Memprediksi Nasib MPV di Masa Depan, Seperti Apa?

Penjualan MPV secara nasional hingga Juli 2017 mencapai 44 persen dari market share.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 19 Agu 2017, 19:16 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 19:16 WIB
20151117-Mengintip Proses Perakitan All New Kijang Innova di Pabrik Toyota TMMIN-Karawang
Foto yang diambil pada 16 November 2015 memperlihatkan pekerja mengendarai mobil All News Kijang Innova di Pabrik TMMIN Karawang. Mobil baru tersebut akan memberi warna baru pada perkembangan pasar MPV dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Tangerang Selatan - Tidak dapat dipungkiri mobil serbaguna atau Multi Purpose Vehicle (MPV) menjadi ceruk pasar yang menggiurkan di Indonesia. Bahkan di 2016 pasar MPV disebutkan mencapai 36 persen, maka mobil yang mampu menampung 7-8 anggota keluarga naik di Juli 2017 menjadi 44 persen.

Menurut Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto, peningkatan MPV tahun ini berbeda dengan 2016, di mana penjualan model MPV telah terjadi sepanjang tahun.

“Lain halnya kalau tahun lalu, seperti Sienta dan Calya (termasuk Daihatsu Sigra) baru muncul pertengahan tahun. Kalau sekarang sudah full year. Jadi angka 44 persen inipun belum termasuk dengan dua model baru saat ini (Wuling Confero S dan Mitsubishi Xpander),” ungkap Soerjo saat ditemui Liputan6.com di acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (19/8/2017).

Kata Soerjo, meski di 2016 sempat banyak bermunculan model Sport Utility Vehicle (SUV), namun konsumen tetap memilih MPV sebagai tunggangan pribadi.

Sementara itu, Direktur Administrasi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azzam menyatakan, untuk melihat apakah trend otomotif ke depan masih MPV atau bukan, harus dilihat dari tiga faktor.

“Pertama konsumennya seperti apa? Bagaimana preference konsumen ke depan, itu sangat menentukan. Produknya tidak hanya untuk konsumen domestik, tetapi juga ekspor, karena kita butuh volume,” ungkap Bob.

Faktor kedua, lanjut Bob, mobil yang dibuat harus sesuai standar emisi yang diatur pemerintah. Sebab menurut dia, ke depan prihal emisi akan menjadi faktor menentukan.

Selain itu hal yang berkaitan dengan emisi yaitu dimensi mobil. Jika bobot mobil dibuat semakin besar, maka tidak menutup kemungkinan semakin besar pula emisinya.

Sementara untuk faktor ketiga adalah infrastruktur. Salah satu yang berkaitan dengan otomotif nanti adalah infrastruktur jalan.

“MPV ini dibuat karena masalah jalannya yang enggak mau mentok di jalanan sehingga butuh ground clearance yang tinggi. Itu salah satu preference konsumen,” ucap Bob.

MPV kata dia, sangat berpengaruh dengan seberapa besar keinginan keluarga, apakah mereka ingin mengendarai mobil kecil atau menyukai kendaraan dengan kapasitas besar.

"Jadi industri otomotif berlomba-lomba, apakah di mesin, atau di material, sehingga membuat mobil menjadi ringan dan emisi menjadi bagus, sehingga harga bisa dipertahankan. Kalau emisi besar, celaka juga kan harganya," tutupnya.

 

Simak juga video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya