PDIP Bicara soal Prabowo, Jokowi dan Matahari Kembar

Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan ada sejumlah pihak yang ingin memisahkan dirinya dengan Jokowi.

oleh Aries Setiawan diperbarui 11 Feb 2025, 17:45 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 17:45 WIB
Presiden Ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di kediaman Kertanegara, Jakarta Selatan.
Presiden Ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di kediaman Kertanegara, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Sitorus menilai Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Prabowo Subianto sudah selayaknya dipisah.

Hal itu disampaikan Deddy merespons pidato Prabowo yang mengungkapkan ada sejumlah pihak yang ingin memisahkan dirinya dengan Jokowi.

"Ya kan pisah dong. Orangnya memang sudah berbeda masa digabung-gabungin, apa kata orang?" kata Deddy di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2025).

Menurut Deddy, Prabowo dan Jokowi sudah harus dipisahkan, lantaran Prabowo saat ini menjabat sebagai presiden. Sementara Jokowi sudah menjadi mantan atau purna tugas sebagai presiden, sehingga tidak pantas selalu bersanding dengan presiden yang menjabat.

"Memang kan harus pisah, satu mantan presiden satu presiden," tegas Deddy.

Meskipun kedua tokoh itu memiliki hubungan baik, tapi menurut Deddy, tidak selayaknya selalu berdua. Apalagi jika kebersamaan keduanya mempengaruhi kebijakan pemerintah.

"Hubungan yang baik bukan berarti harus bareng nempel. Keputusan Pak Prabowo juga tidak harus sesuai dengan Pak Jokowi, kan setiap pemimpin punya challange sendiri," ucap Deddy.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa ada pihak-pihak yang berupaya memisahkan dirinya dengan Presiden ketujuh RI Joko Widodo alias Jokowi. Dia mengaku tertawa mendengar narasi yang tak benar tersebut.

"Ada yang sekarang mau misah-misahkan saya sama Pak Jokowi. Lucu juga untuk bahan ketawa boleh, jangan," kata Prabowo saat menghadiri Pembukaan Kongres ke-XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Jatim International Expo (JIExpo), Surabaya, Senin (10/2/2025).

Namun dia tidak menyebut siapa pihak-pihak yang ingin memisahkannya dengan Jokowi. Dia pun meminta masyarakat tidak ikut-ikutan dengan narasi tersebut.

Prabowo Mengaku Belajar Politik dari Jokowi

Prabowo mengatakan memecah belah masyarakat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak sayang dengan Indonesia.

"Kita jangan ikut. Pecah belah pecah belah itu adalah kegiatan mereka-mereka yang tidak suka sama Indonesia. Dari ratusan tahun devide et impera itu adalah taktik strategi untuk memecah belah umat dan bangsa Indonesia, nggak usah dihiraukan," jelasnya.

Prabowo mengakui dirinya belajar tentang politik dari Jokowi. Dia meminta semua pihak menghormati para pemimpin bangsa, meskipun tak lagi berkuasa.

"Jadi memang kalau politik ya saya belajar dari Pak Jokowi. Enggak usah malu-malu lah. Kadang-kadang orang sudah nggak berkuasa mau dikuyuk-kuyu, mau dijelek-jelekin, jangan. Kita hormati semua, hormati semua," tutur Prabowo.

 

PDIP: Ada Bulan yang Masih Pengen Jadi Matahari

Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Resmi Gantikan Jokowi-Ma'ruf Amin
Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029, Prabowo Subianto (kiri) dan Presiden Republik Indonesia periode 2014-2024 Joko Widodo (kanan) duduk saat Sidang Paripurna Pelantikan Presiden terpilih di gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta pada 20 Oktober 2024. (BAY ISMOYO/AFP)... Selengkapnya

Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus juga menanggapi pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpesan kepada Presiden Prabowo Subianto agar tidak ada matahari kembar di pemerintahannya.

Deddy mengaku sangat sepakat dengan pesan SBY. Sebab, saat ini ada sosok yang diibaratkan seperti bulan namun selalu ingin menjadi matahari.

"Wah, itu pesan yang baik. Sebenarnya kan bukan matahari kembar, ini sudah ada yang jadi bulan masih pengen matahari juga. Jadi selalu kalau datang bulan itu kan bikin masalah," kata Deddy di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2025).

Lebih lanjut, saat disunggung apakah sosok tersebut adalah Jokowi, politikus PDIP itu enggan menjawab secara lugas.

Dia hanya menegaskan matahari saat ini hanya Prabowo. Akan tetapi, ada sosok seperti bulan yang enggan untuk purnama.

"Ya enggak tahu, tapi saya sih menganggapi bahwa matahari cuma Pak Prabowo. Kalau yang lain mah merasa matahari atau bulan yang enggak purnama lagi, gitu saja," ucap Deddy.

 

Pesan untuk Prabowo, SBY: Tidak Boleh Ada Matahari Kembar

Prabowo saat menyambut kedatangan SBY di Hambalang Bogor. (Istimewa)
Prabowo saat menyambut kedatangan SBY di Hambalang Bogor. (Istimewa)... Selengkapnya

Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diketahui satu angkatan dengan Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto saat di Akademi Militer.

Melalui wawancara khusus dengan Liputan6 SCTV yang dipandu oleh pemimpin redaksi Retno Pinasti, SBY menyatakan hubungannya dengan Prabowo sangat baik dari dulu hingga hari ini.

"Empat tahun angkatan dengan beliau. Saya sangat dekat, dan kami bersahabat dekat, tapi juga bersaing dalam arti berkompetisi secara sehat. Karena baik sebagai sahabat tetap menjaga kedekatan, tapi juga berkompetisi dalam arti ingin sama-sama sukses. Pak Prabowo di baret merah, saya di baret hijau," kata SBY seperti ditayangkan di kanal Youtube Liputan6 SCTV, Senin (10/2/2025).

SBY bersyukur, karir militernya dengan Prabowo sama-sama naik di puncak tertinggi yakni jenderal bintang empat hingga kini sama-sama mengemban amanat rakyat sebagai presiden.

"Dulu kita sama-sama kolonel, juga sama-sama jadi jenderal. Dan alhamdulillah sama-sama menjadi presiden. Pak Prabowo yang saya kenal dulu saat muda di tingkat satu, memiliki semangat yang tinggi juga sangat mencintai negeri ini seperti kita," ujar SBY.

SBY memastikan, saat ini dirinya dan Prabowo tetap berhubungan baik. Bukan hanya kemarin saat Pilpres, tapi juga sebagai sahabat sering bertemu mendiskusikan banyak hal terkait negeri ini.

"Kita mendiskusikan baik ekonomi, kesejahteraan, kedaulatan dijaga kemudian sistem hukum keamanan dan sebagainya," tutur SBY.

SBY menyatakan, pada prinsipnya, dirinya menghormati posisi Prabowo sebagai presiden, dan sebaliknya. Namun pada intinya, SBY menegaskan tidak ada dualisme kepemimpinan di Indonesia.

"Saya menghormati beliau, dan beliau hormati saya. Dan falsafah saya, di Indonesia hanya ada satu matahari, Pak Prabowo. Tidak boleh ada matahari kembar," tegas SBY.

Dia pun berdoa kepada Prabowo agar selalu diberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai yang menerjang dan memutuskan kebijakan terbaik bagi rakyat.

"I trust him, memang persoalan selalu ada dan kompleks. Ekonomi sekarang seperti ini, fiskal kita dan sebagainya, Pak Prabowo juga tahu itu. I’m hoping, beliau bisa menetapkan kebijakan yang tepat keputusan yang juga tepat, sehingga apa pun masalah dihadapi pemerintah, Pak Prabowo bisa mengatasinya," dia menandasi. 

 

Reporter: Alma Fikhasari

Sumber: Merdeka.com

Infografis PDIP Pecat Jokowi, Gibran dan Bobby
Infografis PDIP Pecat Jokowi, Gibran dan Bobby. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya