Pengamat soal Cak Imin Minta Tunda Pemilu 2024: Ini Ada Hubungan dengan Elektabilitasnya

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengusulkan agar Pemilu 2024 ditunda untuk memberi waktu pemulihan ekonomi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 24 Feb 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2022, 20:55 WIB
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin)
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin). (Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengusulkan agar Pemilu 2024 ditunda untuk memberi waktu pemulihan ekonomi.

Namun, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin melihat bahwa ini berkaitan dengan elektabilitas Cak Imin yang dianggapnya tak kunjung naik.

Diketahui Cak Imin digadang-gadang akan maju sebagai Capres di Pemilu 2024. Namun, di dalam survei Litbang Kompas beberapa hari lalu, namanya tak masuk sama sekali.

"Tak ada alasan mengundur Pemilu. Yang diutarakan oleh Cak Imin itu kepentingan oligarki dan koorporasi. Bukan kepentingan rakyat," kata Ujang saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu (23/2/2022).

"Itu juga ada hubungannya dengan persoalan Cak Imin. Soal elektabilitanya yang tak naik dan sedang tak harmonis dengan PBNU," sambungnya.

Selain itu, dia menduga bisa jadi ada kepentingan lain jika ada Ketum Parpol lain yang mengungkapkan hal yang sama. Kepentingan yang dimaksud adalah keinginan membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi tiga periode.

"Partai-partai atau ketum partai yang mendukung perpanjangan masa jabatan presiden telah mengkhianati reformasi," kata Ujang.

"Jika sudah begitu hanya kekuatan rakyat yang akan menghentikan jalannya skenario perpanjangan masa jabatan presiden tersebut. Rakyat mesti bersatu untuk menolak dan melawan perpanjangan masa jabatan tersebut. Rakyat tak boleh berharap pada ketum-ketum partai yang mengkhianati amanah rakyat," katanya.

 

Hasil Litbang Kompas

Sebelumnya, Litbang Kompas kembali menggelar survei elektabilitas calon Presiden untuk Pemilu 2024. Tiga nama tokoh yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo menempati urutan tiga teratas. Unggul jauh dari tokoh-tokoh lainnya.

Prabowo mengalami kenaikan dua kali lipat dari survei yang sama pada Oktober 2021. Pada periode Januari 2022, elektabilitas Prabowo berada di angka 26,5%. Sementara, dukungan untuk Prabowo di bulan Oktober 2021 di angka 13,9 persen.

Di urutan kedua ada Ganjar dengan 20,5 persen. Sama seperti Prabowo, elektabilitas Ganjar naik drastis dibandingkan bulan Oktober di angka 13,9 persen.

Sementara, Anies berada di urutan ketiga. Anies dalam dua kali survei sebelumnya potensi keterpilihannya cenderung stagnan meski mengalami kenaikan. Pada Oktober 2021, elektabilitas Anies sebesar 9,6 persen, pada Januari 2022 menjadi 14,2 persen.

Selanjutnya, Sandiaga Uno menempati urutan keempat sekarang 4,9 persen. Posisi keterpilihannya cenderung stabil. Pada Oktober 2021, Sandiaga mengantongi 4,6 persen.

Dengan angka itu, Sandiaga memuncaki elektabilitas tokoh papan tengah. Di bawah Sandiaga, ada nama Agus Harimurti Yudhoyono dengan 3,7%.

Kenaikan elektabilitas ketiga tokoh di atas menyebabkan penurunan pada elektabilitas sejumlah tokoh di papan tengah menjadi mendekati posisi papan bawah.

Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama, dan Tri Rismaharini yang tadinya berada di rentang 4-5 persen, kini berada di antara 2 dan 3 persen.

Litbang Kompas menambahkan, figur di papan bawah berurutan nama Andika Perkasa 2%, Gatot Nurmantyo 1,4%, Erick Thohir 1,1%, Mahfud MD 1,1%, Puan Maharani 0,6%.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya