BKKBN Perkuat Kemitraan Program Pembangunan Perempuan dan Pencegahan Stunting

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto mewajibkan informasi data presisi, sebagai tolak ukur jumlah penurunan angka kematian ibu dan bayi, juga usia ideal hamil dan melahirkan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 15 Mei 2024, 13:56 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2024, 10:00 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto (kanan) (Istimewa)
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto (kanan) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto mewajibkan informasi data presisi, sebagai tolak ukur jumlah penurunan angka kematian ibu dan bayi, juga usia ideal hamil dan melahirkan. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan pada Rapat Koordinasi Teknis Kemitraan, Selasa (14/5) di Hotel Bidakara Jakarta.

“Tujuannya, agar pembangunan berbasis perempuan pada masa bonus demografi dapat menghadapi 'ageing population' atau penuaan populasi di tahun 2035,” kata Hasto melalui siaran pers diterima, Rabu (15/5/2024).

Hasto menjelaskan, ageing population adalah masa senja pembangunan dimana populasi penduduk lanjut usia berjumlah lebih banyak dan pertumbuhannya meningkat progresif. Pada masa itu, umumnya, mereka berlatar dari kelompok ekonomi menengah ke bawah dengan jumlah populasi perempuan lebih banyak dari laki-laki karena usia harapan hidup perempuan lebih lama dari laki-laki.

"Ini fenomena sehingga kemiskinan ekstrem berdasarkan pengalaman saya selalu diwarnai oleh janda-janda tua dan fakir miskin. Ini yang menjadi perhatian kita," ujar dokter Hasto.

Maka dari itu, sejak saat ini langkah BKKBN adalah dengan memberdayakan perempuan menjadi poin penting. Sehingga ketika ageing population terjadi, perempuan dengan populasi lebih banyak masih bisa produktif dan tidak menjadi beban.

“Inilah makna dari mengarusutamakan gender. Oleh karena itu pembangunan berbasis perempuan juga sangat bermakna,” harap Hasto.

Selain pemberdayaan perempuan, BKKBN bersama mitra TNI juga menyasar kepada pencegahan stunting. Caranya, dengan mencukupi gizin kelompok perempuan melalui dapur umum setiap harinya.

“Hari ini jajaran TNI sudah punya pilot project untuk kemudian membuat dapur-dapur umum juga untuk nanti melayani stunting. Saya kira ini strategi yang luar biasa. Saya melihat bahwa rekan-rekan Babinsa banyak yang membantu mengantar makanan dari rumah ke rumah,” ujar dokter Hasto.

Dukung Penuh

Menanggapi hal itu, Wakil Aster Kasad, Brigadir Jenderal TNI Terry Tresna Purnama, menyatakan TNI AD sangat mendukung kegiatan BKKBN. Dia memastikan seluruh anggotanya siap membantu pelaksanaan program BKKBN di lapangan.

"Ini hal yang sangat bagus di mana dalam kegiatan stunting kita membantu masyarakat dan masyarakat sangat antusias dan mendukung kegiatan ini,” jelas Wakil Aster Kasad.

Ia menuturkan, para anggota TNI bahkan banyak yang menjadi motivator vasektomi di lapangan. Seperti di Sulawesi Barat, sebanyak 108 orang Babinsa yang diajak untuk vasektomi.

“Ini luar biasa, bapak-bapaknya sudah mau ber-KB,” ujar Wakil Aster Kasad.

Pada kesempatan yang sama Kapusdokkes Polri, Irjen. Pol. dr. Asep Hendradiana, mengatakan hal senada. Dia menyatakan, Polri selalu berkolaborasi dengan BKKBN dan TNI untuk mendukung percepatan penurunan stunting.

“Pusdokkes (memiliki) hampir 58 rumah sakit dan hampir 16 faskes primer dan juga kita memiliki Bhabinkamtibmas yang senantiasa selama ini berkolaborasi dengan Babinsa di kewilayahan. Kami siap mendukung dan mensukseskan penurunan stunting yang menjadi program pemerintah melalui BKKBN,” dia memungkasi.

Infografis Ada 204 Juta Lebih DPT di Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ada 204 Juta Lebih DPT di Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya