Liputan6.com, Jakarta - Pelaksanaan Pilkada Kota Tangerang Selatan yang dilakukan serentak bersama daerah lainnya tinggal hitungan hari. Pelbagai prediksi mulai bermunculan mengenai siapa yang akan keluar sebagai pemenangnya dalam pesta demokrasi pada Rabu 9 Desember 2015 nanti.
Pengamat politik Lembaga Kajian Politik Islam dan Pancasila Yudha Firmansyah mengatakan, tidak sulit menakar pemenang Pilkada Tangsel. Hal itu dapat dilihat dari peta kekuatan 3 pasangan calon yang ada sudah sering diuji dan dikaji.
Baca Juga
"Indikatornya sederhana, hasil survei. Hasil survei beberapa lembaga menunjukkan tidak ada perubahan siginifikan. Incumbent (Airin-Benyamin) tetap unggul," kata Yudha di Jakarta, Senin (7/12/2015).
Advertisement
Di antara 3 pasangan yang ada, kata Yudha, pasangan Airin Rachmi Dyani-Benyamin Davnie yang sulit untuk dikalahkan. Mengingat, pasangan nomor urut 3 itu memiliki infrastruktur politik yang solid serta tersebar merata di seluruh kecamatan hingga TPS.
Baca Juga
"Saya lihat mereka sudah bekerja efektif sejak jauh hari. Di sinilah kuncinya, walaupun pasangan ini sering diterpa isu negatif, tapi di bawah tidak terjadi turbulensi pemilih," ujar dia.
Hal lain yang diperhatikan Yudha adalah penampilan masing-masing pasangan calon waktu debat kandidat beberapa hari lalu. Baginya, perilaku tiap pasangan calon mencerminkan tingkat kepercayaan diri masing-masing atas gambaran hasil Pilkada.
"Saya tidak mau mengatakan bahwa mereka sudah sama-sama tahu hasilnya nanti. Tapi attitude mereka kira-kira mengarah ke situ," ujarnya.
Pasangan nomor urut 1 Ikhsan Modjo-Li Claudia candra, menurut dia, memang tampil agresif dan percaya diri. Namun terlihat dari materi yang disampaikan kerap kali menyerang Airin-Benyamin
"Tetapi gaya komunikasi Ikhsan yang datar membuat serangan itu tumpul dan mudah dipatahkan," ujar dia.
Ia menambahkan, materi yang disampaikan Ikhsan dalam debat sebenarnya cukup bagus dan wajar-wajar saja. Akan tetapi, ia menilai Ikhsan seperti menganggap panggung debat sama dengan forum diskusi.
"Terlalu hati-hati. Perhatiannya lebih ke catatan dan Paslon nomor 3. Tidak tampak obsesi memengaruhi pilihan publik," kata Yudha.
Demikian juga dengan pasangan calon nomor urut 2, Arsid-Elvier. Dalam penilaiannya, penyampaian Arsid terlalu normatif. Banyak hal yang disampaikan masih bersifat umum serta belum menyentuh tataran aksi dan implementasi.
"Terpenting, ia juga lupa debat itu adalah panggung kampanye untuk meyakinkan publik," kata Yudha.
Hal beda ditampilkan Airin maupun Benyamin. Penampilan pasangan ini layaknya orang yang sudah tahu gambaran hasil Pilkada. Di samping tetap berusaha meyakinkan publik di atas panggung, mereka pintar mengendalikan diri.
"Tetap cool, kalem, percaya diri. Sama sekali tak terpancing dengan serangan," kata Yudha.
Sikap demikian, lanjut Yudha, sulit terjadi jika tidak didasari oleh sebuah kesadaran dan keyakinan sebelumnya. Yakni, kesadaran bahwa dalam panggung debat mereka sebenarnya sedang berkomunikasi dengan publik, dan keyakinan bahwa mereka akan menang di Pilkada nanti.