Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno enggan membahas lagi soal utang Anies Baswedan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta Tahun 2017.
"Setelah saya salat istikharah, setelah saya menimbang berkoordinasi dengan keluarga, saya tidak ingin melanjutkan pembicaraan mengenai ini dan lebih baik nanti para pihak yang mengetahui untuk bisa menyampaikan," kata Sandiaga usai menghadiri Puncak Resepsi Satu Abad NU di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa 7 Februarin 2023.
Baca Juga
Sandiaga mengatakan saat ini dirinya ingin fokus menatap masa depan dan tak ingin lagi mengungkit masa lalu. Apalagi, sebentar lagi akan ada Pemilu 2024.
Advertisement
"Tapi bagi saya sekian dan saya fokus menatap masa depan. Kontestasi demokrasi sebentar lagi, mari kita tatap masa depan dengan penuh suka cita dan gembira," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu.
Dia menegaskan hubungannya dengan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga kini masih bersahabat dengan baik.
"Tentunya sebagai seorang sahabat. Sekarang saya tugasnya di kementerian dan tugas saya untuk membangkitkan ekonomi dan mengawal momentum dari kebangkitan pariwisata Indonesia," ujar Sandiaga Uno yang dikutip dari Antara.
Puncak Resepsi Satu Abad NU digelar 24 jam nonstop di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur. Acara itu dihadiri berbagai tokoh penting, di antaranya Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, serta istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid.
Hadir pula Wapres ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Lunas Jika Menang Pilkada
Juru Bicara Anies Baswedan, Hendri Satrio menegaskan soal perjanjian yang dilakukan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilgub DKI Jakarta 2017.
Menurut dia, setelah berkomunikasi langsung dengan Anies, isi perjanjian tersebut bukanlah soal utang piutang melainkan pinjam meminjam uang.
"Bukan utang tapi pinjam meminjam," kata pria karib disapa Hensat ini seperti dikutip, Selasa (7/2/2023).
Dia menjelaskan, metode pengembalian uang dari Anies ke Sandi yang ditaksir berjumlah Rp 50 miliar. Sesuai yang disampaikan Anies, pinjaman tersebut dinyatakan selesai jika kemenangan Pilgub DKI Jakarta 2017 berhasil diraih.
Menurutnya, frasa disepakati keduanya dalam perjanjian pinjam meminjam itu, baik Anies mau pun Sandiaga bukanlah kata lunas namun selesai.
"Jadi sudah selesai perjanjian itu setelah Anies-Sandi memenangkan Pilgub Jakarta,” urai Hensat.
Dia mengungkapkan, Anies menampilkan budaya baru dalam perjanjian prakontestasi dalam pemilihan kepala daerah.
Advertisement
Tidak Miliki Beban Finansial
Sebab, pada umumnya biaya operasional harus dikembalikan jika menang dan bila kalah ditanggung bersama. Namun kali ini, Anies meyakinian diri untuk menanggung uang itu sendirian jika kalah tetapi dianggap selesai saat berhasil menang.
"Ini budaya baru ditampilkan Anies bahwa kalah ganti biaya operasional tapi kalau menang selesai. Sehingga pemenang bisa konsentrasi ngurus rakyat," kata dia.
Menurut Hensat, rakyat menjadi pihak yang diuntungkan dalam skema pengembalian utang dengan kemenangan ini.
Sebab, seorang kepala daerah menjadi tidak memiliki beban finansial bahwa harus mengembalikan dana yang dipinjam untuk roda kampanye.
"Kalau menang lunas. Apa untungnya? Untungnya buat rakyat karena rakyat tidak terbebani kepala daerah yang harus mengembalikan ongkos pilkada, ongkos pilgubnya," jelasnya.