7 Hal yang Disampaikan Megawati Soekarnoputri Saat Pidato Politik di HUT ke-52 PDIP

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (Ketum PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik saat HUT ke-52 partainya pada Jumat 10 Januari 2025. Apa saja yang disampaikan?

oleh Devira Prastiwi diperbarui 12 Jan 2025, 18:32 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2025, 18:32 WIB
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri saat berpidato di HUT PDIP. (Foto: Tim Media PDIP).

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (Ketum PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik saat HUT ke-52 partainya pada Jumat 10 Januari 2025.

Tak seperti pidato politik pada biasanya, kali ini Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menyuguhkan durasi yang lebih panjang bahkan mencapai total tiga jam.

"Merdeka!," ujar Megawati Soekarnoputri mengawali pidatonya yang membakar semangat para kader yang menyaksikannya baik secara langsung maupun daring, Jumat 10 Januari 2025.

Selama tiga jam, tidak terlihat rasa lelah dari Megawati saat menyampaikan sejumlah arahan kepada para kadernya. Bahkan, suaranya tetap tenang dan lantang dengan intonasi penegasan di sejumlah poin krusial. Sebagai informasi, pidato politik Megawati diawali pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB.

Salah satu yang disampaikan Megawati adalah dirinya menyampaikan terima kasih kepada rakyat Indonesia dan Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto.

Ucapan ini terkait Surat Penegasan Pimpinan MPR RI atas Tidak Berlakunya lagi TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasan Negara dari Presiden Soekarno. Megawati mengatakan pencabutan surat tersebut merupakan kado bagi HUT ke-52 PDIP ini.

"Rekan-rekan pers dan hadirin sekalian, HUT PDIP ini sungguh istimewa. Mengapa? Sebab setelah berjuang dengan penuh kesabaran revolusioner selama 57 tahun, sejak 1967 sampai 2024, akhirnya atas kehendak Allah SWT sebuah keputusan yang luar biasa telah dikeluarkan melalui surat penegasan pimpinan MPR RI, atas tidak berlakunya lagi TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasan Negara dari Presiden Pertama Bung Karno," kata Megawati.

Selain itu, Megawati mengaku heran dengan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab dari sekian banyak tersangka kasus rasuah, mengapa justru Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang dicecar KPK.

Berikut sederet hal yang disampaikan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam pidato politik saat HUT ke-52 partainya pada Jumat 10 Januari 2025 dihimpun Tim News Liputan6.com:

 

1. Sampaikan Terima Kasih ke Rakyat Indonesia dan Prabowo soal Pelurusan Sejarah Bung Karno

Didampingi Prananda, Megawati Tiba di Sekolah Partai untuk Rayakan HUT ke-52 PDIP
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tiba di Sekolah Partai untuk merayakan HUT ke-52 PDIP. Megawati didampingi oleh putranya, Prananda Prabowo. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan terima kasih kepada rakyat Indonesia dan Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto.

Ucapan ini terkait Surat Penegasan Pimpinan MPR RI atas Tidak Berlakunya lagi TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasan Negara dari Presiden Soekarno.

Megawati mengatakan pencabutan surat tersebut merupakan kado bagi HUT ke-52 PDIP ini.

"Rekan-rekan pers dan hadirin sekalian, HUT PDIP ke-52 ini sungguh istimewa. Mengapa? Sebab setelah berjuang dengan penuh kesabaran revolusioner selama 57 tahun, sejak 1967 sampai 2024, akhirnya atas kehendak Allah SWT sebuah keputusan yang luar biasa telah dikeluarkan melalui surat penegasan pimpinan MPR RI, atas tidak berlakunya lagi TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasan Negara dari Presiden Pertama Bung Karno," kata Megawati saat memberikan pidato di acara pembukaan HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat 10 Januari 2025.

Presiden Kelima RI ini mengatakan pimpinan MPR juga menegaskan bahwa tuduhan Bung Karno pernah berkhianat mendukung pemberontakan G30S PKI tidak terbukti dan batal demi hukum.

"Karena tidak pernah ada proses hukum apa pun yang dilaksanakan untuk membuktikan tuduhan tersebut hingga Bung Karno wafat tanggal 21 Juni 1970. Lama, ya. Untung keluargaku itu sabar," kata Megawati.

Megawati berharap peristiwa politisasi kasus seperti yang menimpa ayahnya itu tidak terjadi lagi. Megawati menyebutkan hal ini adalah momentum untuk terus terang, apabila salah maka harus diakui salah; dan apabila benar maka harus berani mengakui benar.

"Ini namanya politisasi. Saya atas nama pribadi keluarga Bung Karno dan juga keluarga besar PDI Perjuangan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan dan anggota MPR periode 2019-2024," kata Megawati.

 

2. Harap Jadi Momentum Rekonsiliasi Nasional

Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri saat berpidato dalam HUT PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta. (Foto: Tim Media PDIP).

Megawati menambahkan bahwa MPR itu adalah singkatan dari Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR merupakan penjelemaan seluruh rakyat Indonesia.

"Karena itulah juga, ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada seluruh rakyat indoensia di mana pun kalian berada ada pelurusan sejarah bung Karno tersebut," kata Megawati sambil terisak menangis.

"Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah merespons pimpinan MPR terkait tindak lanjut pemulihan nama baik dan hak-hak Bung Karno sebagai Presiden pertama RI," tambah Megawati.

Megawati berharap kebijakan pimpinan MPR dan Presiden Prabowo tersebut harus menjadi momentum rekonsiliasi nasional.

Berkaitan dengan hal tersebut, keluarga besar Bung Karno, melalui pidato Guntur Soekarnoputra pada 9 September 2024 di Gedung MPR RI, menegaskan bahwa pihak keluarga Bung Karno telah memaafkan atas segala perlakuan yang pernah dilakukan terhadap diri pribadi Sang Proklamator pada masa itu.

Menurut Megawati, yang terpenting bagi keluarga dan para kaum patriotik pencinta Bung Karno adalah rehabilitasi nama baik sebagai seorang Proklamator Bangsa, Penggali Pancasila, dan Bapak Bangsa Indonesia.

Megawati juga mengajak semua pihak mengambil pelajaran dan memetik hikmah dari peristiwa tersebut, agar semua lembaran kelam sejarah bangsa, tidak terulang lagi. Semua demi keselamatan dan masa depan anak-anak dan cucu-cucu kita. Pewarisan ini bukanlah hanya sekadar untuk anak cucu, tetapi bagaimana Indonesia mencapai kejayaannya, dan abadi sepanjang masa.

 

3. Singgung Tagline Indonesia Emas, Sebut Kita Itu Namanya Indonesia Raya

Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan Pidato Politik di acara HUT ke-52 PDIP.
Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan Pidato Politik di acara HUT ke-52 PDIP. (Liputan6.com/Radityo Priyasmoro)

Megawati lalu mempertanyakan soal banyaknya tagline yang digunakan pada zaman sekarang. Dia pun heran mengapa tidak ada yang menuliskan tagline Indonesia Raya dan justru nama-nama yang berbeda.

"Saya orang yang senang melihat segala macam, saya pikirkan kenapa kok banyak sekali tagline seperti orang lupa kita itu namanya Indonesia Raya, jadi saya mempertanyakan kepada diri saya sendiri tolong dijawab oleh kalian kok banyak sekali tagline seperti Indonesia Kerja? Indonesia Emas dan lain-lain dan lain-lain itu kan tidak jelas menurut saya loh dan saya dapat pertanggungjawab kan," heran Megawati.

Megawati ingin seharusnya tagline yang digunakan adalah Indonesia Raya saja dan tidak ada yang lain. Sebab ketika mendengar kata tersebut maka rasa kebanggaan yang dirasakan masuk ke dalam hati.

"Saya inginnya Indonesia Raya, karena itu kan berkibarnya rasanya sampai ke sini (hati), tapi dengan itu ada yang masih pesimis apakah bisa Indonesia?," tutur Megawati.

Megawati pun mengingatkan, Indonesia adalah negeri yang kaya raya dan hal itu tercermin dalam lagu kebangsaan yang mencapai tiga stanza ciptaan WR Supratman.

"Indonesia ini kaya raya, tolong menyanyikan Indonesia raya tiga Stanza mengapa PDI perjuangan saya minta kalau tidak naikkan mendera maka harus tiga Stanza? karena apa itu luar biasa menurut saya WR Supratman itu berani butuh sebuah ekstraksi dari sebuah pemikiran dan sanubari," ungkap Megawati.

Megawati berpesan, apa yang disampaikannya bertujuan sebagai pengingat kepada anak-cucu hingga cicitnya karena apa yang diperjuangkan PDIP adalah untuk masa depan mereka dan bukan mencari kuasa apalagi harta.

"Sebetulnya untuk apa saya justru membuat pembukaan pidato ini? Kita ini tidak hidup untuk di sini, tapi jauh for the future our nation jadi untuk anak-anak dan cucu-cucu cicit-cicit karena kalau tidak begitu siapa yang akan meneruskan? apakah hanya cari kekuasaan saja? apakah hanya akan mencari duit saja? ini sebuah pertanyaan besar! saya wariskan ini bukan hanya sekedar untuk anak-cucu kita namun bagaimana Indonesia mencapai kejayaan dan abadi sepanjang masa," terang Megawati.

 

4. Mengaku Heran Ganjar-Mahfud Bisa Kalah Pilpres 2024

Pidato Megawati Tutup Rakernas V PDIP-ANGGA
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato pada penutupan Rakernas V PDIP di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Minggu (26/5/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Megawati Soekarnoputri mengaku heran mengapa pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusungnya di Pilpres 2024 yakni Ganjar-Mahfud bisa kalah di Pilpres 2024.

Apalagi, keduanya mendapat nomer urut nomer keberuntungan partai yakni nomer tiga. Dia meyakini telah terjadi rekayasa terhadap hal tersebut di negeri ini.

"Karena saya yakin pilihan saya Pak Ganjar dan Pak Mahfud bakalan menang. Wih kok bisa kalah ya? udah gitu dih nomor tiga lagi! gile saya bilang. Ini rekayasa dari mana nih pelajarannya? Saya kepingin juga belajar kaya gituan," sindir Megawati.

Megawati berpendapat, sudah terjadi rekayasa oleh sosok yang dianggapnya sudah sangat berlebihan seperti orang mabok. Menurut teori psikologi, hal itu dinamakan Megalomania.

"Gila deh, itu namanya orang udah mabok, apa namanya kalau di psikologi? Meegalomania!," kata Megawati.

Sebagai informasi, berdasarkan literasi kata Megalomania adalah sebuah keyakinan dalam diri seseorang bahwa memiliki kebesaran, keagungan, atau kekuasaan.

Namun keyakinan itu tidak hanya ditunjukkan dengan sikap sombong, tetapi juga bagian dari gangguan jiwa. Orang dengan megalomania merasa yakin dirinya memiliki kekuatan, kekuasaan, kecerdasan, atau kekayaan.

Meski begitu, Megawati tidak menyampaikan secara gamblang siapa sosok disinggungnya tersebut.

 

5. Pertanyakan Kenapa KPK Ngubek-ubek Hasto Kristiyanto

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri didampingi putranya yang juga Ketua DPP DPIP bidang Ekonomi Kreatif Prananda Prabowo dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri didampingi putranya yang juga Ketua DPP DPIP bidang Ekonomi Kreatif Prananda Prabowo dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di halaman Masjid At-Taufiq dalam rangkaian upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-79 RI. (Foto: Dokumentasi PDIP).

Megawati Soekarnoputri mengaku heran dengan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab dari sekian banyak tersangka kasus rasuah, mengapa justru Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang dicecar KPK.

"Apa coba KPK? Masa enggak ada kerjaan lain hah? Yang dituding yang diubek-ubek Pak Hasto wae? Padahal banyak yang sudah tersangka, tapi meneng wae?," kata Megawati.

Megawati mengaku setiap hari membaca surat kabar dan menonton pemberitaan, menurut dia tidak ada hal lain yang dilihat selain pemberitaan soal Hasto yang itu-itu saja.

"Aku tiap tiap hari buka koran mungkin ada tambahan? Tadi aja sebelum ke sini yo ngono," kesal Megawati.

Namun Megawati menegaskan kepada para kadernya untuk tidak takut menghadapi keadaan apapun. Dia percaya, takut hanyalah sebuah ilusi.

"Tapi masa kalian gitu aja takut? takut itu opo? Itu ilusi!," terang Megawati.

Selain soal KPK, Megawati juga menyinggung fungsi Mahkamah Konstitusi (MK) yang dibangun di zamannya menjabat sebagai presiden. Tetapi sayang, lembaga yang bertujuan sebagai penegak konstitusi, kini menjadi tempat mainan untuk konstitusi itu sendiri.

"MK saya yang bikin, itu megah waktu itu Pak Jimly yang saya jadikan (ketua). Sekarang malah dijadikan mainan itu kan konstitusi," ucap Megawati.

 

6. Singgung Ada Sosok yang Mau Gantikan Dirinya Jadi Ketum PDIP, Minta Kader Jangan Plintat-Plintut

Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan sikap resmi partainya terkait hasil penghitungan sementara Pilkada 2024. (Foto: Dokumentasi PDIP).

Sosok Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan (PDIP) sampai hari ini belum tergantikan. Meski sudah memasuki usia senja, Megawati tetap menjabat posisi tersebut, bahkan akan dipilih lagi dalam Kongres PDIP berikutnya sesuai hasil rapat kerja partai 2024.

Menurut wanita berusia 77 tahun tersebut, selama dirinya masih kuat dan sehat, maka tetap siap kembali meneruskan perjuangan partai sesuai amanat kader. Namun demikian, respons kader yang kurang semangat saat menanggapi dirinya berpidato politik membuat dirinya ragu.

"Ayo tepuk tangan yang hebat ngono loh! Gini katanya pada minta saya ketua umum lagi? ketua umum lagi, tapi anak buahku begini aja, ya emoh!," kata Megawati.

Namun saat dirinya enggan, Megawati tahu ada sosok yang belum diketahui wujudunya dikabarkan ingin mengambil posisinya. Dia pun menyinggung apakah ada kader partai yang mau dipimpin sosok selain dirinya.

"Wah terus ada yang kepingin? Haha gile! Mau enggak sama yang kepingin itu?," tanya Megawati.

Mayoritas kader PDIP yang mendengarkan pidato politiknya pun kompak menolak.

"Enggak!!!," jawab para kader.

Presiden ke-5 RI ini pun bercanda kalau ada yang tidak menolak, artinya ada pihak yang setuju dirinya tidak lagi menjabat sebagai ketua umum.

"Tapi ada yang enggak ngomong (enggak), berarti dia mau?, ah gila deh!," ucap Megawati Soekarnoputri berseloroh.

Kemudian, dia meminta para kader yang merasa tak cocok dengan partainya maka keluar atau segera mundur dari PDIP. Ia minta para kadernya tidak plin-plan alias plintat-plintut dalam bersikap.

"Kalau enggak cocok sama PDIP keluar saja gitu gampang, bukannya terus plintat-plintut, aku tuh capek tahu enggak ngurusin orang plintat-plintut," kata Megawati.

Dia mengaku tahu , ada beberapa pihak yang mengaku PDIP namun justru berbicara negatif tentang partai.

"Kayak PDIP tapi nang mburi ne dee (di belakang) ngomongin opo ngono-ngono lho," ujar dia.

Oleh sebab itu, Megawati mengingatkan agar segera keluar dari PDIP kalau tidak suka di partai yang dipimpinnya.

"Udah tegas saja cari partai lain, orang ada berapa ya partai sekarang, piro, bukan yang KIM aja. Kan ada yang nambah itu, piro? 18, iya baru? Oooh yang baru aja yang masuk yang ikut pemilu sekarang, yang baru, partai baru, piro? 8? Iyo lah mbok saiki nang ndi (skrg di mana) gitu loh," ucapnya.

"Nah mangkanya ayo kalau mau ikut PDI yo ikut, kalau engga ya metu mono wae (keluar saja). Lah kok susah nemen to (banget toh)," kata Megawati Soekarnoputri.

 

7. Blak-blakan soal Pemecatan 27 Kader PDIP

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri membakar semangat para kader saat berpidato dalam Rapat Koordinasi PDIP di Sanur, Denpasar, Bali, Rabu 22 November 2023. (Foto: Tim Media PDIP)

Selain itu, Megawati Soekarnoputri meminta para kadernya untuk terus menjalankan perintahnya sebagai ketua umum. Menurut dia, bagi para kader yang tidak mau patuh maka dipersialakan keluar dari partai.

"Makanya hati-hati, siapa tidak mau nurut dengan ketua umum, perintahnya, saya minta keluar. Untuk apa? Saya ini adalah orang yang disuruh membonding kamu, solid untuk bergerak. Tahu-tahu ada yang mencla kesana-kesono, mencle kesana-kesini," kata Megawati.

Megawati mencatat, sejauh ini partainya sudah memecat berapa 27 orang kader. Dia menegaskan hal itu adalah tindakan yang benar untuk mereka yang sudah tidak tegak lurus dengan perintahnya.

"Ya memang harus gitu kalau enggak kasian yang lain dong, udah kerja keras segala, tapi terus pura-pura yang ini wah kayak pergi ke sono ke sono ke sono?," icap Megawati.

Megawati lalu berkontemplasi, mengapa banyak kader yang sudah tidak lagi tegal lurus dengan partai, apakah karena usianya yang tidak lagi muda. Meski begitu, dia memastikan dirinya masih menjadi sosok yang tangguh sebagai ketua umum partai.

"Aku tuh suka mikir, apa aku sudah nenek-nenek yo? aku kan punya mata, untuk apa sih? Ini udah ada berapa orang kan dari kita (tidak patuh) aku tuh bilang, aduh maaf deh, udah deh kamu ngga usah mau cari nama ke sana," terang Megawati.

Megawati memastikan, mereka yang melanggar aturan partai sudah dijatuhi hukuman dengan pemecatan yang menjadi sanksi terberat. Namun dia tidak ingin, hal itu dinilai sebagai sikap otoriter, justru sebaliknya hal itu menjadi hak prerogatif ketua umum yang mempersilakan kepada para kader untuk mundur atau dipecat.

"Saya telah diberi hak prerogatif, oleh kongres, jadi saya bilang, lo pilih aja, mau dipecat atau mundur? Sekarang yang ngga senang disini mundur wae. gituloh. Jadi kan, paling tidak mesti ada kehormatan gitu. Dari pada dipecat?!," Megawati menandasi.

Sebagai informasi, belum lama ini PDIP memecat 27 kadernya yang sudah tidak sejalan lagi dengan perintah partai. Salah satunya, Jokowi dan keluarga, termasuk putranya, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution yaitu menantunya.

Selain Jokowi dan keluarganya, terdapat nama-nama mantan elite PDIP yang juga ikut dipecat seperti Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko dan Maruarar Sirait. Diketahui, mereka saat ini berada di kubu pendukung Prabowo Subianto.

Infografis Pidato Politik Megawati di HUT ke-52 PDIP
Infografis Pidato Politik Megawati di HUT ke-52 PDIP. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya