Kejahatan yang terus berkembang dengan berbagai macam modus operandi, mendesak kepolisian untuk mencetak polisi perwira khusu yang menangani kriminalitas. Karena itu, Mabes Polri membentuk Sekolah Inspektur Polisi (SIP) khusus Reskrim.
"Pendidikan SIP khusus Reserse ini baru pertama kali dilaksanakan sepanjang sejarah berdirinya Pusdik Pol Air sejak tahun 1950 atas kebijakan Kapolri," kata Kapusdik Pol Air Komisaris Besar Amir Rachman Lubis, Selasa (2/7/2013).
Sekolah Inspektur Polisi Khusus ini dibangun di Pusat Pendidikan Polisi Air yang terletak di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di lokasi itu pula disiapkan asrama-asrama dan fasilitas pendidikan untuk Bintara-bintara dari 29 Polda yang tersebar di seluruh Indonesia.
Amir menjelaskan sekolah ini dibentuk untuk mempercepat kenaikan pangkat polisi-polisi reskrim dari Bintara menjadi Perwira. Selama ini, dibutuhkan jenjang yang lama untuk menjadi Inspektur Dua (Perwira) dari Brigadir Kepala (Bintara).
Dengan sekolah khusus ini, kata Amir, hanya dibutuhkan setidaknya 3,5 bulan untuk menjadi Perwira. Kemudian, begitu lulus menjadi Inspektur. Petugas yang mengikuti sekolah khusus ini akan dikembalikan ke polda masing-masing dan bisa menjadi perwira unit, kepala sub unit, atau bahkan kepala unit jika berprestasi.
"Di satu sisi, sekolah ini juga untuk persiapan pengesahan RUU KUHAP di mana penyidik reskrim adalah polisi perwira," jelas Amir.
Ia juga menambahkan untuk tahun 2013, ada 690 polisi bintara akan menjalani pendidikan. Semua peserta didik itu berasal dari institusi reskrim, tak terkecuali yang berasal dari Kepolisian Udara serta Brimob. Ada 3 macam pendidikan nantinya, yaitu pendidikan mindset Perwira Reskrim, pendidikan mental, dan manajemen reskrim.
"Bintara tersebut semuanya lulusan S1. Bahkan ada 22 Bintara yang lulusan S2. Kan ada perbedaan mindset dan mental, ketika kami menjadi Bintara dengan ketika kami menjadi Perwira. Itu harus dipelajari," tambahnya.
Dari 690 siswa yang menjalani pendidikan, tiga orang diantaranya berusia 45 tahun (usia maksimal). Salah satunya, Ajun Inspektur Satu (Aiptu) Adang Sobari, S.H. Pria asal satuan Polsek Sumedang Utara, Polda Jabar ini mengikuti pendidikan untuk jenjang karirnya sebagai Ps. Panit Reskrim.
"Kita ingin tunjukkan bahwa yang tua juga mampu mengikuti pendidikan ini. Saya juga bangga bisa masuk salah satu dari bagian pendidikan SIP khusus reskrim." ujar Adang.
Dirinya pun bertekad, mengikuti pendidikan secara baik, meski dipastikan Ramadhan dan Lebaran nanti terpisah dengan anggota keluarganya.
"Panas dan di tengah lautan juga dijadikan tantangan tersendiri. Jalani dengan ikhlas dan demi tugas," ucap Adang.
Ia menjelaskan di hari pertama para siswa menjalani berbagai tantangan fisik seperti berjalan tiarap di bawah teri matahari, jalan jongkok, berguling di tanah, lompat katak, menghadapi suara rentetan senapan buatan Pindad, hingga menghadapi suara bom yang memekikkan telinga.
Meski tantangannya berat, sebagain besar siswa menjalaninya dengan semangat meski ada juga yang menangis. Beberapa kali mereka meneriakkan yel-yel dan mengepalkan tangan ke udara untuk menyemangati diri. (Adi)
"Pendidikan SIP khusus Reserse ini baru pertama kali dilaksanakan sepanjang sejarah berdirinya Pusdik Pol Air sejak tahun 1950 atas kebijakan Kapolri," kata Kapusdik Pol Air Komisaris Besar Amir Rachman Lubis, Selasa (2/7/2013).
Sekolah Inspektur Polisi Khusus ini dibangun di Pusat Pendidikan Polisi Air yang terletak di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di lokasi itu pula disiapkan asrama-asrama dan fasilitas pendidikan untuk Bintara-bintara dari 29 Polda yang tersebar di seluruh Indonesia.
Amir menjelaskan sekolah ini dibentuk untuk mempercepat kenaikan pangkat polisi-polisi reskrim dari Bintara menjadi Perwira. Selama ini, dibutuhkan jenjang yang lama untuk menjadi Inspektur Dua (Perwira) dari Brigadir Kepala (Bintara).
Dengan sekolah khusus ini, kata Amir, hanya dibutuhkan setidaknya 3,5 bulan untuk menjadi Perwira. Kemudian, begitu lulus menjadi Inspektur. Petugas yang mengikuti sekolah khusus ini akan dikembalikan ke polda masing-masing dan bisa menjadi perwira unit, kepala sub unit, atau bahkan kepala unit jika berprestasi.
"Di satu sisi, sekolah ini juga untuk persiapan pengesahan RUU KUHAP di mana penyidik reskrim adalah polisi perwira," jelas Amir.
Ia juga menambahkan untuk tahun 2013, ada 690 polisi bintara akan menjalani pendidikan. Semua peserta didik itu berasal dari institusi reskrim, tak terkecuali yang berasal dari Kepolisian Udara serta Brimob. Ada 3 macam pendidikan nantinya, yaitu pendidikan mindset Perwira Reskrim, pendidikan mental, dan manajemen reskrim.
"Bintara tersebut semuanya lulusan S1. Bahkan ada 22 Bintara yang lulusan S2. Kan ada perbedaan mindset dan mental, ketika kami menjadi Bintara dengan ketika kami menjadi Perwira. Itu harus dipelajari," tambahnya.
Dari 690 siswa yang menjalani pendidikan, tiga orang diantaranya berusia 45 tahun (usia maksimal). Salah satunya, Ajun Inspektur Satu (Aiptu) Adang Sobari, S.H. Pria asal satuan Polsek Sumedang Utara, Polda Jabar ini mengikuti pendidikan untuk jenjang karirnya sebagai Ps. Panit Reskrim.
"Kita ingin tunjukkan bahwa yang tua juga mampu mengikuti pendidikan ini. Saya juga bangga bisa masuk salah satu dari bagian pendidikan SIP khusus reskrim." ujar Adang.
Dirinya pun bertekad, mengikuti pendidikan secara baik, meski dipastikan Ramadhan dan Lebaran nanti terpisah dengan anggota keluarganya.
"Panas dan di tengah lautan juga dijadikan tantangan tersendiri. Jalani dengan ikhlas dan demi tugas," ucap Adang.
Ia menjelaskan di hari pertama para siswa menjalani berbagai tantangan fisik seperti berjalan tiarap di bawah teri matahari, jalan jongkok, berguling di tanah, lompat katak, menghadapi suara rentetan senapan buatan Pindad, hingga menghadapi suara bom yang memekikkan telinga.
Meski tantangannya berat, sebagain besar siswa menjalaninya dengan semangat meski ada juga yang menangis. Beberapa kali mereka meneriakkan yel-yel dan mengepalkan tangan ke udara untuk menyemangati diri. (Adi)