Liputan6.com, Jakarta - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam memastikan, eskalasi massa di Stadion Kanjuruhan Malang tidak terjadi secara sporadis usai pertandingan antara Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober 2022.
Hasil investigasi Komnas HAM, eskalasi massa muncul pasca 20 menit ramainya massa yang turun dari stadion menuju lapangan.
Baca Juga
"Pada 14 sampai 20 menit pasca peluit panjang semua masih terkendali, pemain Arema menyampaikan rasa permintaan maaf karena ada tradisi seperti itu, dan Aremania turun ke stadion untuk memberikan semangat, ayo ini salam satu jiwa! jangan menyerah! suasana masih terkendali. Ini terkonfirmasi,” yakin Anam saat jumpa pers, Rabu (12/10/2022).
Advertisement
Namun situasi berubah panas dan digeruduk rasa cemas saat adanya tembakan gas airmata pada pukul 22.08 lewat 59 detik. Waktu tersebut menurut Anam menjadi penanda dan pemicu inisiden yang saat ini menelan 132 korban jiwa dan ratusan orang lainnya luka-luka.
"Penembakan gas air mata pertama kali ditembak ke tribun selatan pada pukul 22.08.59, angka ini penting untuk mengukur kapan gas air mata itu. Sebab itu pemicu utama yang menyebabkan korban jiwa dan luka,” tegas Anam.
Anam menambahkan, soal model senjata yang ditembakan dan jenis peluru gas air mata apa yang digunakan, akan diurai pada laporan akhir investigasi Komnas HAM dalam Tragedi Kanjuruhan yang akan rampung pekan depan.
Suporter Tumpah Rua ke Lapangan
Diketahui, Tragedi Kanjuruhan terjadi pada malam 1 Oktober 2022. Pada laga itu, Arema tumbang 2-3 di tangan Persebaya.
Pendukung Arema atau yang disebut Aremania turun ke lapangan pasca-pluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Mereka meluapkan kekecewaan akibat kekalahan tim berjuluk Singo Edan tersebut.
Eskalasi massa yang tidak terkendali di lapangan, membuat aparat bertindak dan menyebabkan korban jiwa 132 nyawan akibat kekuarangan oksigen, sesak nafas, berdesakan karena panik usai tembakan gas air mata.
Sementara itu, sebanyak 583 orang menjadi korban luka dan 33 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit. Polisi pun sudah menetapkan enam orang sebagai pihak bertanggungjawab atas inisden ini.
Advertisement