Tak menemukan solusi lain guna menebus ijazah sekolah anaknya seharga Rp 17 Juta, rencana Sugiyanto pun semakin mantap untuk menjual ginjalnya. Terlebih Sugiyanto sempat melaporkan masalah yang ia alami itu ke Komnas HAM, ke Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama. Namun, ketiga lembaga negara tersebut justru tak menggubrisnya alias cuek.
"Saya sudah 3 bulan yang lalu ke Komnas HAM, ke Kemendiknas dan ke Kemenag. Tapi jawabnya semuanya nggak tau. Saya dicuekin, makanya saya rela menjual ginjal saya. Komnas HAM katanya mau mediasi saya dengan pihak sekolah dalam seminggu ini tapi belum ada jawaban," kata Sugiyanto saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (25/6/2013).
Sugiyanto menceritakan, niatan dirinya untuk menjual ginjalnya itu karena pihak sekolah islam Al Ashryyah Nurul Iman di daerah Parung, Bogor, yang merupakan tempat anaknya yang bernama Ayu bersekolah meminta tebusan sebanyak Rp 17 juta untuk bisa mengambil ijazah anaknya.
"Sekolah Islam Al Ashryyah Nurul Iman itu meminta saya harus nebus Rp 17 juta kalau mau ngambil. Bagaimana saya bisa menebus, saya gak punya uang karena saya tukang jahit. Padahal diawal daftar sekolah tidak ada perjanjian sebelumnya, karena itu saya mau jual ginjal saya," paparnya.
Sugiyanto menjelaskan, dirinya menyekolahkan Ayu di sekolah islam itu dengan menggunakan pola mondok atau tinggal di lingkungan sekolah tersebut sejak masuk SMP hingga SMA. Bahkan, Ayu juga sempat kuliah di STAI Nurul Iman yang masih satu yayasan dengan sekolah tersebut.
"Tapi, karena ada prahara dikampus itu dan banyak anak-anak yang mondok di pukulin sama orang dekat pemilik sekolah. Maka akhirnya banyak santri dan siswa yang kabur termasuk anak saya," ceritanya.
Namun, ketika Sugiyanto ingin menyekolahkan kembali anaknya ke kampus lain dan meminta ijazah anaknya yang ditahan pihak sekolah islam Al Ashryyah Nurul Iman sebagai syarat untuk bisa melanjutkan pendidikannya di kampus lain, justru pihak sekolah islam itu meminta tebusan uang yang tidak sedikit. Padahal menurut Sugiyanto dirinya sudah memberikan surat keterangan miskin.
Oleh karena itu, Sugiyanto akan menggelar aksi jual ginjal tersebut di bundaran Hotel Indonesia (HI) pada pagi Rabu pagi dengan harapan ada orang yang mau membeli ginjalnya seharga ijazah anaknya yang ditahan oleh pihak sekolah Islam Al Ashryyah Nurul Iman Bogor.
"Saya berangkat dari rumah pagi ini, sampe HI sekitar jam 10.00 WIB dengan harapan ada yang mau beli ginjal saya, dan saya berharap mendapatkan keadilan," tukas Sugiyanto. (Tnt)
"Saya sudah 3 bulan yang lalu ke Komnas HAM, ke Kemendiknas dan ke Kemenag. Tapi jawabnya semuanya nggak tau. Saya dicuekin, makanya saya rela menjual ginjal saya. Komnas HAM katanya mau mediasi saya dengan pihak sekolah dalam seminggu ini tapi belum ada jawaban," kata Sugiyanto saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (25/6/2013).
Sugiyanto menceritakan, niatan dirinya untuk menjual ginjalnya itu karena pihak sekolah islam Al Ashryyah Nurul Iman di daerah Parung, Bogor, yang merupakan tempat anaknya yang bernama Ayu bersekolah meminta tebusan sebanyak Rp 17 juta untuk bisa mengambil ijazah anaknya.
"Sekolah Islam Al Ashryyah Nurul Iman itu meminta saya harus nebus Rp 17 juta kalau mau ngambil. Bagaimana saya bisa menebus, saya gak punya uang karena saya tukang jahit. Padahal diawal daftar sekolah tidak ada perjanjian sebelumnya, karena itu saya mau jual ginjal saya," paparnya.
Sugiyanto menjelaskan, dirinya menyekolahkan Ayu di sekolah islam itu dengan menggunakan pola mondok atau tinggal di lingkungan sekolah tersebut sejak masuk SMP hingga SMA. Bahkan, Ayu juga sempat kuliah di STAI Nurul Iman yang masih satu yayasan dengan sekolah tersebut.
"Tapi, karena ada prahara dikampus itu dan banyak anak-anak yang mondok di pukulin sama orang dekat pemilik sekolah. Maka akhirnya banyak santri dan siswa yang kabur termasuk anak saya," ceritanya.
Namun, ketika Sugiyanto ingin menyekolahkan kembali anaknya ke kampus lain dan meminta ijazah anaknya yang ditahan pihak sekolah islam Al Ashryyah Nurul Iman sebagai syarat untuk bisa melanjutkan pendidikannya di kampus lain, justru pihak sekolah islam itu meminta tebusan uang yang tidak sedikit. Padahal menurut Sugiyanto dirinya sudah memberikan surat keterangan miskin.
Oleh karena itu, Sugiyanto akan menggelar aksi jual ginjal tersebut di bundaran Hotel Indonesia (HI) pada pagi Rabu pagi dengan harapan ada orang yang mau membeli ginjalnya seharga ijazah anaknya yang ditahan oleh pihak sekolah Islam Al Ashryyah Nurul Iman Bogor.
"Saya berangkat dari rumah pagi ini, sampe HI sekitar jam 10.00 WIB dengan harapan ada yang mau beli ginjal saya, dan saya berharap mendapatkan keadilan," tukas Sugiyanto. (Tnt)