Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, sejumlah media dihebohkan dengan terbakarnya motor trail terbaru, Honda CRF 150L. Maklum, berita tersebut cepat merebak lantaran CRF 150L tengah naik daun dan mendapatkan banyak respons positif usai peluncuran.
Dari kabar yang beredar seperti diunggah @roda2blog, CRF 150L terbakar karena motor trail yang menggunakan sistem injeksi dirombak menjadi karburator. Adapun motor terbakar setelah terjadi kebocoran dan bensin menyambar kabel busi setelah terjatuh.
Baru-baru ini, Andi Rakhman sebagai pemilik Honda CRF 150L nahas itu angkat bicara. Andi mengatakan, yang mengunggah peristiwa tersebut tidak mengetahui kronologinya, sehingga tersebar di media sosial tanpa tahu persis di lokasi kejadian.
Advertisement
“Kejadian terbakarnya motor saya pas motor baru banget jadi, atau dalam istilah inreyen. Tidak ada karbu bocor atau kabel busi bocor atau bensin bocor apalagi motor terjatuh,” ungkap Andi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (4/1/2018).
Baca Juga
Lebih lanjut pria yang berdomisili di Cisarua, Bogor tersebut menyatakan, api muncul setelah dirinya mengisi bahan bakar bensin secara manual, dan bensin menetes hingga menyentuh dinamo stater. Api pun seketika menjalar setelah sepeda motor distarter (dinyalakan).
Andi membeberkan, tidak ada kesalahan dari modifikasi yang telah dilakukan mekanik maupun rumah modifikasi, termasuk pabrikan Honda Astra Motor yang memproduksi motor tersebut.
Pria yang melakoni usaha toko olahraga dan rumah makan ini menyatakan, pada dasarnya Honda CRF 150L dipilihnya karena kualitas dan kuantitasnya, yang dipastikan telah memenuhi standar terbaik.
Kini motor trail tersebut telah selesai diperbaiki dan sudah bisa berlari kencang. Bahkan motor tersebut sudah melahap trek balap di Kampung Ulin, Cisarua.
“Saat ini mesin CRF 150L saya sekarang sangat kencang dan mendapatkan modif yang diinginkan. Saya sudah memakai karbu PE-28 dan kelistrikan menggunakan CDI Racing adapun blok mesin saya perbesar diameternya dan camshaft saya ubah untuk putaran maksimal,” ucapnya.
Ini Hasil Pengujian Honda CRF 150L di Habitat Aslinya
Astra Honda Motor (AHM) memberikan kesempatan bagi jurnalis untuk menjajal Honda CRF 150L lewat test ride yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat, Rabu (15/11). Ini merupakan kali kedua bagi Liputan6.com setelah melakukan first ride di kawasan Pagedangan, Tangerang, Banten, pada 9 November 2017.
Bedanya, saat pengetesan pertama di Pagedangan dilakukan di trek buatan. Meski begitu, terdapat banyak rintangan yang bisa dibilang cukup untuk merasakan performa motor sekaligus kemampuan berkendara.
Rintangan yang tersaji di lintasan 100 persen tanah ini cukup lengkap, mulai dari bergelombang, trek panjang dengan kondisi mulus, tanjakan terjal, turunan curam, hingga kubangan.
Namun, kondisi 100 persen berbeda tersaji di Bandung. Berlangsung di kawasan Dago, CRF 150L benar-benar disiksa di habitat aslinya, yakni wilayah pegunungan.
Sebelum memulai perjalanan, kami mengenakan riding gear seperti helm plus google, sarung tangan dan sepatu motor trail. Agar tambah safety dikenakan pula protektor dada, sikut dan lutut. Setelah itu kami melakukan stretching untuk menghindari otot tegang.
Kesan pertama kami saat melihat motor ini cukup jangkung. CRF 150L memiliki dimensi panjang 2.119 mm, lebar 793 mm, dan tinggi 1.153 mm. Sementara jarak sumbu roda dan jarak tempat duduk masing-masing 1.375 mm dan 869 mm, dengan jarak terendah ke tanah 285 mm.
Akan tetapi, saat diduduki oleh penguji Liputan6.com yang memiliki tinggi badan 175 dengan bobot 92 kg, shock belakang seperti amblas. Itu menjadi isyarat jika suspensi belakang memiliki daya redam yang cukup baik. Kedua kaki pun bisa menapak ke tanah dengan sempurna.
Diangkatnya bendera start oleh Direktur Marketing AHM, Thomas Wijaya menjadi tanda dimulainya "Fun Off Road Touring with Honda CRF 150L". Kami pun langsung tancap gas ke Bukit Moko sebagai titik pemberhentian pertama.
Untuk menuju lokasi ini, kami melewati jalur on road berupa aspal dan beton. Boleh dibilang lokasi ini menjadi awal penyiksaan CRF 150L karena terdapat beberapa titik tanjakan. Saking terjalnya, motor tak sanggup naik menggunakan gigi dua.
Sesampainya di Bukit Moko, teknisi AHASS (Astra Honda Authorized Service Station) mengurangi tekanan ban. Artinya jalur off road segera dimasuki.
Perjalanan kembali dilanjutkan, tapi kali ini turunan curam yang mesti dihadapi. Rem cakram Wavy Disc 240 mm di depan dan 220 mm di belakang milik CRF 150L begitu pakem. Saat melewati turunan curam ini tentunya sangat berbahaya jika terlalu banyak ngerem, oleh karena itu kami memilih memanfaatkan engine brake dari gigi satu.
Advertisement