Prabowo: Eropa Tidak Tahu Indonesia, Tahunya Bali

Calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) bicara pandangannya mengenai Eropa. Prabowo menilai bangsa Indonesia mengagumi Eropa. Namun sebaliknya, Eropa tidak kagum dengan Indonesia.

oleh Aries Setiawan diperbarui 14 Nov 2023, 05:37 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2023, 05:37 WIB
Prabowo Subianto saat berbincang dengan wartawan usai Pidato Calon Presiden RI: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri di Auditorium CSIS Gedung Pakarti Center, Jakarta, Senin (13/11/2023). (Merdeka.com/Muhammad Genantan Saputra)
Prabowo Subianto saat berbincang dengan wartawan usai Pidato Calon Presiden RI: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri di Auditorium CSIS Gedung Pakarti Center, Jakarta, Senin (13/11/2023). (Merdeka.com/Muhammad Genantan Saputra)

Liputan6.com, Jakarta Calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) bicara pandangannya mengenai Eropa. Prabowo menilai bangsa Indonesia mengagumi Eropa. Namun sebaliknya, Eropa tidak kagum dengan Indonesia.

Hal ini disampaikan Prabowo Subianto dalam Pidato Calon Presiden RI: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri di Auditorium CSIS Gedung Pakarti Center, Jakarta, Senin (13/11/2023).

Prabowo menyebut banyak pemimpin di Indonesia mengenyam pendidikan di luar negeri, terutama di Eropa. Menurutnya, itu sebagai bentuk kekaguman bangsa Indonesia terhadap Eropa.

"Kebanyakan pemimpin elite Indonesia mengenyam pendidikan di Barat. Bisa dilihat di kabinet sekarang banyak leader sekolah di Barat. Dari berbagai spektrum. Islamic leader sekolah di Chicago, business leader. Ada kekaguman dengan EU (European Union)," kata Prabowo.

Prabowo mengaku kadang bercanda mengenai ketidak kaguman bangsa Eropa terhadap Indonesia. Contohnya, orang Eropa tidak mengetahui Indonesia melainkan Bali.

"Saya biasa bercanda ke teman saya, masalahnya bukan kita, tapi kamu EU. Kita cinta Eropa, tapi Eropa enggak cinta kita. Eropa bahkan enggak tahu Indonesia, tahunya Bali. Kita mengagumi Renaisans. Kalau anak-anak (Indonesia) ditanya mau ke mana, mereka jawab mau ke Amerika," ujar Prabowo.

"Saya tumbuh di Eropa, saya tahu sejarah Eropa mungkin lebih banyak dari orang-orang Eropa," sambung Prabowo.

Di sisi lain, Menteri Pertahanan ini khawatir Eropa bakal kehilangan kepemimpinan moral. Sebab, Prabowo memandang pemimpin Barat mempunyai standar ganda.

"Karena jujur, di antara pembicaraan pemimpin Asia, Barat punya dobel standar. Barat ajari kita demokrasi, human rights, tapi punya standar berbeda. Ini kritik saya katakan sebagai teman, Barat akan kehilangan kepemimpinan moral," kata Prabowo.


Jika Jadi Presiden, Prabowo Tegaskan Posisi Indonesia Tetap Nonblok

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menerima kunjungan kehormatan dari Kepala Kepolisian Palestina, Mayor Jenderal Yousef Al-Hilo di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta Pusat.
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menerima kunjungan kehormatan dari Kepala Kepolisian Palestina, Mayor Jenderal Yousef Al-Hilo di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta Pusat. (Dok. Istimewa)

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo Subianto menyatakan jika terpilih menjadi presiden pada pilpres 2024, sikap politik Indonesia tetap nonblok. Prabowo menyebut, Indonesia menghormati seluruh negara lain demi kepentingan nasional.

"Kami tidak akan bergabung dengan blok mana pun. Kami tidak akan menjadi bagian dari aliansi militer apa pun yang bertentangan dengan tradisi kami. Dan menurut keyakinan saya, itu bertentangan dengan kepentingan nasional kita. Kami menghormati semua," ucap capres dari Koalisi Indonesia Maju itu.

Mantan Danjen Kopassus itu mengaku menghargai kekuatan dunia bagian Barat maupun Timur. Seperti misalnya China, Afrika, India maupun Rusia.

"Afrika kami mengalami hal yang sama. Kami berada di bawah kolonialisme dan imperialisme selama bertahun-tahun. Kami tahu apa artinya," ujar Prabowo Subianto.

Prabowo menambahkan, sejak awal kemerdekaan, Indonesia sering memiliki kebijakan luar negeri yang independen. Selain itu, memegang prinsip tidak tergabung dalam keanggotaan blok geopolitik mana pun.

"Tradisi kami dalam kebijakan luar negeri selalu tidak selaras. Kami tidak ingin menjadi bagian dari gumpalan geopolitik apa pun, dan tradisi ini saya pikir saya berkomitmen untuk melanjutkan dan mengejarnya," jelas Prabowo.


Prabowo Ingin Perdagangan Dunia yang Bebas dan Adil

prabowo
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat berpidato dalam Forum Dialog The 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue 2021, di Bahrain, Sabtu (20/11/2021). (Foto: ISS Manama)

Selain itu, Prabowo menginginkan adanya perdagangan dunia yang bebas dan adil. Prabowo ingin produk Indonesia juga bisa dijual di pasar luar negeri.

"Saya kira saya jawab dengan apa adanya, ya. Kita ingin free trade, iya, tapi we want not only free trade, we want fair trade. Kita minta perdagangan yang adil. Kita buka pasar kita untuk produk-produk negara mereka," ucap Prabowo Subianto.

Prabowo menginginkan komoditas pangan Indonesia diizinkan untuk dijual ke luar negeri. Contohnya seperti pisang, teh, kopi, cokelat, maupun kelapa sawit.

"Mereka juga harus buka dong, masa mereka tidak izinkan pisang kita bisa dijual di pasar mereka. Teh, kopi, cokelat, kelapa, sawit kita," ujar Prabowo.

Maka dari itu, Prabowo menegaskan, bahwa sikap Indonesia bukan hanya ingin perdagangan dunia yang bebas saja, tetapi juga adil.

"Jadi tadi saya tegas saya bilang anda mau bicara free trade, yes we want free trade but we want fair trade, kita minta yang adil. Kita mengatakan bahwa kita mempunyai sikap sendiri," kata Prabowo.

"Saya kira itu, dan kita tidak mau kita hanya jual barang mentah. Kita mau rakyat kita bisa bikin mobil, bisa bikin produk-produk industri," pungkas Prabowo.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

Infografis Prabowo Usung Gibran Jadi Cawapres di Pilpres 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Prabowo Usung Gibran Jadi Cawapres di Pilpres 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jokowi dan Keluarga Dilaporkan Kolusi-Nepotisme ke KPK. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jokowi dan Keluarga Dilaporkan Kolusi-Nepotisme ke KPK. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya