Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Prof Basuki Supartono, mengisi kuliah umum bertajuk "Stem Cells: A New Hope for Humanity" di University College of Applied Sciences (UCAS) Gaza, Palestina, secara daring pada Senin (17/3/2025).
Kuliah umum ini diikuti oleh sekitar 120 peserta, yang terdiri dari mahasiswa kedokteran Palestina, dokter, serta mahasiswa berbagai disiplin ilmu asal Palestina yang tersebar di Gaza, Mesir, dan Yordania. Hadir pula Dekan Fakultas Kedokteran UCAS Gaza, Prof. Dr. Ali Hamid, Mantan Dirjen Kementerian Kesehatan Palestina, dr. Medhat Abbas, serta Ketua Umum Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), M Djazuli Ambari.
Advertisement
Baca Juga
Dalam pemaparannya, Basuki Supartono menjelaskan tentang potensi besar teknologi sel punca (stem cell) dalam bidang medis dan kesehatan. Ia menyebut, sel punca memiliki kemampuan luar biasa untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak akibat penyakit, cedera, atau penuaan.
Advertisement
"Teknologi ini dapat menawarkan harapan baru bagi pasien yang mengalami kegagalan pengobatan medis dan bedah tradisional, terutama pada penyakit yang melibatkan kerusakan jaringan atau organ yang sulit disembuhkan," ujar Prof Basuki.
Dia mencontohkan pemanfaatan stem cell dalam mengatasi luka diabetik yang sulit sembuh akibat tingginya kadar gula darah. Menurutnya, sel punca dapat meregenerasi jaringan sekaligus mengatasi peradangan kronis yang menghambat proses penyembuhan alami tubuh.
"Contohnya adalah pada luka diabetik, di mana kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan, yang membuat penyembuhan menjadi sangat lambat," jelasnya.
Perkembangan Teknik Rekayasa Jaringan
Basuki juga menjelaskan perkembangan teknik rekayasa jaringan (tissue engineering) yang menggunakan stem cell. Menurutnya, pendekatan ini menggabungkan sel, scaffold (kerangka jaringan), dan molekul isyarat seperti growth factors untuk memperbaiki atau mengganti jaringan tubuh yang rusak.
Lebih lanjut, ia menguraikan bahwa stem cell memiliki beberapa jenis potensi, seperti pluripotent dan multipotent, yang memungkinkan sel tersebut berkembang menjadi berbagai jenis sel tubuh.
Dia menambahkan, terobosan besar terjadi ketika Shinya Yamanaka menemukan stem cell induksi pluripotent (iPSCs) pada 2006, yang memungkinkan sel fibroblast dewasa diprogram ulang tanpa menimbulkan persoalan etika seperti pada sel embrionik.
Meski demikian, Prof Basuki mengingatkan bahwa pemanfaatan stem cell harus selalu memperhatikan regulasi hukum dan etika.
"Meskipun stem cell menawarkan potensi besar, penggunaannya harus sesuai dengan regulasi etika dan hukum, termasuk memastikan tidak ada kerugian atau kesulitan yang timbul bagi donor atau penerima sel," tegasnya.
Advertisement
Apresiasi dari Peserta
Kuliah umum ini mendapat apresiasi tinggi dari peserta, yang menilai topik tersebut relevan untuk mengatasi berbagai tantangan medis pasca krisis di Palestina.
"Dengan berkat dan rahmat Allah SWT, kita berharap teknologi stem cell dapat membawa perubahan signifikan dalam dunia medis dan memberikan manfaat bagi umat manusia di seluruh dunia," harap Prof. Basuki.
Ia juga berharap kuliah tersebut menjadi inspirasi bagi peneliti dan praktisi medis di Gaza, serta mendorong kolaborasi internasional dalam pengembangan terapi berbasis stem cell yang aman dan efektif.
