Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto menilai pihak sekolah lengah mengawasi kasus perkosaan yang menimpa siswanya AE (16) di ruang kelas. Bahkan, adegan tersebut direkam dengan telepon genggam.
Taufik mengaku menginstruksikan kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan pengawasan di setiap sudut sekolah agar tidak lagi terjadi kejadian seperti itu.
"Untuk sekolah pagi, Kepala Sekolah harus ada pada pukul 06.15 WIB sampai 12.30 WIB. Kita akan coba dalami apakah ada kelalaian," kata Taufik saat dihubungi, Senin (21/10/2013).
Mengaku prihatin atas kejadian pencabulan anak di bawah umur tersebut, Taufik mengatakan ada pengaruh mudahnya pelajar dalam mengakses hal-hal berbau pornografi karena kecanggihan teknologi. Walaupun akses pornografi di komputer-komputer sekolah sudah ditutup, namun para siswa saat sebagian besar memiliki telepon genggam dan laptop.
"Anak-anak sekarang bisa mengakses informasi dari mana saja. Walaupun komputer sekolah diblokir dari pornografi dan hal-hal negatif lainnya. Tapi anak-anak bisa mengakses dari laptop dan gadget mereka," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk korban AE, pihak Dinas Pendidikan sudah memberikan kelonggaran agar tidak masuk sekolah untuk menangani trauma yang korban alami. Selain itu, korban juga akan diberi kursus tambahan. Apabila ternyata korban ingin pindah dari SMP tempat bersekolah, maka pihaknya pun nantinya turut membantu proses kepindahan.
Sementara untuk pelaku pemerkosaan, lanjut Taufik, ia menyerahkan proses penyedikan kepada pihak kepolisian. Sebab, pihaknya belum dapat mengambil tindakan 'drop out' untuk pelaku tanpa ada laporan dari pihak kepolisian.
"Kita akan beri kesempatan pada polisi untuk memeriksa para pelaku sesuai peraturan yang berlaku. Karena masalah ini sudah di luar batas kewajaran kenakalan anak sekolah," tegas Taufik. (Mut/Ism)
Taufik mengaku menginstruksikan kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan pengawasan di setiap sudut sekolah agar tidak lagi terjadi kejadian seperti itu.
"Untuk sekolah pagi, Kepala Sekolah harus ada pada pukul 06.15 WIB sampai 12.30 WIB. Kita akan coba dalami apakah ada kelalaian," kata Taufik saat dihubungi, Senin (21/10/2013).
Mengaku prihatin atas kejadian pencabulan anak di bawah umur tersebut, Taufik mengatakan ada pengaruh mudahnya pelajar dalam mengakses hal-hal berbau pornografi karena kecanggihan teknologi. Walaupun akses pornografi di komputer-komputer sekolah sudah ditutup, namun para siswa saat sebagian besar memiliki telepon genggam dan laptop.
"Anak-anak sekarang bisa mengakses informasi dari mana saja. Walaupun komputer sekolah diblokir dari pornografi dan hal-hal negatif lainnya. Tapi anak-anak bisa mengakses dari laptop dan gadget mereka," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk korban AE, pihak Dinas Pendidikan sudah memberikan kelonggaran agar tidak masuk sekolah untuk menangani trauma yang korban alami. Selain itu, korban juga akan diberi kursus tambahan. Apabila ternyata korban ingin pindah dari SMP tempat bersekolah, maka pihaknya pun nantinya turut membantu proses kepindahan.
Sementara untuk pelaku pemerkosaan, lanjut Taufik, ia menyerahkan proses penyedikan kepada pihak kepolisian. Sebab, pihaknya belum dapat mengambil tindakan 'drop out' untuk pelaku tanpa ada laporan dari pihak kepolisian.
"Kita akan beri kesempatan pada polisi untuk memeriksa para pelaku sesuai peraturan yang berlaku. Karena masalah ini sudah di luar batas kewajaran kenakalan anak sekolah," tegas Taufik. (Mut/Ism)