Sering Terbangun Sebelum Bunyi Alarm, Baik atau Tidak? Begini Menurut Ahli

Ini adalah fenomena yang sudah lama dialami sebagian orang dan hal itu dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang mengalaminya.

oleh Jessica Sheridan diperbarui 08 Jun 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2023, 08:00 WIB
20160303-Ilustrasi Insomnia-iStockphoto
Ilustrasi Insomnia atau Susah Tidur (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Terkadang, dering alarm yang menggelegar membuat kita takut, suara itu menjadi penanda hari kerja yang sibuk telah dimulai. Ketika sebagian masih berharap belum bangun pada waktu tersebut, suara itu sudah benar-benar membangunkan mereka.

Meski begitu, ada pula fenomena yang sudah lama terjadi, yaitu terbangun sebelum alarm berbunyi. Menurut pakar tidur dikutip dari CNN, hal itu dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang mengalaminya.

Lebih dari sepertiga orang Amerika mendapatkan jam tidur malam yang lebih sedikit dari yang direkomendasikan, minimum tujuh jam, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Sementara menurut National Institutes of Health, penelitian di seluruh dunia menunjukkan antara 10% hingga 30% populasi berjuang melawan insomnia, yang didefinisikan sebagai kesulitan tidur yang konsisten dan ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah tidur.

Melansir CNN juga, studi tahun 2009 dari Stanford Sleep Epidemiology Research Center dan universitas lainnya, menunjukkan mereka yang terkena insomnia dapat mengalami kombinasi kondisi antara terbangun di tengah malem dan terbangun di pagi hari. Artinya, studi ini menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin mengalami bangun pagi tanpa merasakan gejala insomnia.

Maka dari itu, gangguan tidur akut sebenarnya bisa terjadi pada seseorang yang tidak mengalami insomnia, tetapi mengalami bangun lebih awal. Bangun terus-menerus sebelum suara harian itu ditambah dengan rasa frustrasi yang luar biasa karena tidak bisa tidur kembali.

“Anda mulai merenungkannya dan kemudian Anda mulai melakukan hal-hal yang memperburuk insomnia,” kata Dr. Rajkumar Dasgupta, profesor kedokteran klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Southern California Keck di Los Angeles, dikutip dari CNN.

Lanjutnya, “Jangan mulai berkata pada diri sendiri … ‘Saya akan membuat diri saya tetap di tempat tidur sampai saya tertidur,’”

Cara menghentikannya

Jika Anda mengalami bangun tiba-tiba, yang terasa seperti dini hari, jangan periksa jam. Mengetahui jam 3 pagi saat Anda menyetel alarm untuk jam 7 pagi dapat meningkatkan kekhawatiran tentang jam tidur yang ingin Anda capai.

Dikutip dari CNN, spesialis tidur Wendy Troxel, ilmuwan perilaku senior di Rand Corp, “Kecemasan dan rasa frustrasi meningkat. Menonton jam menjadi kebiasaan, dan respons frustrasi dan kecemasan yang biasa itu juga menyebabkan respons stres dalam tubuh.”

Saat kecemasan dan kekhawatiran diutamakan, kadar kortisol meningkat, dan tubuh menjadi waspada. Proses ini kontraproduktif untuk mempertahankan rasa kantuk, karena otak menjadi terlalu sibuk.

Jika alarm Anda ada di telepon, memeriksa jam dapat menimbulkan pemicu yang lebih signifikan. Pertimbangkan untuk mendapatkan alarm yang tidak terpasang ke ponsel Anda, tambahnya mengingatkan.

Selain itu, para ahli juga mengatakan untuk bangun dari tempat tidur sekalipun itu saat jam 3 pagi.

“Abaikan gagasan untuk kembali tidur. Ketika Anda melakukan itu, ketika Anda melepaskan tekanan bahwa tidur tidak terlalu sulit, tidur lebih mungkin untuk kembali." kata Troxel dikutip dari CNN.

Dia juga menjelaskan, dalam teknik kontrol stimulus, Anda dapat mengalihkan otak Anda dengan tugas biasa untuk membantu mengembalikan rasa kantuk lebih cepat daripada tetap frustrasi di tempat tidur.

Apa pun dari membaca buku hingga merajut atau mendengarkan musik lembut (tetapi tidak menggunakan telepon) dapat mengalihkan perhatian otak secara positif. Setelah rasa kantuk kembali menyerang, kembalilah ke tempat tidur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya