu untuk menjaga keamanan pada tempat-tempat pelayanan publik yang esensial seperti puskesmas, rumah sakit, ataupun praktek dokter serta tempat layanan publik lainnya.

Nursyahbani juga menambahkan laporan TPF nantinya dapat menjadi dasar bagi pemerintah pusat bersama pemda Papua untuk membuka kembali dialog antara Jakarta dan Papua demi menyelesaikan persoalan Papua.

Menurutnya, TPF penting untuk menghindari segala macam spekulasi yang menimbulkan kesalahan informasi atas kekerasan tersebut.

 

Anggota TPF

TPF bisa dibentuk terdiri dari perwakilan pemerintah, perguruan tinggi, kelompok independen, dan LSM Papua serta Komnas HAM/perwakilan Papua dan Komnas Perempuan.

Dengan demikian bisa diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi sampai dengan kekerasan yang terjadi terhadap nakes/puskesmas Kiwirok ini.

Nursyahbani sendiri menyesalkan aksi kekerasan tersebut. "Kekerasan terhadap nakes tersebut amat disesalkan terutama di saat masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Papua khususnya sangat membutuhkan tenaga kesehatan, terutama dalam menghadapi pandemi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya