Liputan6.com, Jakarta - Penjualan global mobil listrik murni alias BEV dan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) naik 31 persen pada 2023. Namun, pertumbuhan penjualan kendaraan ramah lingkungan pada 2023, lebih kecil dibanding 2022, yang mencapai 60 persen, menurut riset pasar dari Rho Motion.
"Laju pertumbuhan melambat, tapi itulah yang diharapkan di pasar berkembang seperti ini," ujar Manajer Data Rho Motion, Charles Lester, disitat dari Reuters, Minggu (14/1/2023). "Anda tidak bisa menggandakannya setiap tahun," tambahnya.
Sementara itu, Lester juga mengatakan penjualan kendaraan listrik global pada 2022, sebagian besar sejalan dengan pertumbuhan 30 persen yang diperkirakan Rho Motion. Untuk 2024, perusahaan memperkirakan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik global antara 25 sampai 30 persen.
Advertisement
Sedangkan penjualan pada Desember 2023 sendiri, mencapai rekor bulanan 1,5 juta unit.
BEV menyumbang 9,5 juta dari 13,6 juta unit kendaraan listrik yang terjual di seluruh dunia pada 2023, dan PHEV tentu saja menyumbang sisanya.
Setelah bertahun-tahun mengalami percepatan pertumbuhan, beberapa produsen merasa khawatir penjualan mobil listrik dI Eropa dan negara lain akan melambat, karena para pengemudi menunggu model yang lebih baik, lebih kecil, dan lebih murah dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
MG Motor Indonesia Siap Kirim Mobil Listriknya ke Australia Akhir 2024
MG Motor Indonesia telah memulai produksi dua mobil listriknya, MG4 EV dan MG ZS EV di Indonesia. Kendaraan ramah lingkungan buatan Tanah Air ini, juga telah siap diekspor ke Australia pada tahun ini.
Menurut Arief Syarifudin, Marketing & PR Director MG Motor Indonesia, untuk model pertama yang akan dikapalkan ke Negeri Kangguru, adalah MG ZS EV.
"Iya (ekspor ke Australia), tapi diutamakan untuk MG ZS EV pada 2024, kuartal keempat. Sementara untuk MG4 EV untuk pemenuhan dalam negeri terlebih dahulu," jelas Arief, saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, belum lama ini.
Untuk MG4 EV, sambungnya, kemungkinan besar akan dilakukan ekspor pada 2025. Sedangkan untuk negara tujuan ekspor, MG Motor Indonesia juga akan menyasar beberapa negara di Asia Tenggara lainnya.
"Kita punya Vietnam, Filipina, termasuk Australia. Target 30 persen dari seluruh kapasitas produksi kami nantinya itu dialokasikan untuk kebutuhan ekspor," tambah Arief.
Sementara itu, terkait pabrik MG di Thailand, yang memang akan diperuntukan sebagai basis produksi di ASEAN, tapi tidak menutup kemungkinan, Indonesia masih bisa mengambil peran untuk beberapa model yang memang belum bisa disediakan oleh pabrik di Negeri Gajah Putih.
"Jadi apa yang dilakukan Thailand itu sedikit ngebut untuk memenuhi kebutuhan domestik, apalagi setelah pandemi akhir 2022, dan awal 2023 itu banyak permintaan utamanya kawasan Asia Tenggara. Jadi mereka melihat ada peluang itu pada akhirnya juga memiliki fasilitas di Indonesia," tukas Arief.
Advertisement