Gus Yahya: Aktor Politik yang Paling Bertanggung Jawab Atas Keutuhan Bangsa Selama Pemilu

Gus Yahya mengingatkan, jangan pilih aktor politik yang malah merusak keutuhan bangsa dan negara Indonesia, termasuk soal urusan capres dan cawapres.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 02 Sep 2023, 19:19 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2023, 19:19 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf saat acara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I yang menjadi rangkaian acara Puncak Resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). (Foto: Nanda Perdana Putra/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyatakan, yang paling bertanggung jawab atas keutuhan bangsa selama kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 adalah para aktor politik.

“Supaya damai pertama-tama yang ingin saya sampaikan, yang paling bertanggung jawab apakah pemilu itu berjalan baik atau tidak adalah aktor-aktor politik. Bagaimana kelakuan mereka di dalam berkompetisi itu yang paling menentukan,” tutur Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).

“Itu harus menjadi kesadaran semua orang, bahwa nomor satu, lepas dari segala macam kompetisi, persaingan dan sebagainya itu keutuhan bangsa dan negara nomor satu. Survival bangsa negara itu nomor satu,” sambungnya.

Gus Yahya mengingatkan, jangan pilih para aktor politik yang malah merusak keutuhan bangsa dan negara Indonesia, termasuk soal urusan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pada Pemilu 2024.

“Dan saya kira rakyat harus menjadikan ini juga sebagai tolak ukur, kalau ada aktor yang main rusak-rusakan ya jangan dipilih, itu saja. Menurut saya ya harus begitu,” jelas dia.

Lebih lanjut, masyarakat mesti menyadari bahwa pemilihan presien dan wakil presiden merupakan proses dari demokrasi semata. Sehingga jangan sampai perpecahan terjadi hanya karena perbedaan pilihan, yang mengancam kehancuran bangsa.

“Harus mengembangkan kesadaran bahwa demokrasi ini hanya prosedur saja. Ini bukan soal hidup mati, ini bukan Perang Sabil, ini bukan soal memilih Imam Mahdi, bukan soal begitu, prosedur saja. Karena kita butuh memilih pemimpin dan sepakat republik dengan demokrasi, caranya menjadi pemimpin harus dengan pemilu prosedurnya, itu saja,” katanya.

“Mari kita buat pilihan kita masing-masing, boleh beda. Saya dengan Sekjen ini belum tentu sama pilihannya, dengan yang lain-lain ini. Tetapi mari kita biasakan diri berbeda dengan santai,” ucap Gus Yahya menandaskan.


Respons Gus Yahya Soal Kontestan Klaim Wakili NU

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Dalam kesempatan yang sama, Gus Yahya menanggapi adanya kontestan dalam Pilpres 2024 yang mengklaim sebagai representasi Nahdlatu Ulama (NU). Dia pun mempersilakan kontestan tersebut meyakinkan warga NU.

“Soal klaim bahwa ini dari NU, orang NU, ya silakan meyakinkan warga," tutur Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).

Gus Yahya menegaskan, PBNU tidak memiliki kekuatan elektoral blok sehingga dapat turun langsung menyatakan dukungan terhadap kontestan Pilpres 2024. Dengan begitu, menjadi tugas masing-masing aktor politik yang berkepentingan untuk meyakinkan warga NU.

“Yang perlu diyakinkan itu bukan NU, bukan kami pengurus NU ini, tapi rakyat,” jelas dia.

Gus Yahya pun mengulas pada 1973 lalu, NU memang pernah menjadi partai politik. Namun, para ulama telah bersepakat dan membuat keputusan bahwa NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik dan tidak lagi menjalankan fungsi politik praktis.

"Tetapi kembali kepada fungsinya organisasi keagamaan kemasyarakatan. Itu keputusan muktamar tahun 1984 yang dulu terkenal sebagai keputusan kembali ke khittoh," Gus Yahya menandaskan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya