Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti menurunnya kualitas demokrasi di Indonesia dalam berbagai survei yang dilakukan lembaga internasional.
Menurut AHY, penurunan kualitas demokrasi Indonesia ini bahkan terjadi tanpa disadari. Sehingga, kata dia semua pihak perlu berhati-hati.
Baca Juga
"Ini secara tidak sadar terjadi dan dialami oleh kita semuanya, hati-hati," kata AHY dalam diskusi daring melalui akun Twitter Space @RabuBiruPDS4P, dikutip Rabu (24/5/2023).
Advertisement
Menurut dia, apabila tak ada upaya untuk memperbaiki, bukan tidak mungkin Indonesia bakal kembali ke zaman gelap sebelum reformasi. Di zaman itu, ujar dia negara bersikap otoriter dan suara rakyat dibungkam.
"Mereka yang dianggap sebagai pilar-pilar demokrasi termasuk partai politik termasuk media dibungkam, ditakut-takuti, diintimidasi, diintervensi, diambil kedaulatan dan independensinya, ini semua tidak sehat, buruk dan tentunya kita malu di mata dunia," ungkap AHY.
AHY menyampaikan jangan sampai Hari Reformasi yang rutin diperingati setiap 21 Mei hanya menjadi kenangan catatan sejarah semata. Dia mempertanyakan sebab Indonesia kembali mengalami kemunduran kualitas demokrasi, padahal telah sejak lama memperjuangkan reformasi.
"Harus terus kita ingat mengapa dulu sebagai bangsa kita mengoreksi diri kita sendiri, akhirnya demokrasi benar-benar hadir di negara kita. Tapi kenapa setelah sekian puluh tahun kemudian terjadi kemunduran yang kita semua seolah tidak bisa mencegahnya," ucap dia.
Ajak Pendukung Pertahankan Demokrasi
Oleh sebab itu, AHY mengajak masyarakat dan pendukung agar tidak menyerah untuk mempertahankan demokrasi. Pasalnya, ujar dia demokrasi yang dirasakan Indonesia, diraih dengan susah payah.
"Mari saya mengajak diri sendiri, keluarga besar Partai Demokrat, para simpatisan dan seluruh masyarakat Indonesia dimanapun berada, jangan sampai kita lepaskan demokrasi yang telah kita perjuangkan dengan darah keringat dan air mata, kemudian kembali lagi menjadi catatan dalam buku sejarah saja," katanya.
Advertisement