Hujan Es di Surabaya, Waspada Sebaran Polutan

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei menghimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan bongkahaan es di Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Feb 2022, 17:44 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2022, 17:44 WIB
Ilustrasi hujan es
Ilustrasi hujan es (unsplash.com/Martin Berlinger)

Liputan6.com, Surabaya - Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei menghimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es di Surabaya.

"Hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa. Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujarnya, Rabu (23/2/2022).

Meski demikian, Arie membenarkan bahwa hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Ia mengungkapkan bahwa hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.

“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” jelasnya.

Sebaran Polutan

Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie justru menyahut bahwa hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas. Ia mengungkap, turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.

“Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ungkapnya.

Arie berharap, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” ujarnya sekaligus menyinggung kelakuan masyarakat yang tersebar di internet.

Infografis

Infografis Musim Hujan Datang, La Nina Mengintai. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Musim Hujan Datang, La Nina Mengintai. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya