Liputan6.com, Jakarta Jenazah seniman multitalenta yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia musik, seni peran, dan budaya Indonesia, Titiek Puspa tiba rumah duka di Kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (10/8/2025) malam.
Berdasarkan pantauan di lokasi, mobil ambulans yang membawa jenazah almarhumah tiba sekitar pukul 20.05 WIB. Adapun, para pelayat sudah ada di sana sejak sore hari.
Baca Juga
Setelah jenazah diturunkan dari mobil ambulans, isak tangis pun terdengar dari dalam rumah duka. Jenazah pun disemayamkan di tengah ruang keluarga, diiringi dengan selawat.
Advertisement
Sebelumnya, putri pertama Titiek Puspa, Pety Tunjungsari mewakili keluarga memohon maaf andai semasa hidupnya almarhumah mempunyai kesalahan perkataan dan perbuatan, baik disengaja atau tidak. Ia memohon doa untuk almarhumah agar diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
"Mohon maaf apabila ada kesalahan dari eyang Titiek Puspa selama 67 tahun beliau berkarier di negeri tercinta ini indonesia. Mohon maaf kalau ada salah kata salah laku, tolong doakan ibu saya agar supaya perjalanannya lancar," ucapnya.
Adapun terkait prosesi pemakaman, Pety belum dapat mengungkapnya lebih lanjut. Ia mengaku akan kembali menginformasikan hal itu nantinya.
"Nanti dikabarkan lagi," pungkas Pety Tunjungsari.
Kenangan Titiek Puspa Pertama Kali Menyanyi di Istana
Kabar duka datang dari dunia seni Indonesia. Penyanyi legendaris Indonesia, Titiek Puspa meninggal dunia pada usia 87 tahun. Penyanyi lagu Kupu-Kupu Malam itu meninggal dunia pada Kamis, 10 April 2025 sekitar pukul 16.25 di RS Medistra Jakarta. Nama Titiek Puspa sendiri merupakan nama panggung dari Sudarwati.
Ada cerita, kalau nama Titiek Puspa merupakan pemberian langsung dari Presiden pertama RI Soekarno. Pemberian nama Titiek Puspa sendiri bermula pada dekade 1950-an. Ketika itu ia memenangkan kompetisi menyanyi Radio Republik Indonesia (RRI) di Semarang. Penampilan Titiek Puspa ini menarik perhatian Sjaiful Bachri dari Orkes Simfoni Jakarta, yang kemudian mengajaknya bergabung sebagai penyanyi tetap.
Dari momen itu, kemudian Titiek kerap tampil di berbagai acara kenegaraan, termasuk di Istana Negara. Penampilan dan bakatnya yang memikat membuat Presiden Soekarno terkesan. Dalam salah satu kesempatan, Soekarno memanggilnya secara langsung dan memberi nama panggung baru: “Titiek Puspa.”
Nama itu bukan sekadar panggilan biasa, tapi bentuk penghargaan dan simbol pengakuan terhadap kecantikan, kelembutan, dan keharuman karyanya, seperti bunga puspa yang mekar. Kata “Titiek” juga mencerminkan keunikan dan keluwesan sosoknya yang khas Indonesia. Sejak saat itu, nama Titiek Puspa resmi digunakan dan melekat dalam seluruh perjalanan karier dan kehidupan seninya.
Advertisement
Kenangan Pertama Kali di Panggil Menyanyi di Istan
Titiek pun sempat mengenang kali pertama dipanggil Presiden Soekarno ke Istana Negara pada 1960. Kala itu, usia Titiek Puspa baru 23 tahun. Kali pertama dipanggil ke Istana, ia syok.
Masih segar dalam ingatan pelantun “Kupu-Kupu Malam,” undangan ke Istana sampai ke telinganya saat berada di studio RRI. Rupanya, Bung Karno penasaran dengan Titiek Puspa.
"(Bung Karno bilang) Aku mau lihat Titiek Puspa, bawa sini. Terus, saya masih di RRI, eh dipanggil Bapak Presiden. Oh ana apa, kaget aku. Loh, ada apa ini? Sudah pokoknya harus ke sana ya,” Titiek Puspa mengenang pertemuan dengan Presiden Soekarno.
Undangan ini disertai syarat khusus yakni tidak boleh pakai rok. Harus pakai kain tradisional. Dalam hitungan menit, Titiek Puspa menyulap penampilannya dengan kebaya yang dipadu kain jarit. “Jadi ya (tampil) seada-adanya, terus sampai di sana (Bung Karno bilang): Oh ya, iki tha Titiek Puspa. Wah, pinter nganggo jarik, sopo sing njariki? (Wah, pintar pakai kain jarit, siapa yang memakaikan?),” ia membeberkan.
Kepada Bung Karno, bintang film Inem Pelayan Sexy mengaku pakai kain jarit sendiri dan membuat sanggul sendiri. Inilah yang membuat Bung Karno makin kagum.
“Wah pinter, la jarene kowe pinter nyanyi (katanya kamu pintar menyanyi)? (Saya menjawab) Mboten pinter namung saget. Enggak, bukan pintar hanya bisa,” beri tahu Titiek Puspa.
Tak Berani Menatap Bung Karno
Menilik dokumentasi wawancara khusus Titiek Puspa dengan Liputan6.com, Mei 2022, ia menggambarkan wajah Presiden Soekarno yang berkarisma seolah bercahaya. Ia sampai tak berani menatap mata Bung Karno.
“Tapi aku waktu ngomong itu enggak berani ngelihat mukanya itu. Itu muka kayak bersinar jeng jeng jeng jeng! Itu yang namanya karisma, innalillahi. Aku sampai lupa begitu,” Titiek Puspa menggambarkan.
“Terus ngomong: Pak, lagunipun punapa, Pak. Takut tahu-tahu nyerondol meluk begitu. Enggak tahu pingsan juga karena enggak tahu apa ya, dia bicaranya tuh jes, jes, jes, jes, gitu. Woh, sudah itu, yang namanya karismatik tuh itulah,” tutupnya.
Reporter: Rahmat Baihaqi/Merdeka.com
Advertisement
