Mahfud Md Disebut Pantas Jadi Cawapres Saat Rapat soal Transaksi Mencurigakan, Komisi III DPR: Itu Dulu

Rapat dengar pendapat di Komisi III DPR yang dihadiri Menko Polhukam Mahfud Md soal temuan PPATK terkait transaksi mencurigakan di Kemenkeu berlangsung panas.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mar 2023, 18:28 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2023, 18:28 WIB
Menko Polhukam Mahfud MD Bersama DPR Bahas RUU Perubahan Tentang MK
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (15/2/2023). Rapat membahas penjelasan DPR terhadap RUU Perubahan tentang Mahkamah Konstitusi (MK). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Demokrat Benny Kabur Harman (BKH) menyebut, Menko Polhukam Mahfud Md pantas menjadi calon presiden (Capres) hingga calon wakil presiden (Cawapres). Hal ini disampaikan saat rapat tentang LHA PPATK atas dugaan transaksi mencurigakan di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Sebelum menyampaikan itu, Benny lebih dulu menjelaskan soal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) kepada Mahfud Md.

"Pak Mahfud, bapak kan pejabat publik. Wajib menyampaikan informasi publik, sesuai dengan UU KIP apa yang dimaksudkan informasi publik itu jelas didefinisikan dan itu disampaikan oleh pejabat publik kepada publik," kata Benny di DPR RI, Jakarta, Rabu (29/3/2023).

"Pejabat publik tidak boleh menyampaikan kepada publik isu yang tidak jelas asal-usulnya atau masalah yang belum ada pembahasan, belum ada pembicaraan, belum ada penyelesaian," sambungnya.

Ia pun mempertanyakan, Mahfud yang merupakan Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) ini datang sebagai pengamat politik atau yang lain.

"Jadi yang disampaikan kepada publik itu adalah informasi publik yang sudah digodok dan sudah matang itu UU KIP. Bapak kan bukan pengamat politik. Saya bertanya, Pak Mahfud ini pengamat politik seperti belum menjadi Menko Polhukam dulu atau apa," ujarnya.

"Macam-macam pikiran saya Pak Mahfud, pikiran saya jadi muncul pikiran saya macam-macam ini membuat saya punya penilaian terhadap Pak Mahfud, interpretasi apa yang beliau lakukan, macam-macam sudah, jangan-jangan, jangan-jangan," sambungnya.

Pada momen inilah, Benny kemudian menyebut Mahfud Md pantas menjadi capres atau cawapres.

"Sampai ada yang mengatakan wah jangan-jangan Pak BKH, Pak Mahfud ini mau jadikan panggung untuk calon wakil presiden atau calon presiden, bagi saya itu pembiasan. Kalau itu saya bilang hak beliau dan beliau pantas untuk itu," ungkapnya.

"Wah promosi," saut anggot Komisi III DPR RI yang lain.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Singgung Saat Mahfud Md Hendak Jadi Cawapres 2019

Ditemani Mahfud Md, Ma'ruf Amin Silaturahmi ke Keluarga Gus Dur
Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin (dua kiri) bersama istri Gus Dur, Sinta Nuriyah dan mantan ketua MK Mahfud MD (kiri) serta Yenny Wahid usai menggelar pertemuan di Ciganjur, Jakarta, Rabu (26/9). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Benny pun langsung melanjutkan perkataannya itu dan menjawab anggota Komisi III DPR yang sempat menyebut promosi.

"Itu dulu, saya ngomongnya yang dulu, ya kan pak. Seperti Pak Mahfud bilang anggota dewan tadi kan, itu kan dulu. Ini juga dulu. Saya masih ingat Pak Mahfud sudah siapkan baju putih kan. Saya mohon maaf," ucap Benny.

"Dulu," anggota Komisi III lainnya.

"Iya dulu. Saya waktu itu pak ketua, saya kenal baik beliau ini. Istri saya tanya, Pak kenalkan Pak Mahfud? Iya kenal, kenapa? Dia sudah siapkan baju dipanggil oleh Bapak Jokowi jadi calon wakil presiden. Saya langsung bilang, kita berdoa, iya. Saya ingin bapak jadi calon wakil presiden, waktu itu. Tapi itu dulu ya," ujar Benny.

Mendengar apa yang disampaikan oleh Benny, Mahfud Md yang saat itu menghadap politikus Demokrat tersebut terlihat tersenyum sambil duduk bersandar di bangkunya.

 

Reporter: Nur Habibie

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya