Liputan6.com, Jakarta - Aktivis sekaligus cendekiawan muda Yudi Latif beduka dengan meninggalnya Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra. Mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu pun mengenang sosok Almarhum Azyumardi Azra dengan mengutip puisi dari WS Rendra.
"Saudaraku, setiap kali ku mendengar kabar kematian, bergetar hatiku menginsyafi larik puisi WS Rendra. 'Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap'," ucap Yudi dikutip dalam akun instagram pribadinya @yudi.latif, Senin (19/9/2022).
Usai mengutip puisi WS Rendra, Yudi pun turut merangkai kata menjadi sebuah puisi. Dalam puisinya, Yudi menyebut, hidup sangat pendek, sementara kehidupan sangat panjang.
Advertisement
"Ya, hidup ini sungguh pendek, sedang kehidupan itu panjang. Tak sepatutnya demi penghidupan kita korbankan kehidupan. Semua orang memimpikan keabadian, namun banyak orang terperangkap pesona kenisbian," kata dia.
Yudi kemudian menyarankan agar masyarakat banyak mencontoh sosok Azyumardi Azra. Selama hidup, Azyumardi Azra kerap menerlurkan karya ilmiah.
"Jangan mengabadikan sesuatu yang takkan dibawa mati. Yang membuatmu terus hidup dan menghidupkan sampai mati hanyalah warisan ilmu, amal kebajikan, keturanan saleh. Menulislah saat hidup atau dituliskan saat mati. Hidup mulia memberi arti. Dalam mati engkau abadi," Yudi menambahkan.
Yudi kemudian mengutip puisi Pramoedya Ananta Toer yang menggambarkan sosok Azyumardi Azra yang kerap menuangkan karya dalam sebuah buku.
"Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, 'Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi, selama ia tidak menulis maka ia hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian'," kata Yudi.
"Orang boleh kaya seluas samudera. Namun, jika kubangan harta itu tak menumbuhkan raharja bagi kehidupan, maka ia akan mengambang sebentar laksana buih, lantas lenyap disapu gelombang. Berderma adalah beramal untuk keabadian," Yudi menandaskan.
Sempat Dirawat di RS Selangor
Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia sekitar pukul 12.30 waktu Malaysia. Sang profesor meninggal dunia usai dirawat di Rumah Sakit Selangor, Malaysia.
Cendekiawan Muslim yang dilahirkan pada 4 Maret 1955 itu menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima gelar 'sir' dari Kerajaan Inggris. Bekas rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini memperoleh titel Commander of the Order of British Empire, sebuah gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris. Dia menerima gelar itu pada 2010.
Azyumardi diberikan amanat mengemban jabatan Ketua Dewan Pers sejak 2022 hingga 2025. Azyumardi memulai karier pendidikan tinggginya sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN (kini menjadi UIN) Jakarta pada tahun 1982.
Pada 1988, atas bantuan beasiswa Fullbright, Azyumardi mendapat gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University. Kemudian aa memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama pada 1989.
Pada 1992 ia memperoleh gelar Master of Philosophy (MPhil) dari Departemen Sejarah, Columbia University dan Doctor of Philosophy Degree dengan disertasi berjudul The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama ini the Seventeenth and Eighteenth Centuries.
Di tahun 2004 disertasi yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).
Pada 1993 Azyumardi kembali ke Jakarta dan mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam. Pada tahun 1994-1995 dia mengunjungi Southeast Asian Studies pada Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford University, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College.
Azyumardi pernah pula menjadi profesor tamu pada Universitas Filipina dan Universitas Malaya, Malaysia pada tahun 1997. Selain itu, dia adalah anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang diorganisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997-1999.
Advertisement
Sempat Menjadi Rektor
Sejak Desember 2006 menjabat Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sebelumnya sejak tahun 1998 hingga akhir 2006 Azyumardi Azra adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia pernah menjadi Wartawan Panji Masyarakat (1979-1985). Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1992-sekarang), Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998).
Ia juga merupakan orang Asia Tenggara pertama yang di angkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia (2004-2009), dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabad Pakistan (2004-2009).
Ia juga masih menjadi salah satu anggota Teman Serikat Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. Azyumardi Azra dikenal sebagai Profesor yang ahli sejarah, sosial, dan intelektual Islam.
Meninggal Dunia di Malaysia
Innalillahi wa innalillahi rojiun, telah meninggal dunia Ketua Dewan Pers Prof. Dr. Azyumardi Azra. Hal itu dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya saat dihubungi Liputan6.com melalui pesan singkat.
“Betul terkonfirmasi tadi pukul 12.30 waktu setempat (Malaysia) beliau menghembuskan napas, terima kasih atas perhatian teman-teman selama ini,” kata Agung saat dikonfirmasi, Minggu 18 September 2022.
Agung mengajak agar segala pihak ditinggalkan dapat mendoakan untuk almarhum.
“Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau, beliau orang baik, orang hebat,” Agung menutup.
Diketahui sebelum meninggal dunia, almarhum tengah melaksanakan perjalan ke Malaysia. Sesampainya di Malaysia, Almarhum sempat dirawat di Rumah Sakit Selangor untuk menjalani perawatan intensif.
Advertisement