Liputan6.com, Jakarta - Arus balik liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 yang melalui Terminal Kalideres (Jakarta Barat) diprakirakan terjadi pada 1-3 Januari 2024.
"Arus balik tanggal 1 sampai tanggal 3 Januari 2024," ungkap Kepala Terminal Kalideres, Revi Zulkarnaen saat dihubungi di Jakarta pada Rabu 27 Desember 2023.
Revi mengatakan, pihaknya tetap melakukan persiapan yang sama untuk arus balik. Yakni posko pengawasan terpadu yang tetap siaga sampai 3 Januari 2024.
Advertisement
"Persiapan sama seperti yang kemarin. Posko pengawasan masih aktif sampai tanggal 3 Januari 2024," kata Revi.
Sementara itu, jumlah penumpang yang berangkat pada Rabu per pukul 19.00 WIB menurun dibandingkan dengan jumlah penumpang saat puncak kepadatan libur Natal pada 23 Desember 2023.
"Jumlah penumpang berangkat hari ini ada 266 penumpang dengan 55 kendaraan," kata Revi dikutip dari Antara.
Ratusan penumpang tersebut mayoritas berangkat ke tujuan Jawa Tengah dan Padang. "Tujuan Jawa Tengah dan Padang," kata Revi.
Menurut Revi, selama libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, tidak ada penambahan rute bus TransJakarta (TJ) dan angkutan malam hari (Amari) di Terminal Kalideres.
"Untuk TJ, masih rute kemarin, yakni Kalideres-Harmoni, Kalideres-GBK dan Kalideres-Pulogadung. Jadi rute yang lama masih mencukupi karena jumlah penumpang tidak begitu banyak," kata dia.
Hal tersebut, kata Revi, juga berlaku untuk Amari. "Untuk Amari dalam kota juga sama (tidak ada penambahan rute)," kata dia.
Waspada Cuaca Esktrem
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan kunjungan ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, untuk meninjau kesiapan menghadapi momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Berdasarkan pantauan atmosfer yang telah dilakukan, BMKG meyakini bahwa cuaca saat momentum Nataru akan aman.
“Curah hujan di wilayah selatan relatif tidak ada atau sangat berkurang,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Minggu (24/12/2023).
Hal tersebut terjadi karena pengaruh sirkulasi angin siklon yang di Laut Cina Selatan dan perairan Belitung, sehingga awan-awan hujan tidak terbentuk di selatan khatulistiwa.
Sehingga kemudian potensi cuaca ekstrem akan minim terjadi di sekitar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Berbeda dengan wilayah utara garis khatulistiwa yang akan mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga ekstrem.
Advertisement
Potensi Cuaca Ektrem
Namun demikian, BMKG tetap mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem meski saat ini masih dalam taraf rendah, dapat berpeluang meningkat pada akhir tahun 2023 dan awal tahun 2024.
“Kalau ada pengaruh cuaca ekstrem tersebut, kami menjaga agar tak berpengaruh di wilayah Selat Bali dengan koordinasi bersama beberapa pihak,” ujar Dwikorita.
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada tersebut mengatakan bahwa kunjungannya juga merupakan simulasi Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh pihak-pihak yang terlibat, di antaranya ASDP, BPTD, KSOP, hingga Basarnas.
Pihak-pihak terkait akan terus terhubung dan memperbarui informasi yang terbagi dalam beberapa kategori, yaitu prediksi, deteksi, siaga, dan awas.
Pembaruan informasi yang dikeluarkan BMKG akan menjadi patokan pihak-pihak terkait untuk menentukan langkah kerja serta tindakan penanganan selanjutnya.