Lindungi Kesehatan Masyarakat, BPOM Wajibkan Produsen AMDK Cantumkan Label BPA

Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) telah memasuki era baru setelah terbitnya revisi Peraturan BPOM Tentang Label Pangan Olahan yang resmi disahkan per 1 April 2024.

oleh Gilar Ramdhani pada 17 Jul 2024, 17:05 WIB
Diperbarui 17 Jul 2024, 17:04 WIB
Galon Air Mineral.
Ilustrasi galon air mineral dalam kemasan (AMDK). (Foto: Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) telah memasuki era baru setelah terbitnya revisi Peraturan BPOM Tentang Label Pangan Olahan yang resmi disahkan per 1 April 2024. Produsen AMDK kini diwajibkan mencantumkan label peringatan bahaya Bisfenol A (BPA) pada semua galon polikarbonat, jenis galon air minum bermerek yang paling banyak beredar di pasar.

Peraturan baru BPOM terkait label pangan olahan mencakup penambahan dua pasal yang mengatur kewajiban pelabelan BPA dan cara penyimpanan air minum dalam kemasan. Pasal 61A menyatakan bahwa "air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan plastik polikarbonat wajib mencantumkan tulisan ‘dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan’ pada label."

Pasal lainnya menerangkan, produsen galon air minum diberi waktu tenggang empat tahun untuk menyesuaikan diri dengan peraturan ini.

Kebijakan pelabelan peringatan bahaya BPA tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya BPA dalam jangka panjang. Selain itu, juga untuk meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya BPA serta membantu masyarakat untuk bijak dan cermat sebelum memutuskan mengkonsumsi galon air minum.

Ahli farmakologi dari Universitas Airlangga, Profesor Junaidi Khotib, menyambut baik kebijakan pemerintah melalui BPOM tersebut. Menurutnya, pelabelan BPA pada galon air minum adalah langkah nyata untuk memberikan perlindungan kesehatan masyarakat. 

"Dengan adanya regulasi ini, masyarakat bisa lebih teredukasi dan dapat memilih produk yang menjamin kesehatan serta mencegah potensi penyakit yang berhubungan dengan endokrin," ujar Prof Junaidi.

Bahaya BPA bagi Kesehatan

BPA.
Ilustrasi bebas BPA. (Foto: Shutterstock)

Junaidi menerangkan, BPA sudah lama dikenal di dunia kesehatan sebagai senyawa kimia sintesis yang bisa menjadi pengganggu endokrin. 

"Senyawa ini dapat menyerupai hormon dalam tubuh dan dapat membentuk ikatan pada reseptor hormon, yang dapat mengganggu fungsi fisiologis dan menyebabkan perubahan patofisiologis," jelasnya.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kesehatan mental.

"Pada penelitian laboratorium, paparan BPA pada hewan coba menunjukkan gangguan perilaku seperti kemampuan motorik, aktivitas gerak, keseimbangan, dan daya ingat. Sementara studi epidemiologi menemukan bahwa kadar BPA dalam darah atau urin anak-anak berkorelasi dengan gangguan perilaku, kecemasan, dan depresi," kata Junaidi.

Kadar BPA yang Bermigrasi Meningkat

Air Minum Dalam Kemasan.
Ilustrasi seseorang sedang minum dari air minum dalam kemasan (AMDK). (Foto: Shutterstock)

Menurut Junaidi, penggunaan BPA pada polimer plastik, termasuk pada galon air minum, bertujuan mempertahankan bentuk plastik dan menjaga agar tidak mudah rusak. 

“Namun, risikonya adalah BPA dapat terlepas ke dalam makanan atau air minum, tergantung pada tingkat keasaman, suhu penyimpanan dan paparan sinar matahari," katanya.

Lebih lanjut, Junaidi memaparkan hasil pemeriksaan BPOM yang menunjukkan bahwa jumlah BPA yang bermigrasi dari polimer polikarbonat meningkat seiring dengan penggunaan kemasan isi ulang.

"Dari data tiga kali pemeriksaan pada fasilitas produksi selama 2021-2022, kadar BPA yang bermigrasi pada air minum melebihi ambang batas aman 0,6 ppm mengalami peningkatan berturut-turut 3,13%, 3,45%, dan 4,58%," katanya.

Mengutip penelitian di China, menunjukkan ada hubungan antara paparan BPA dengan peningkatan risiko attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) pada remaja, kata Junaidi.

"Konsentrasi BPA dalam urin anak-anak dengan ADHD secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, terutama pada anak laki-laki," katanya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya