Sambut Regulasi Emisi Euro4, Kualitas BBM di Indonesia Masih Diragukan

PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), sudah cukup siap dengan penerapan standar emisi Euro4. Namun...

oleh Arief Aszhari diperbarui 31 Mei 2018, 17:10 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2018, 17:10 WIB
All new Suzuki Ertiga
All new Suzuki Ertiga meluncur di IIMS 2018 (Herdi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Standar emisi Euro4 siap diterapkan di Indonesia pada 7 Oktober 2018. Dengan aturan ini, nantinya semua kendaraan bermesin bensin bakal memiliki standar emisi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKH).

Menanggapi hal tersebut, salah satu produsen di Tanah Air, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), sudah cukup siap dengan penerapan standar emisi Euro4. Namun, yang masih jadi masalah, apakah bahan bakar (BBM) di Indonesia sudah kompetibel atau belum dengan standar Euro4.

"Sebenarnya, kalau Euro4 itu unit ekspor kita juga sudah lama. Sudah dari 2013 sudah Euro4, jadi tidak ada penyesuaian lagi," jelas Head of Service PT SIS, Riecky Patrayudha, saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lanjut Ricky, saat ini yang menjadi masalah ketersedian BBM . Pasalnya, bensin untuk Euro4 dan Euro2 ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar.

"Bensinnya ini banyak chemical yang harus disesuaikan, dan ada standar yang harus diikuti, tapi saya tidak begitu hafal. Jadi, untuk performa maksimum mesin Euro4 harus disuplai juga dengan BBM Euro4," tegasnya.

Saat ini, untuk BBM yang sudah standar emisi Euro4 di Indonesia memang hanya Pertamax Turbo. Bahkan, bahan bakar tersebut belum tersebar luas di seluruh wilayah di Indonesia.

"Kami tuh sengaja membawa bahan bakar Euro4 dari negara lain untuk mengetes, karena tidak bisa tidak harus dites (produknnya) sebelum Euro4 berjalan," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Citycar Diprediksi Mampu Geser Popularitas MPV dan SUV

Pasar mobil di Indonesia saat ini masih didominasi oleh model multi purpose vehicle (MPV) dan sport utility vehicle (SUV). Namun, kondisi tersebut, dipercaya bakal bergeser, dan di masa depan, mobil kompak akan jadi tren menggantikan MPV ataupun SUV.

Seperti dijelaskan Donny Saputra, Marketing Director 4W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), dalam 10 tahun terjadi perubahan tren. Bukan tren mobil, tapi luas rumah atau tempat tinggal, dari ukuran rumah 280 m2 pada 1980-an, 2005 sekitar 120 m2, dan 2015 sampai 2018 hanya 80 m2.

"Artinya, parking space bakal makin menyusut. Begitu juga dengan arah perkembangan teknologi, hybrid maupun elektrik, tingkat kepadatan lalu lintas, dan penambahan jalan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan mobil," jelas Donny saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dengan melihat faktor tersebut, maka mobil makin lama makin kompak. Kemudian, garis besar lainnya, terkait lingkungan ramah lingkungan. Kaitannya, dengan efisiensi bahan bakar yang lebih maksimal, dengan penggunaan teknologi tinggi.

"Selain itu, terdapat juga tren berbagai angkutan seperti car sharing dan ride sharing, dan itu juga mempengaruhi tren mobil," tegas Donny.

Terakhir, meskipun ke depannya mobil bakal lebih kompak dan makin kecil. Namun, mobil tersebut juga dituntut dengan fungsional yang tinggi, dan juga performa tinggi dengan teknologi yang canggih.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya