Kasus Omicron Melonjak, Pemerintah Siaga Utama Jika Keterisian RS Capai 20 Persen

Menko Luhut memprediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia terjadi pada awal Februari 2022.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 12 Jan 2022, 11:55 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2022, 11:55 WIB
Suasana Wisma Atlet Kemayoran Pasca Temuan Kasus Covid-19 Varian Omicron
Bus yang mengangkut TKI dari luar negeri mengantre masuk untuk menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus varian Omicron dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan memprediksi puncak Covid-19 varian Omicron di Indonesia terjadi pada awal Februari 2022.

Pemerintah pun akan menetapkan status siaga utama varian Omicron apabila tingkat keterisian (BOR) rumah sakit menyentuh angka 20 persen.

"Perawatan di RS akan menjadi salah satu indikator utama. Kami akan high alert atau siaga utama ketika BOR mendekati 20-30 persen," kata Luhut dikutip dari keterangan persnya, Rabu (12/1/2022).

Dia menyampaikan bahwa saat ini kasus varian Omicron telah teridentifikasi di 150 negara dan menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara dunia. Luhut menyebut kondisi tersebut bisa terjadi di Indonesia.

"Namun kita tidak perlu panik, tetapi kita tetap waspada," ucapnya.

Menurut dia, Indonesia saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang varian Omicron. Hal ini dikarenakan tingkat vaksinasi Covid-19 serta testing dan tracing (penulusuran) di Indonesia sudah jauh lebih tinggi.

Tak hanya itu, sistem kesehatan Indonesia juga sudah lebih siap, baik dalam hal obat-obatan (termasuk molnupiravir dari Merck), tempat tidur RS, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat.

 

Lonjakan Omicron di RI Tak Setinggi Negara Lain

Suasana Wisma Atlet Kemayoran Pasca Temuan Kasus Covid-19 Varian Omicron
Sejumlah pasien Covid-19 saat menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus Covid-19 varian Omicron dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Karena itu, Luhut optimistis peningkatan kasus Omicron di Indonesia tak setinggi negara-negara lainnya.

"Dengan berbagai kesiapan tersebut, dan belajar dari pengalaman yang lalu, Saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain," jelasnya.

Disisi lain, Luhut meminta masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menahan diri untuk berpergian ke luar negeri dalam 2 sampai 3 minggu kedepan. Pasalnya, kenaikan kasus Covid-19 saat ini didominasi oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang pulang ke tanah air.

"Hari ini (Selasa), jumlah kasus mencapai 802 kasus, tetapi sebagian masih disumbangkan oleh PPLN. Dari 537 kasus di Jakarta, 435 kasus berasal dari PPLN," tutur dia.

"Oleh karenanya, kami sekali menghimbau masyarakat untuk tidak bepergiran dulu keluar negeri dalam 2-3 minggu depan," sambung Luhut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya