Cara Kreatif Mahasiswa UMT, Singkirkan Overthinking dengan Hadirkan Konten Kreator

Tumbuhkan mental health atau kesehatan mental di kehidupan modern untuk Gen-Z, ratusan mahasiswa di kawasan Tangerang, ikuti Seminar Psycomm 2023 bertajuk Kesehatan Mental, di Aula Jendral Sudirman, Universitas Muhammadiyah Tangerang.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 05 Jun 2023, 16:52 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2023, 16:52 WIB
Cara Kreatif Mahasiswa UMT, Bunuh ‘Indonesia Bagian Overthinking’ dengan Menghadirkan Konten Kreator
Tumbuhkan mental health atau kesehatan mental di kehidupan modern untuk Gen-Z, ratusan mahasiswa di kawasan Tangerang, ikuti Seminar Psycomm 2023 bertajuk Kesehatan Mental, di Aula Jendral Sudirman, Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Liputan6.com, Jakarta Tumbuhkan mental health atau kesehatan mental di kehidupan modern untuk Gen-Z, ratusan mahasiswa di kawasan Tangerang, ikuti Seminar Psycomm 2023 bertajuk Kesehatan Mental, di Aula Jendral Sudirman, Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Seperti diketahui, disaat menjalani kehidupan dengan keinginan yang tinggi namun tidak bisa mengelolanya, Gen-Z cenderung akan mengalami stres hingga mengakibatkan overthinking atau berpikir secara berlebihan. Dalam kesempatan tersebut, konten kreator sekaligus konsultan Psikologi Dimas Alwin, didatangkan untuk memberikan pengertian dan juga solusi untuk Gen-Z menyiasati kehidupan modern.

Menurutnya, bukan hanya Gen-Z, kebiasaan overthinking bisa menimpa siapa saja atau di segala usia. Misalnya saja overthinking sehabis bertemu orang, khawatir berlebih untuk berbuat salah, sampai overthinking soal memikirkan masa depan yang belum terjadi.

“Efek sampingnya, jadi enggak bisa tidur, enggak bisa melakukan sesuatu karena sudah dihantui pikiran macam-macam, sampai tidak mau mencoba hal baru karena khawatir gagal, yang akhirnya malah menyesal,” kata Dimas Alwin.

Menurutnya, jika tidak ditangani atau sadar diri menyadari kebiasaan overthinking adalah hal yang negatif, dikhawatirkan akan merambat ke kesehatan mental lainnya. Meski begitu, berpikir berlebihan sering terjadi pada orang-orang dengan masalah kejiwaan, misalnya depresi atau gangguan kecemasan.

Untuk itu, bagi mereka yang sudah menyadari dirinya berpotensi untuk selalu overthinking, maka harus mengambil beberapa langkah. Seperti mencari teman curhat yang bisa dipercaya, bisa pasangan hidup, sahabat atau keluarga. Lalu bisa juga ngobrol sendiri di depan cermin, sampai membiasakan diri menulis tentang segala kekhawatiran yang dirasakan.

“Pesan untuk para overthinker, kalian kan sudah pada tahu nih overthinking apa, cara mengatasinya gimana, nah sebenernya masalah ini tuh selesai kalo misalnya dilakuin. Semoga temen-temen yang pulang dari acara ini tuh langsung dilakukan, karena kalau tidak dilakukan, ya sama saja bohong,” tegas Dimas.

 

 

Hadirkan Konten Kreator

Mendengar paparan Dimas, bahkan ada beberapa peserta yang terdiri dari berbagai kampus di Tangerang, menangis. Sebab, mereka dibebaskan untuk mencurahkan, berekspresi, sampai mengungkapkan segala keresahan hidup yang tengah dijalani.

Sementara, Muhammad Dwi Septian selaku Ketua Pelaksana seminar mengaku, sebenarnya dilaksanakannya kegiatan ini, untuk menyiasati para mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya. Makanya, ada sebanyak 110 mahasiswa yang hadir dalam seminar tersebut.

Bukan hanya itu saja, kebiasaan berpikir secara berlebihan ini juga bisa melanda siapa saja, berbagai kalangan. Mulai dari anak sekolah, mahasiswa, orang tua, hingga lansia.

“Bahkan kami meyakini, di kalangan milenial, Gen-Z ini sekarang ada waktu ‘Indonesia Bagian Overthinking’, yakni sekitar jam 12 malam sampai jam 2 dini hari,” katanya.

 

Pikiran Berlebihan Jadi Gejala Mental Illness

Makanya, dia berharap, dengan menghadirkan seorang konten kreator bisa mencerahkan bila berpikir berlebihan merupakan gejala dari mental ilness.

“Seminar ini sangat penting bagi kalangan anak muda terutama mahasiswa yang hendak menyelesaikan tugas akhir, ini tentu menjadi sebuah solusi untuk mengatasi pikiran berlebih dalam menjalankan sebuah proses pengembangan diri dan kewajiban yang diberikan” Ujar Dwi Septian.

Sementara, dosen praktisi Public Relation UMT , Ade Rahma mengatakan, seminar Psycomm adalah giat rutin untuk tugas akhir mahasiswanya. Dengan begitu, diharapkan mahasiswa bisa mempraktekan langsung dan melahirkan produk komunikasi sekreatif mungkin untuk khalayak ramai.

“Seminar ini merupakan praktek mata kuliah event management, mahasiswa diharapkan bisa berpikir dan berkreasi se kreatif mungkin, untuk menghadirkan produk yang berkualitas,” katanya.

Infografis Journal
Gangguan Mental yang Paling Banyak Diderita Remaja Indonesia pada 2022 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya