Anggota Kopassus yang menjadi eksekutor saat penyeranagan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Serda Ucok Tigor Simbolon mengaku syokusai menembak 4 tahanan titipan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Ucok juga gemetar setelah memberondong 4 tersangka pembunuh Briptu Heru Santoso.
"Sesaat setelah menembak orang ke 4 di dekat kamar mandi, saya sempat gemetar dan shock, sampai kemudian saya merasa ada yang menepuk pundak saya dan menarik ke luar ruangan sel," kata Ucok di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Selasa (16/7/2013).
Ucok memaparkan pengakuan itu saat bersaksi untuk 5 terdakwa, yakni Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rohmanto, Sertu Martinus Roberto, Sertu Suprapto, dan Sertu Hermawan Siswoyo. Dia mengaku tidak pernah terpikir untuk menembak para tersangka pengeroyokan di Hugos Cafe itu.
"Saya ke Yogyakarta untuk mencari kelompok Marcel yang telah membacok Sertu Sriyono. Saya hanya bermaksud membalaskan dendam. Saya hanya akan memberi pelajaran dan menghajarnya," tutur Ucok.
Namun, setelah berputar-putar Yogyakarta dan tidak menemukan kelompok Marcel, Ucok kemudian istirahat di dekat UTY. Hingga akhirnya dia mendapat informasi bahwa kelompok Dicky Cs yang mengeroyok Sertu Heru Santosa sudah dipindahkan ke Lapas Cebongan.
"Dari informasi tersebut saya kemudian berinisiatif untuk mengecek ke Lapas Cebongan dan bertanya kepada Dicky tempat persembunyian Marcel," paparnya.
Karena waktu sudah malam dan ingin bisa cepat bertemu dengan kelompok Dicky Cs, Ucok berpura-pura dari Polda DIY dan akan minta sidik jari. "Saat di Lapas Cebongan saya juga masih santai, saya mengetuk pintu dan mengucapkan Assalamualaikum kepada petugas lapas dan mengatakan mau minta sidik jari tahanan yang tadi siang dititipkan. Saya tidak pernah tahu istilah bon tahanan, yang saya tahu bon itu ya utang di kantin atau koperasi," ucapnya.
Ucok membantah keterangan yang menyebut ada ancaman senjata kepada para petugas lapas saat itu. "Tidak benar jika ada yang menodongkan senjata, baik dari saya maupun teman-teman saya," ujarnya.
Dia mengatakan, situasi mulai panas ketika Kepala Pengamanan Lapas menelpon pimpinannya. "Saat itu saya panik ketika telepon tersambung, saya takut 'cover' saya yang mengaku dari Polda DIY terbongkar. Maka saya langsung merebut teleponnya dan memerintahkan para petugas sipir tiarap," ungkapnya.
Ucok kemudian menyeret Kepala Pengamanan Lapas Margo Utomo dan meminta untuk menunjukkan tempat Dicky Cs ditahan. Setelah gagal memaksa Margo, Ucok melihat salah satu temannya dan seorang petugas menuju ke salah satu ruang tahanan. Ucok pun menyusul.
"Saat itu saya melihat beberapa tahanan bergerombol di sisi jendela. Saya juga melihat bahwa ada satu tahanan yang memberi kode bahwa Dicky Cs ada di ruangan tersebut. Kemudian saya masuk ke ruangan itu dan sekilas saya merasa ada yang menyerang saya dengan potongan besi," katanya.
Ucok mengatakan, serangan yang diarahkan ke kepala itu berhasil dia tepis dan akhirnya mengenai pundak. Dia langsung berbalik dan mencari si penyerang itu. "Saat itu saya berpikir semua yang ada di dalam sel adalah orang jahat. Di belakang pintu saya lihat ada dua orang yang mencurigakan dan langsung saya tembak," ujarnya.
"Saya juga melihat ada yang melakukan gerakan mencurigakan di ruangan kamar mandi, namun saat itu senjata yang saya pakai macet atau 'ket', sehingga saya keluar dan minta tolong saksi Serda Sugeng Sumaryanto untuk memperbaiki," tambah dia.
Namun, tambah Ucok, Serda Sugeng sepertinya tidak sungguh-sungguh memperbaiki senjatanya dan berusaha menahan, sehingga dirinya langsung mengambil senjata laras panjang yang ada di pundak kiri Sugeng.
"Saya kemudian kembali masuk ke ruang tahanan dan mencari yang bersembunyi di kamar mandi, namun sebelumnya saya sempat melihat korban yang saya tembak ketiga untuk memastikan, sebab saat ini saya menembak sambil berlari. Setelah yakin sudah mati saya kemudian menembak satu orang yang di kamar mandi," tutur Ucok.
Ucok mengaku tidak melihat kelima terdakwa, yakni Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rohmanto, Sertu Martinus Roberto, Sertu Suprapto, dan Sertu Hermawan Siswoyo turut masuk ke belakang maupun ruang tahanan. "Mungkin mereka tetap berda di ruang portir, namun apakah mereka melakukan penganiayaan atau perusakan CCTV dan lainnya, saya tidak tahu," ucap Ucok. (Ant/Eks/Yus)
"Sesaat setelah menembak orang ke 4 di dekat kamar mandi, saya sempat gemetar dan shock, sampai kemudian saya merasa ada yang menepuk pundak saya dan menarik ke luar ruangan sel," kata Ucok di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Selasa (16/7/2013).
Ucok memaparkan pengakuan itu saat bersaksi untuk 5 terdakwa, yakni Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rohmanto, Sertu Martinus Roberto, Sertu Suprapto, dan Sertu Hermawan Siswoyo. Dia mengaku tidak pernah terpikir untuk menembak para tersangka pengeroyokan di Hugos Cafe itu.
"Saya ke Yogyakarta untuk mencari kelompok Marcel yang telah membacok Sertu Sriyono. Saya hanya bermaksud membalaskan dendam. Saya hanya akan memberi pelajaran dan menghajarnya," tutur Ucok.
Namun, setelah berputar-putar Yogyakarta dan tidak menemukan kelompok Marcel, Ucok kemudian istirahat di dekat UTY. Hingga akhirnya dia mendapat informasi bahwa kelompok Dicky Cs yang mengeroyok Sertu Heru Santosa sudah dipindahkan ke Lapas Cebongan.
"Dari informasi tersebut saya kemudian berinisiatif untuk mengecek ke Lapas Cebongan dan bertanya kepada Dicky tempat persembunyian Marcel," paparnya.
Karena waktu sudah malam dan ingin bisa cepat bertemu dengan kelompok Dicky Cs, Ucok berpura-pura dari Polda DIY dan akan minta sidik jari. "Saat di Lapas Cebongan saya juga masih santai, saya mengetuk pintu dan mengucapkan Assalamualaikum kepada petugas lapas dan mengatakan mau minta sidik jari tahanan yang tadi siang dititipkan. Saya tidak pernah tahu istilah bon tahanan, yang saya tahu bon itu ya utang di kantin atau koperasi," ucapnya.
Ucok membantah keterangan yang menyebut ada ancaman senjata kepada para petugas lapas saat itu. "Tidak benar jika ada yang menodongkan senjata, baik dari saya maupun teman-teman saya," ujarnya.
Dia mengatakan, situasi mulai panas ketika Kepala Pengamanan Lapas menelpon pimpinannya. "Saat itu saya panik ketika telepon tersambung, saya takut 'cover' saya yang mengaku dari Polda DIY terbongkar. Maka saya langsung merebut teleponnya dan memerintahkan para petugas sipir tiarap," ungkapnya.
Ucok kemudian menyeret Kepala Pengamanan Lapas Margo Utomo dan meminta untuk menunjukkan tempat Dicky Cs ditahan. Setelah gagal memaksa Margo, Ucok melihat salah satu temannya dan seorang petugas menuju ke salah satu ruang tahanan. Ucok pun menyusul.
"Saat itu saya melihat beberapa tahanan bergerombol di sisi jendela. Saya juga melihat bahwa ada satu tahanan yang memberi kode bahwa Dicky Cs ada di ruangan tersebut. Kemudian saya masuk ke ruangan itu dan sekilas saya merasa ada yang menyerang saya dengan potongan besi," katanya.
Ucok mengatakan, serangan yang diarahkan ke kepala itu berhasil dia tepis dan akhirnya mengenai pundak. Dia langsung berbalik dan mencari si penyerang itu. "Saat itu saya berpikir semua yang ada di dalam sel adalah orang jahat. Di belakang pintu saya lihat ada dua orang yang mencurigakan dan langsung saya tembak," ujarnya.
"Saya juga melihat ada yang melakukan gerakan mencurigakan di ruangan kamar mandi, namun saat itu senjata yang saya pakai macet atau 'ket', sehingga saya keluar dan minta tolong saksi Serda Sugeng Sumaryanto untuk memperbaiki," tambah dia.
Namun, tambah Ucok, Serda Sugeng sepertinya tidak sungguh-sungguh memperbaiki senjatanya dan berusaha menahan, sehingga dirinya langsung mengambil senjata laras panjang yang ada di pundak kiri Sugeng.
"Saya kemudian kembali masuk ke ruang tahanan dan mencari yang bersembunyi di kamar mandi, namun sebelumnya saya sempat melihat korban yang saya tembak ketiga untuk memastikan, sebab saat ini saya menembak sambil berlari. Setelah yakin sudah mati saya kemudian menembak satu orang yang di kamar mandi," tutur Ucok.
Ucok mengaku tidak melihat kelima terdakwa, yakni Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rohmanto, Sertu Martinus Roberto, Sertu Suprapto, dan Sertu Hermawan Siswoyo turut masuk ke belakang maupun ruang tahanan. "Mungkin mereka tetap berda di ruang portir, namun apakah mereka melakukan penganiayaan atau perusakan CCTV dan lainnya, saya tidak tahu," ucap Ucok. (Ant/Eks/Yus)