Liputan6.com, Jakarta Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menjadi penceramah sholat Ied di Jakarta International Equestrian Park, Jakarta Timur. Dalam ceramahnya, Din membahas terkait perbedaan hari raya Lebaran idul Fitri 2023 ini.
"Tahun ini kita merayakan idul fitri pada dua hari yang bebeda antara Muhammadiyah dan organisasi-organisasi Islam tertentu dengan pemerintah yang juga didukung oleh sejumlah organisasi-organisasi Islam," ujar Din dalam ceramahnya di lokasi, Jumat (21/4/2023).
Baca Juga
Dengan terjadinya perbedaan waktu dalam perayaan lebaran Idul Fitri 1444 H, Din meminta masyarakat Muslim untuk tidak terpecah, apalagi saling bermusuhan. Din menyebut masyarakat Islam di Indonesia sudah matang dalam beragama.
Advertisement
"Janganlah perbedaan ini yang sudah sering terjadi, walau pun tidak selalu setiap tahun membawa kita umat Islam kepada perpecahan dan apalagi permusuhan. InsyaAllah umat Islam sudah dewasa, sudah matang dalam beragama," kata Din Syamsuddin.
Din menyebut perbedaan hari H Lebaran berdasarkan keyakinan masing-masing umat Islam. Untuk itu, dia meminta umat Islam untuk saling mengedepankan toleransi.
"Oleh karena itu jemaah yang hadir pada salat Ied di tempat ini perlu mengedepankan toleransi dan tenggang rasa kepada umat Islam yang baru beridul fitri besok," kata Din.
"Mudah-mudahan perbedaan ini dapat disatukan di masa yang akan datang," dia menambahkan.
Diberitakan sebelumnya, Pimpinan Pusat PP Muhammadiyah menetapkan hari raya Lebaran Idul Fitri jatuh pada hari ini. Sedangkan pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan hari raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1444 Hijriah pada Sabtu, 22 April 2023 besok.
PP Muhammadiyah sendiri sudah menyiapkan sejumlah lokasi salat idul Fitri di seluruh wilayah Jakarta salah satu lokasinya yakni di Jakarta International Equestrian Park. Khotib atau penceramah dalam shalat tersebut diisi oleh Din Syamsuddin.
Saat Din Syamsuddin Kenang Mantan Ketum MUI Ali Yafie
Sebelumnya, Din Syamsuddin mengenang sosok KH Prof Ali Yafie sebagai seorang ulama yang fakih atau mempunyai wawasan pengetahuan keislaman yang luas.
Ali Yafie menjabat Ketua Umum MUI pada periode 1990-2000. Dia meninggal di usia 96 tahun pada Sabtu 25 Februari 2023 malam, tepatnya pukul 22.13 WIB.
"Bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, kehilangan seorang tokoh ulama KH Prof Ali Yafie. Sebagai Sekretaris MUI waktu itu saya menyaksikan almarhum adalah seorang ulama yang fakih, mempunyai wawasan pengetahuan keislaman yang luas," ujar Din di Jakarta, seperti dilansir Antara, Minggu (26/2/2023).
Dia menambahkan almarhum juga merupakan seorang ulama yang fasih menjelaskan realitas sosial-politik umat atau bangsa.
"Selain itu, beliau memiliki sikap teguh dalam prinsip istiqamah dan amanah," kata Din.
Din menyampaikan KH Prof Ali Yafie mengalami sakit sudah cukup lama dalam usia yang sudah lanjut. Semoga sakitnya tersebut telah menjadi sarana penggugur dosa.
"Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu. Menyesal belum sempat menjenguk beliau dan bertakziyah ke rumah duka, karena sedang berada di Oran, Aljazair, untuk menghadiri sebuah konferensi," ucap Din.
Ali Yafie menjabat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada 1991-1992.
Jenazah almarhum akan dibawa ke rumah duka di Kompleks Menteng Residence, Jalan Menteng V Blok FC 5 No 12, Sektor 7 Bintaro Jaya.
Advertisement
Selain Din Syamsuddin, JK Ikut Kenang Ali Yafie
Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Ketum MUI) Ali Yafie meninggal pukul 22.13 WIB, Sabtu, 25 Februari 2023, di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) pun mengenang sosok kiai yang wafat pada usia 96 tahun itu.
"Ali Yafie adalah teman dari ayah saya Haji Kalla, pernah sama-sama membesarkan NU di Sulsel," tutur JK dalam keterangannya, Minggu (26/2/2023).
Kedekatan tersebut membuat keluarga Ali Yafie meminta JK untuk datang ke RS Bintaro pada Sabtu, 25 Februari 2023, demi menemani almarhum yang kondisinya terus menurun. Satu minggu sebelumnya, JK juga telah membesuk mantan Rais Aam PBNU itu dan masih sempat berkomunikasi seraya mendoakan.
Bagi JK, sosok Ali Yafie adalah seorang ulama yang sangat baik dan berperangai lemah lembut.
"Beliau seorang ahli tafsir yang rendah hati, saat berbicara suaranya pelan dan halus. Sebagai seorang ulama yang pernah memimpin MUI adalah sosok teladan seorang ulama panutan," kenang JK.
Ali Yafie meninggal dunia setelah sempat dirawat selama beberapa saat.