Guru Besar UI: Vaksinasi Covid-19 Sudah Menunjukkan Persentase yang Tinggi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hari ini Jumat (2/9/2022) mengadakan talkshow bertema " Bebas Bepergian Asal Sudah Booster?" secara virtual melalui zoom dan disiarkan melalui youtube.

oleh Benedikta Ave Martevalenia diperbarui 03 Sep 2022, 00:06 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2022, 00:06 WIB
Talkshow " Bebas Bepergian Asal Sudah Booster?"
Talkshow " Bebas Bepergian Asal Sudah Booster?" bersama guru besar mikrobiologi FKUI Prof. Amin Soebandrio dan epidemiologi dan pengajar fakultas kedokteran, kesehatan masyarakat, dan keperawatan UGM Bayu Satria Wiratama, Jumat (2/9/2022). (Dok. Youtube BNPB Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hari ini Jumat (2/9/2022) mengadakan talkshow bertema " Bebas Bepergian Asal Sudah Booster?" secara virtual melalui zoom dan disiarkan melalui youtube.

Talkshow bersama guru besar mikrobiologi FKUI Prof. Amin Soebandrio dan epidemiologi dan pengajar fakultas kedokteran, kesehatan masyarakat, dan keperawatan UGM Bayu Satria Wiratama. 

Dalam kesempantannya, Amin Soebandrio mengatakan berdasarkan hasil survei pihak kementerian kesehatan yang terakhir terkait vaksinasi Covid-19 sudah menunjukkan persentase yang tinggi. Hasil persentase tersebut didapat baik survei pertama maupun kedua dan dilanjutkan dengan vaksin yang dapat meningkatkan vaksinasi di Indonesia. 

“Seperti kita ketahui, kementerian kesehatan sudah melaporkan dari hasil survei mereka terakhir bahwa vaksinasi pertama sudah cukup tinggi. Walaupun masih belum 100 persen, kemudian vaksinasi kedua sekitar 70 persen dan booster sudah jalan. Bahkan booster kedua sudah diberikan kepada beberapa ratus ribu orang walaupun presentasenya masih sedikit ya 0,1 persen”, jelas Amin Soebandrio  saat talkshow pada Jumat (2/9/2022) secara live virtual.

Amin Soebandrio juga mengatakan hal yang lebih penting daripada vaksin yaitu adanya upaya kekebalan tubuh secara humoral yang berasal dari antibodi masing-masing tubuh manusia.

“Tetapi yang menjadi kuncinya adalah upaya kita untuk kekebalan itu kekebalan humoral yg diperankan oleh antibodi maupun yang diperantarai oleh kekebalan seluler. Selama kita memiliki kekebalan itu sekecil apapun, maka sudah memiliki dampak positif. Setidaknya kita sudah bisa menghindari tidak tertular, walaupun tertular tidak berat dan tentu otomatis tidak menyebabkan kematian”, kata Amin Soebandrio. 

Amin Soebandrio berharap vaksinasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan tenaga kesehatan dalam menjadi sumber pencegahan penularan Covid-19 bagi orang lain. Vaksinasi juga membuat tubuh manusia memiliki kekebalan tubuh yang dapat membatasi pergerakan virus Covid-19. 

“Diharapkan bisa mencegah menjadi sumber penularan bagi orang lain. Manfaat vaksinasi itu harus dipakai oleh semua pihak. Tentunya kita berharap kekebalan di penduduk itu bisa lebih tinggi dengan adanya vaksinasi dan booster. Itu akan lebih bisa membangun kekebalan populasi, kekebalan masyarakat atau heard immunity. Itu betul betul bisa membatasi ruang gerak si virus”, ujar Amin Soebandrio.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Vaksinasi bagi Kelompok Rentan

Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia merupakan negara yang tingkat kematian Covid-19 yang rendah. Bayu Satria Wiratama mengatakan hal tersebut perlu diapresiasi oleh seluruh masyarakat dan juga pemerintahan. Meski demikian, masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan tidak boleh lengah dan harus tetap menggalakkan vaksinasi bagi kaum rentan seperti lansia. 

“Kalo tingkat kematian di Indonesia sudah rendah sesuatu yang perlu kita apresiasi. Berarti program vaksinasi yang berhasil walaupun masih perlu ditingkatkan lagi. terutama dibagian lansia dan kelompok rentan .Ada juga mereka yang sudah vaksin dosis 1 tapi belum mendapat dosis 2. Terutama lansia ada yg sudah mendapat dosis 2 tetapi belum mendapat booster. Nah ini yang harus dikejar”, tegas Bayu Satria Wiratama saat talkshow pada Jumat (2/9/2022) secara live virtual.

Menurut Bayu Satria Wiratama masyarakat bersama dengan pemerintah dan tenaga kesehatan harus bekerjasama untuk mengejar ketertinggalan vaksin lanjutkan bagi lansia. Alasannya jika jarak antara vaksin 1 dengan vaksin 2 atau vaksin 2 dengan vaksin booster terlalu jauh maka imunitas tubuh tidak akan terbentuk secara maksimal sehingga imunitas akan turun. Meski tingkat kematian rendah namun tingkat penularan masih ada.

“Karena yang ditakutkan kalau mereka tidak segera mendapatkan dalam jangka waktu lama maka imunitas akan turun. Sehingga ditakutkan mungkin nanti akan terjadi sedikit peningkatan bisa terpapar bisa jadi. Kalo kita tidak bisa mengejar di kelompok-kelompok yang rentan seperti lansia itu angka vaksinasinya tidak bisa kita tingkatkan secepat mungkin”, kata Bayu Satria Wiratama. 


Tetap Ketat Menjalankan Protokol Kesehatan

Seperti yang kita ketahui saat ini secara global termasuk di Indonesia penerapan protokol kesehatan sudah mulai menurun tidak ketat seperti awal terjadinya pandemi Covid-19. Kemudian disertai juga dengan pelonggaran acara-acara di luar ruangan yang memperbolehkan melepas masker. Hal tersebut juga perlu diperhatikan secara khusus langkah-langkah penangan bagi kelompok masyarakat rentan (lansia). 

Bayu Satria Wiratama mengakui bahwa tingkat penularan di luar ruangan cukup rendah sehingga banyak masyarakat yang tidak menggunakan masker. Sehingga para lansia harus tetap berjaga-jaga dan waspada. 

“Jadi kalau skrg ini di luar ruangan sudah mulai cukup banyak yang gak pake masker. Memang kalau di outdoor resiko penularan cukup rendah jika dibandingkan dengan di indoor. Nah apakah yg lansia masih harus berjaga-jaga? Ya”, tegas Bayu Satria Wiratama. 

Bayu Satria Wiratama menyampaikan cara mengatasinya dengan cara para lansia harus secara rutin melakukan pemeriksaan kondisi tubuhnya, terlebih bagi mereka yang memiliki penyakit kronis.  

“Caranya satu tentu mereka harus rutin melakukan skrining terkait kondisinya. Jadi kalo lansia punya kondisi penyakit kronis ya tentu harus dipantau. Jangan sampai kalau mereka tau kondisi sedang tidak fit ya jangan datang ketempat yang tertutup terutama. walaupun kondisi fit terus maksa masuk ya klo bisa sebentar saja, jangan terlalu lama didalam ruangan untuk meminimalisir resiko terinfeksi”, ungka Bayu Satria Wiratama. 

Bayu Satria Wiratama juga memberikan arahan tidak hanya bagi lansia saja namun bagi seluruh masyarakat bahwa setiap orang perlu mengetahui kondisi tubuhnya. Jika sakit sebaiknya tahan diri untuk pergi dan segera periksa. Jika sehat boleh pergi dengan tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir terpapar Covid-19.

“Kalo sekarang lebih tepatnya setiap orang perlu tau resiko masing-masing. Sehingga karenakan sekarang sudah tidak harus pakai masker di luar ruangan kalo kondisi fit ya tidak papa. Tapi tetep disarankan memakai masker walau di luar ruangan, terutama kalo dempet-dempetan itu tetap bisa terpapar kalo kita gak pakai masker terus ada yang bersin itu tetep kena”, ujar Bayu Satria Wiratama. 

Bayu Satria Wiratama menegaskan terutama bagi lansia jika kondisi badan kurang sehat sebaiknya tidak perlu bepergian dan tetap menggunakan masker jikalau sehat.

“Tapi kalo lagi di indoor sebisa mungkin tetap pakai masker kecuali memang sedang makan. Untuk yang lansia ya itu tadi harus jaga diri, jadi kalau memang harus datang pakailah masker. Kalo tidak fit ya tidak usah hadir, karena tujuannya untuk meminimalisir mereka terkena covid. Walaupun sudah divaksin kalo kita lihat dari studi-studi itukan ya mereka yang lanjut usia ya tetep resikonya lebih tinggi”, tegas Bayu Satria Wiratama.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya