DPR Apresiasi Kinerja Kemensos di Bawah Risma soal Turunkan Angka Kemiskinan

Komisi VIII DPR RI mengapresiasi kinerja Kementerian Sosial yang turut berperan dalam menurunkan angka kemiskinan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 03 Sep 2024, 22:16 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2024, 22:15 WIB
Menteri Sosial Tri Rismaharini alias Risma  saat melakukan rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Menteri Sosial Tri Rismaharini alias Risma saat melakukan rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/9/2024). (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Komisi VIII DPR RI mengapresiasi kinerja Kementerian Sosial yang turut berperan dalam menurunkan angka kemiskinan.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily, pada Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini alias Risma di Gedung DPR RI, Senayan, Selasa (3/9/2024) .

"Kami mewakili Komisi VIII DPR RI mengapresiasi Kemensos karena di Tahun 2024 ini, angka kemiskinan lebih rendah dibanding ketika sebelum Covid-19 terjadi," kata dia dalam keterangannya.

Politikus Golkar itu pun menyebutkan Kemensos turut berperan dalam menurunkan angka kemiskinan Indonesia, yang mana sebelum terjadi Covid-19, angka kemiskinan Indonesia sebesar 9,22 persen. Namun di tahun 2024, angka kemiskinan mampu dikurangi menjadi 9,03 persen.

Adapun dalam rapat kerja hari ni, Komisi VIII DPR RI juga menyetujui usulan penambahan anggaran Kemensos pada pagu indikatif 2025.

Anggaran sebesar Rp9,61 triliun diusulkan Kemensos untuk membiayai program yang belum teranggarkan yaitu bantuan permakanan bagi lanjut usia, permakanan bagi penyandang disabilitas, serta bantuan ATENSI untuk anak yatim, piatu, dan yatim piatu (YAPI).

Karena itu, Risma pun mengucapkan rasa terima kasih karena menerima usulan anggaran dari Kemensos sebesar Rp9,61 triliun

"Terima kasih atas dukungan bapak ibu, kami mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp9,61 triliun," dia.

 

Pagu Indikatif 2025

Sebelumnya, pada pagu indikatif 2025, terdapat tiga program yang belum teranggarkan dan beberapa kegiatan yang mengalami pengurangan alokasi anggaran.

"Pagu indikatif 2025 Kementerian Sosial sebanyak Rp77.188.005.512.000,- atau turun 3,49% sekitar Rp2,79 triliun dari pagu 2024," jelas Risma.

Diketahui, selama ini, Kemensos banyak menemukan lansia dan disabilitas terlantar yang bahkan sampai tidak bisa melakukan apa-apa karena kondisinya. Hadirnya program permakanan lansia dan disabilitas tersebut ditujukan sebagai bantuan bertahan hidup bagi mereka.

"Karena jika tidak ada ini, jangan sampai ada lansia dan disabilitas yang meninggal karena kelaparan, ini harus kita perjuangkan," ungkap Politikus PDIP ini.

Risma juga memaparkan beberapa program dan kegiatan Kemensos yang mengalami penurunan anggaran pada pagu indikatif 2025. Penurunan anggaran tersebut meliputi kegiatan pemeliharaan pusat data, honor dan dukungan operasional SDM PKH, Program Sembako, pengadaan alat bantu disabilitas, perbaikan sarana dan prasarana UPT, pelatihan pemberdayaan masyarakat, serta sertifikasi sumber daya kesejahteraan sosial dan akreditasi lembaga kesejahteraan sosial.

"Jadi sebetulnya kami sudah mengusulkan cuma tidak disetujui, pagunya tidak dikasih," tutur dia.

Menyayangkan

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB, MF. Nurhuda sempat menyayangkan pengurangan anggaran Kemensos pada pagu indikatif 2025, karena mengingat berbagai program yang tidak teranggarkan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat.

"Soal anggaran untuk SDM PKH ini kenapa ada pengurangan. Kami senang sekali kalau ibu mengusulkan kembali anggaran ini," ucap Nurhuda.

Adapun pernyataan tersebut disambut Risma yang mengungkapkan, Kemensos juga memperjuangkan untuk SDM PKH, namun porsi pagu anggaran yang diberikan kepada Kemensos belum sesuai dengan usulan yang telah dibuat sehingga diharapkan melalui DPR, usulan penambahan anggaran tersebut dapat direalisasikan.

Nurhuda juga memberi perhatian pada program permakanan lansia dan disabilitas, yang mana program tersebut sangat penting untuk dilanjutkan.

"Jangan sampai dihapus, karena kalau sampai ada lansia yang meninggal karena kelaparan maka bisa menimbulkan masalah baru,"  kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya