Liputan6.com, Jakarta Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati mengatakan, pihaknya mengantisipasi kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Lebaran 2022.
Menurut dia, pihaknya tetap melakukan pemantauan meski kasus Covid-19 di kota Bekasi sudah melandai dan terkendali.
Advertisement
Baca Juga
"Dinas Kesehatan Kota Bekasi tetap melakukan pantauan kemungkinan lonjakan covid usai Lebaran ini," kata Tanti, Minggu (8/5/2022).
Dia menjabarkan, upaya yang akan dilakukan pihaknya diantaranya, menyiagakan petugas kesehatan di posko pelayanan arus balik mudik maupun Puskesmas di Kota Bekasi, untuk melayani pemeriksaan swab antigen.
"Petugas kesehatan yang sudah terjadwal pada posko Lebaran/Ketupat maupun Puskesmas di seluruh Kota Bekasi, juga melaksanakan pemeriksaan vaksinasi Covid-19," ujar Tanti.
Pihaknya juga menginstruksikan ke seluruh Puskesmas untuk tetap mengedukasi masyarakat agar memeriksakan diri jika memiliki keluhan yang menyerupai gejala Covid-19.
Selain itu, kata Tanti, Puskesmas diminta tetap mengedukasi untuk masyarakat menjalankan protokol kesehatan, meski kasus Covid-19 di Bekasi telah melandai dan terkendali.
Untuk memaksimalkan pelayanan, lanjut dia, Dinas Kesehatan Kota Bekasi menyiapkan fasilitas layanan kesehatan baik dari Puskesmas maupun rumah sakit yang berada di seluruh Kota Bekasi.
"Bagi warga yang telah melaksanakan mudik, jika memiliki gejala yang mengarah pada Covid-19, untuk secara sigap mengecek ke Puskesmas terdekat, agar kekhawatiran kasus lonjakan covid pasca mudik Lebaran ini tidak meningkat," kata Tanti.
Pemerintah Sudah Siapkan Semua Skenario
Sebelumnya, Pemerintah menyiapkan sejumlah strategi guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca arus mudik 2022. Berdasarkan data, sekitar 85 juta pemudik kembali ke kota masing-masing.
"Pemerintah siap dengan semua skenario. Meskipun, kita cukup percaya bahwa kebijakan pelonggaran mudik tahun ini sudah tepat, risikonya cukup terukur dan termitigasi dengan baik,” kata Kepala Badan Intelijen Negara (KABIN) Jend Pol Purn Budi Gunawan dalam keterangan tertulis, Minggu (8/5/2022).
Budi menerangkan, pemerintah telah mematangkan prosedur penanganan jika terjadi lonjakan kasus penularan Covid-19. Fasilitas-fasilitas kesehatan, SDM, obat, serta peralatan juga disiagakan.
"Bisa dibayangkan betapa tingginya intensitas interaksi sosial yang berlangsung selama libur Lebaran ini, dan betapa tinggi risikonya bila tidak termitigasi dengan baik sejak awal,” kata Budi Gunawan, yang merupakan penggagas Medical Intelligence di Tanah Air.
Pemerintah percaya, pelonggaran mudik setelah dua tahun dibatasi merupakan langkah yang tepat. Berbagai indikator penanganan pandemi memang sudah mendukung.
Advertisement
Tren Perbaikan
Sebulan lebih jelang mudik, tren perbaikan status pandemi berlangsung konsisten. Setelah mencapai puncak gelombang ketiga pada 16 Februari 2022 (64.718 kasus harian), kasus harian terus mengalami penurunan, diiringi dengan tren kenaikan jumlah pasien sembuh harian yang selalu lebih tinggi.
Positivity rate terus turun dan stabil di bawah 5%, sesuai standar aman WHO. Tingkat keterisian (BOR) rumah sakit yang sempat di atas 60% juga semakin melandai tinggal satu digit. Dan yang paling melegakan, sero survei pada Maret 2022 menunjukkan, 99,2% penduduk telah memiliki antibodi yang baik, sekitar 7.000-8.000.
"Hal ini menunjukkan, kombinasi antara percepatan vaksinasi dan pengendalian sosial tanpa lockdown total yang diinstruksikan Presiden terbukti berhasil,” ujar dia.
“Pada skenario terbaik, yaitu tidak muncul varian baru yang lebih ganas dibanding Delta, maka kita percaya sudah berada di jalur yang tepat menuju akhir pandemi, lalu bertransisi menuju endemi.” imbuh dia.
Kembangkan Medical Intelligence
Budi menjelaskan vaksinasi dan dosis booster harus dilanjutkan. Begitu pun prosedur kesehatan, harus dibudayakan.
Dua hal ini akan menjadi bagian dari hidup kita, karena baik pada masa pandemi maupun endemi, sesungguhnya hidup bersama dengan virus Corona.
Bedanya, di masa endemi nanti, Indonesia memiliki lebih banyak kesempatan untuk membangun kemandirian vaksin, obat-obatan, serta mengembangkan medical intelligence untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya virus atau biopatogen lain.
"Menghadapi pandemi selama hampir tiga tahun cukup memberikan pelajaran bagi kita untuk membangun kemandirian ini, termasuk antisipasi dampak ikutan seperti long covid dan fenomena hepatitis akut pada anak dan remaja yang pasukan medical intelligence kami monitor perkembangannya setiap hari baik global maupun lokal” tegas dia.
Advertisement