Ahli Sebut Penggunaan Galon Guna Ulang Masih Aman dan Tak Sebabkan Gangguan Janin pada Ibu Hamil

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra memastikan bahwa meminum air dari galon guna ulang atau polikarbonat aman.

oleh Tim News diperbarui 04 Sep 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 15:00 WIB
Minuman Kemasan
Data terbaru yang dikeluarkan Asparminas pada awal 2023 menunjukkan pertumbuhan pasar AMDK galon pada 2022 mencapai angka 4 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra memastikan bahwa meminum air dari galon guna ulang atau polikarbonat aman.

Hermawan menekankan, galon guna ulang tersebut sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan.

"Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan dan itu tidak sampai menimbulkan gangguan kehamilan dan janin," ujar Hermawan Saputra di Jakarta, melalui keterangan tertulis, Rabu (4/9/2024).

Hal tersebut disampaikan Hermawan menyusul adanya kabar soal dugaan terkait penggunaan galon guna ulang yang disebut-sebut tercemar senyawa BPA.

Dia menegaskan, meminum air dari galon tersebut tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan, apalagi janin dan pertumbuhan anak.

"Badan akreditasi mutu telah melakukan serangkaian penelitian dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon atau kemasan pangan apapun," kata Herawan yang juga merupakan Ahli Epidemiologi.

Hermawan melanjutkan, dari hasil penelitian-penelitian itu diambil kesimpulan bahwa paparan BPA dalam galon polikarbonat masih dalam batas aman dan tidak membahayakan konsumen.

"Artinya dengan terstandar atau ter-SNI maka dia (galon) sudah melewati tahap evidence base komparatif atau studi perbandingan terhadap hasil penelitian dengan hasil produksi yang sudah ada," kata dia.

Hermawan lantas menyinggung penelitian-penelitian yang dipakai dan menjadi dasar atas polemik BPA dalam galon guna ulang saat ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penelitian Berbeda

Komunitas Nol Sampah menyayangkan keberadaan galon sekali pakai (GSP) yang mengotori laut di perairan laut Jawa di utara Jakarta.
Komunitas Nol Sampah menyayangkan keberadaan galon sekali pakai (GSP) yang mengotori laut di perairan laut Jawa di utara Jakarta. (Istimewa)

Hermawan menjelaskan, penelitian dampak BPA terhadap kesehatan dan riset serta uji klinis standarisasi kemasan pangan yang digunakan untuk industri merupakan peruntukan yang berbeda.

Sehingga, sambung dia, tidak relevan apabila penelitian terkait BPA dan penelitian kandungan BPA dalam galon disandingkan atau dijadikan dasar. Pakar Kesehatan Masyarakat Uhamka ini melanjutkan, BPA dalam galon atau peruntukan industri sudah diuji dan dinyatakan aman oleh badan standarisasi nasional.

"Jadi misalnya ada BPA pada galon yang digunakan air kemasan sekarang terus diuji, rasanya itu tidak relevan lagi karena itu sudah lolos," tandas Hermawan.

Sementara itu, Dokter Spesialis Kandungan Alamsyah Aziz menyebut, paparan BPA dalam galon polikarbonat masih dalam batas aman.

Artinya, kata dia, air dalam galon polikarbonat atau guna ulang masih aman digunakan dan tidak berpengaruh bagi janin serta tumbuh kembang anak.

"Kalau dari hasil penelitian dan rekomendasi tidak demikian (tidak ada pengaruh) karena kandungan BPA sangat kecil sehingga galon air minum tetap dapat digunakan," ucap Alamsyah.

 


Belum Ada Penelitian Galon Berdampak pada Ibu Hamil

Dispenser Galon
Kontaminasi dipenser dalon dapat menimbulkan infeksi oportunistik. (Foto: Freepik)

Alamsyah menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada satu penelitian pun yang membuktikan kalau BPA pada galon berdampak pada ibu hamil.

"Ibu hamil justru harus lebih memperhatikan asupan gizi guna menunjang kesehatan kandungan," jelas dia.

Sebelumnya, Pakar Teknologi Plastik Wiyu Wahono menjelaskan bahwa hasil penelitian dampak BPA terhadap manusia tidak bisa menjadi acuan. Hal tersebut lantaran hasil penelitian dampak BPA dilakukan terhadap hewan percobaan.

Dosen teknologi plastik di salah satu kampus di Jerman itu memaparkan kalau hasil eksperimen tersebut tidak relevan apabila ingin diterapkan ke manusia.

"Banyak negara di Eropa juga tidak mengatur terkait regulasi BPA kecuali pada botol bayi," ucap dia.

"Kalaupun binatang-binatang tersebut mendapatkan masalah kesehatan maka tidak bisa diambil kesimpulan bahwa BPA juga akan menyebabkan masalah kesehatan di manusia," tutup Wiyu.

INFOGRAFIS: Gedung-Gedung Jakarta Bakal Dilarang Memakai Air Tanah (Liputan6.com / Triyasni)
INFOGRAFIS: Gedung-Gedung Jakarta Bakal Dilarang Memakai Air Tanah (Liputan6.com / Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya