Begawan Seni Bagong Kussudiardjo Tutup Usia

Bagong wafat di RS Bethesda Yogyakarta karena komplikasi gula, jantung, dan tekanan darah tinggi. Prosesi pemakaman diiringi gending Mega Mendung Tiba Tluntur, yang sengaja disiapkan Bagong untuk kematiannya.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Jun 2004, 02:25 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2004, 02:25 WIB
160604dBagong.jpg
Liputan6.com, Yogyakarta: Indonesia kembali kehilangan putra terbaik. Seniman besar Bagong Kussudiardjo meninggal dunia, Selasa (15/6), sekitar pukul 23.00 WIB, di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, karena komplikasi diabetes, jantung, dan tekanan darah tinggi. Jenazah koreografer kondang berusia 76 tahun ini disemayamkan di Padepokan Tari Bagong Kussudiarjo dan dikebumikan di Dusun Sembungan, Gunung Sempu, Kasihan, Kabupaten Bantul, berdampingan dengan makam istri pertama Soetiana, Rabu siang.

Bagong dilarikan ke RS Bethesda, Selasa pekan silam, karena penyakit gulanya kambuh. Mendiang meninggalkan Yuli Sri Hastuti, istri kedua yang dinikahi satu tahun silam, tujuh anak dari Soetiana, 20 cucu, dan dua cicit. Dua orang di antaranya adalah seniman Butet Kertaradjasa dan Djaduk Ferianto. Menurut Butet, sebelum wafat, ayahnya sempat merancang sejumlah skenario untuk mengiringi kematiannya. Dan, sesuai wasiat Bagong, maka prosesi pemakaman diiringi gending berjudul Mega Mendung Tiba Tluntur. Wasiat tersebut menyiratkan konsistensi dan kecintaan lelaki ini terhadap seni.

Bagong lahir di Yogyakarta pada 9 Oktober 1928 dan belajar koreografi dari legenda tari modern Martha Graham di New York, Amerika Serikat pada 1957. Dia juga sempat menimba ilmu di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada 1954. Bagong merintis karier di dunia seni sebagai penari Jawa klasik, setelah belajar di Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo pimpinan Pangeran Tedjokusumo.

Selama bertahun-tahun menimba ilmu, Bagong berkembang menjadi sosok yang selalu berkreasi. Banyak ide yang diwujudkan dalam bentuk tari-tari klasik dan seni gerak. Bahkan di mata seniman Indonesia, Bagong dijuluki begawan seni. Maklum, selain menekuni dunia tari, puisi, seni lukis, dan seni patung, Bagong juga getol merintis seni batik kontemporer.

Pada 5 Maret 1958 Bagong mendirikan Pusat Pelatihan Tari Bagong Kussudiardjo. Tepat 20 tahun kemudian, ia membangun padepokan seni yang ruang lingkupnya lebih luas mencakup tari, ketoprak, karawitan, dan sinden. Sejumlah karyanya juga pernah dipentaskan di beberapa negara. Atas kesetiaan terhadap dunia seni, Bagong sempat mendapat anugerah Karya Cipta Putra Bangsa dan penghargaan dari Sri Paus Paulus VI. Selamat jalan Sang Begawan.(KEN/Wiwiek Susilo)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya