Liputan6.com, Jakarta Puncak arus balik di Bandara Internasional Soekarno Hatta (soetta) diprediksi akan berlangsung Sabtu (7/4/2022) hari ini. Diperkirakan akan ada 130 ribu pergerakan penumpang yang melintas di bandara tersibuk di Indonesia tersebut.
Baca Juga
Mengantiipasi kepadatan penumpang, ribuan petugas gabungan yang bertugas di Bandara Soetta mengikuti Apel Siaga Arus Balik Angkutan Lebaran 2022.
Advertisement
Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin mengungkapkan, perkiraan puncak arus balik dibagi menjadi tiga hari, yakni hari ini tanggal 7 Mei 2022, lalu besok 8 Mei 2022 hingga Senin, 9 Mei 2022.
"Namun, pergerakan penumpang dan pesawat sudah mulai terasa arus balik sejak hari Jumat atau kemarin. Tercatat ada 1.002 pergerakan pesawat dengan pergerakan penumpang di atas 135 ribu orang," ungkap Awaluddin, Sabtu (7/5/2022).
Lalu, untuk hari ini, diprediksi akan ada hampir seribu pergerakan pesawat dengan lebih dari 137 ribu pergerakan penumpang di Bandara Soekarno Hatta.
Keesokan harinya atau pada Minggu, 8 Mei 2022, pergerakan penumpang dan pesawat akan meningkat lagi bila dibandingkan hari ini. Menurut Awaluddin, prediksinya di 20 bandara yang dikelola PT AP II, akan ada 1.600 pergerakan pesawat dengan 200 ribuan pergerakan penumpang.
"Maka itu, demi membuat nyaman para penumpang, kami stakeholder seperti Airnav, Airlines, Otoritas Bandara, rekan-rekan Beacukai, Imigrasi, Karantina, groundhandling, juga TNI/Polri terus berkordinasi dengan baik, hingga masa Angleb berakhir di 10 Mei 2022," kata Awaluddin.
Kondisi padat membludak terjadi di Terminal Kedatangan Luar Negeri Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis sore, (5/5/2022). Peristiwa tersebut pun diwarnai sejumlah orang yang pingsan hingga menangis.
Kondisi Membeludak di Bandara Soetta
Pengalaman tersebut dibagikan oleh mantan Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Zulfikar Mochtar. Dia juga sempat mengunggah video terkait kondisi itu di Instagram pribadinya.
"Jadi tadi pada saat di terminal kedatangan itu kan ada deretan imigrasi di situ, kan ada 12 loket, tapi loket yang aktif untuk yang paspor biasa itu hanya lima, sementara itu yang datang kan itu ribuan orang. Jadi ada jemaah haji, ada TKI, ada macam-macam datang terus itu minim petugas, kemudian pengaturannya tidak rapi, orang tua, anak-anak, tercampur semua, akibatnya ada beberapa yang pingsan," tutur Zulfikar saat dihubungi Liputan6.com dan menceritakan peristiwa kepadatan tersebut.
"Kemudian proses cukup lama, kemudian jadi ada banyak yang bertengkar, ada orang nangis-nangis segala macam," sambungnya.
Menurut Zulfikar, kondisi tersebut terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Bahkan, dirinya yang terbilang berada di deretan terdepan antrean pun baru selesai proses imigrasi setelah memakan waktu dua jam lebih.
"Itu sekitar jam 16.30 sampai jam 18.00 WIB. Dua jam lebih itu yang datang itu. Kebetulan saya di depan-depan kan jadi sudah duluan, tapi itu saya mungkin sudah dua jam lebih, kemudian itu petugas sudah diteriaki, orang pada bertengkar, kemudian jadi masih panjang. Jadi saya kira maghrib itu baru pada tuntas," jelas dia.
Advertisement
Prokes Diabaikan
Zulfikar menyayangkan kondisi tersebut kembali terjadi, yang bahkan terbilang di setiap tahunnya. Dia pun menyoroti sistem evaluasi imigrasi dan pihak terkait lainnya dalam upaya koordinasi dan antisipasi membludaknya terminal kedatangan imigrasi.
"Saya pikir ini sepertinya tim dari imigrasi dan juga dari Angkasa Pura ini tidak antisipatif. Harusnya paham bahwa akan ada situasi seperti ini harusnya bisa fleksibel. Bahwa ketika ada kedatangan pesawat, datang bersamaan yang banyak sampai ribuan harusnya loket bisa diaktifkan semua, ada pengaturan, pengawasan, untuk memastikan ada jalur-jalur khusus misalkan untuk orang tua, anak-anak, ibu-ibu, supaya tidak tercampur seperti tadi itu," ujarnya.
"Karena tadi itu hampir tidak ada protokol kesehatan lagi. Ini sudah campur baur semua. Jadi saya kira pihak bandara perlu berbenah lagi ini antisipasi hal-hal seperti ini, apalagi tiap tahun kejadiannya," Zulfikar menandaskan.